"Kak Shey, naik ke punggung gue."
Aku membungkam. Cowok yang barusan menawarkan bantuan tersebut kini tengah berjongkok dan memunggungiku. Dia menepuk bahunya dua kali, menandakan bahwa aku harus naik ke sana.
"Cepat, Kak, entar Bang Heeseung dateng malah ngelarang gue."
Aku hanya terdiam, tidak bergerak sedikitpun.
Dia berbalik dan menatapku. "Kenapa? Apa tangan lo masih sakit?"
Tanganku...? Aku rasa bukan tanganku yang sakit. Tapi kepalaku, terus-menerus berdengung.
"Tadi gue nanya dokter, katanya hari ini lo udah bisa dirawat di rumah." Dia bangkit lalu beralih duduk di ranjang, sama sepertiku.
Dirawat di rumah? Boleh pulang? Apa aku sudah sembuh? Padahal kepalaku masih sering sakit.
"Kejadiannya gimana, sih? Sebelum lo jatuh, ada yang mencurigakan? Kayak semisal temen lo yang ngedorong, atau ada yang ngejebak lo?"
Jatuh? Dorong? Ngejebak? Aku tidak mengerti sama sekali. Bahkan ingatanku tidak ada yang menuju ke sana.
Dia memusatkan pandangannya ke arahku. Aku berubah kikuk sebab ditatap sebegitu intens oleh seorang cowok tak dikenal.
"Kalau ada apa-apa lo boleh cerita sama gue, gue siap ngelindungin lo dimana-pun dan kapan-pun. Jangan ragu sama gue, gue bisa datang kapan aja lo mau."
Ucapannya itu membuatku sedikit tersentuh, ditambah sorot matanya yang amat serius, seakan aku akan terhanyut di dalamnya.
Padahal bila dilihat ... dia begitu imut dengan tubuhnya yang mungil.
Dan juga dia memanggilku 'Kak'. Tapi sikapnya terlihat begitu gentle.
Selanjutnya kami hanya berdiam diri, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai pintu inap dibuka dan datang-lah segerombol cowok kemarin.
Bila diingat-ingat, aku benar-benar tidak mengenal mereka. Semalaman aku berpikir keras, menggali segala hal yang telah kulupakan, namun bukannya mendapat ingatan tersebut, kepalaku dipenuhi rasa sakit yang mendalam.
Sebenarnya ... apa yang terjadi?
Mereka semua berjalan ke arahku dan mengerubungiku.
"Ngapain lo di sini, ha?"
"Suka-suka gue. Semalam gue nggak sempet jenguk Kak Sheya, salah gue ke sini?"
"Udah diurus administrasinya?" Cowok berwajah asing lainnya bertanya.
"Lagi diurus Bang Heeseung sama Bang Jay."
Dia mengangguk kemudian mendekatiku. Kupikir dia akan mengucapkan sesuatu, namun aku salah, dia hanya menatapku tanpa mengeluarkan sepatah-kata.
Wajahnya tidak menunjuk ekspresi apapun. Hanya ... datar.
Aku tidak tahu seberapa banyak cowok yang menjengukku sedari kemarin, rasanya wajah mereka setiap hari selalu berganti.
"Kayaknya lo udah boleh dibawa ke mobil. Sini gue bantu."
Cowok yang kuingat bernama Jake menjulurkan tangan ingin membantuku, tetapi aku tidak bisa menerimanya.
Namun dia tampak tidak keberatan dan malah menggenggam tanganku tanpa ijin.
Aku terkesiap. Lantas kutepis lengannya hingga terlepas dari lenganku.
Dia juga sepertinya terkejut akan responku, terbukti dari wajahnya yang membelalak.
"Kenapa, Shey? Gue mau bantuin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brothers | ENHYPEN✓
FanfictionChoi Sheya terbangun di rumah sakit seusai koma. Saat pertama kali membuka mata, beberapa cowok dengan wajah rupawan nyaris sempurna mengaku sebagai sosok Abangnya. Anehnya, Sheya tidak mengenal mereka. Dan yang lebih buruk lagi ia tidak mengenal di...