N;I;N;E;Teen > Eclipse

16.9K 3K 2.8K
                                    

Kali ini aku buat rules, tapi ada 2 yaitu; 200 vote sama 300 komen, update besok👍 para siders, kalian harus muncul okay?

Biar rame, aku mau nanya dong kalian line berapa aja? Jawab ya:)

Happy reading👀

Happy reading👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mobil Bang Sunghoon melaju dengan kecepatan normal di jalan raya. Nuansa di dalam mobil hanya keheningan, tidak ada sedecitpun suara yang tercipta, aku tidak berniat membuka percakapan, begitu juga dengan Bang Sunghoon, kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ia fokus menyetir sementara aku fokus menatap jalanan.

Bibirku terkunci rapat, sama sekali belum mengeluarkan satu patah kalimat sejak kejadian semalam, tepatnya setelah pulang---diantar Bang Sunghoon---aku langsung beranjak ke kamar, tidur. Kemudian keesokan harinya atau hari ini, aku sengaja bangun telat agar tidak bertemu Bang Heeseung dan langsung bergegas menghampiri mobil Bang Sunghoon supaya tidak ada orang lain yang mengajakku bicara. Rasanya hatiku mengosong bila semakin dekat dengan mereka.

Sekarang, aku harus kembali ke sekolah yang sudah mempermainkanku. Tidak punya pilihan, aku harus bertemu orang-orang bejat itu lagi.

Mobil terus melaju, hingga lima belas menit bertahan dalam keheningan, mobil memasuki gerbang sekolah.

"Lo nggak pa-pa?" Untuk pertama kali, Bang Sunghoon mengeluarkan suara.

Aku bergumam pelan. "Ya." Kepalaku masih mengarah ke luar jendela, memperhatikan perkarangan sekolah.

Tidak ada jawaban lain, hingga mobil putih miliknya berhenti tepat di parkiran.

Tanpa babibu, kubuka seatbealt, bersiap turun, tetapi tiba-tiba ia berujar.

"Bentar."

Sontak kuhentikan gerakan membuka pintu, menoleh padanya.

Ia merogoh saku hoodie, mengeluarkan sekotak permen rasa buah berukuran sekepal jari lalu menyodorkannya padaku.

Aku termenung sembari menatap apa yang ia sodor.

"Ambil," katanya.

Bola mataku beralih menatapnya.

"Untuk?"

Ia menghembuskan napas pelan, meraih pergelangan tanganku tanpa ijin kemudian meletakkan kotak permen tersebut. "Untuk lo. Kalau mau tau manfaatnya, makan." Ia membuka seatbealt yang ia pakai, keluar dari mobil lebih dulu, meninggalkanku yang termenung seraya menatap permen rasa buah pemberiannya di atas telapak tanganku.

Kalau mau tau manfaatnya? Makan?

Kubuka kotak permennya, tampaklah butir-butir permen berbagai bentuk, berbagai warna, juga berbagai rasa. Kuambil permen berwarna ungu, orange, dan kuning lalu kulahap di dalam mulut.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang