F;I;V;E > Done For Me

26.4K 3.9K 770
                                    

Jantungku terasa berdentum hebat. Keringat mengucur deras dari pelipis. Ditambah tanganku bergetar akibat grogi.

Aku tidak bisa melakukan ini!

Tolong!

Kuarahkan tatapan ke depan, berusaha fokus.

Ingatanku kembali terlayang pada penjelasan tiga cowok aneh tadi.

"Mumpung lo baru masuk rumah sakit, lo harus manfaatin keadaan ini buat bikin Bang Heeseung sama Bang Jay nggak ngikutin kemauan Nenek. Awalnya lo harus ambil simpati Bang Jay biar Bang Heeseung gampang diluluhin."

Penjelasan macam apa itu?!

Aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi!

Nenek apalah itu, aku bahkan tidak tau seperti apa wujudnya.

Dan sekarang aku harus meyakinkan cowok bernama ... Jay?

Huh! Yang benar saja! Pertama kali berjumpa dengan cowok bernama Jay itu aku sudah ketakutan.

Mereka bilang aku hanya perlu membujuk Bang Heeseung, namun----aku malah berakhir naas di depan kamar Jay.

Astaga ....

Aku memilin jari.

Bagaimana ini? Aku harus apa?

Mereka bilang Bang Jay tengah bersiap-siap di kamarnya.

Lalu, sekarang apa?

Aku menggigit bibir bawah cemas, kuarahkan pandangan ke depan, berusaha meyakinkan diri mengenai niatku.

Aku tidak mengenal diriku yang sekarang, namun jika aku mencoba lebih dalam, siapa tau aku menemukan jati diriku yang hilang.

Oke. Baik. Tenang.

Semuanya akan baik-baik saja.

Se.mu.a.nya. a.kan. ba.ik. ba.ik. sa.ja.

Aku menarik napas lalu menghembuskan. Begitu berulang kali sampai merasa lebih baik.

Kulebarkan senyum agar tidak terlihat aneh dan mulai menjulurkan tangan ingin mengetok pintu.

Lama terdiam seraya melamun, pada akhirnya aku lelah seperti ini terus. Tanpa berpikir lagi, tanganku bergerak mengetok pintu.

Tok tok tok

Jantungku kembali berdetak kencang, keringat kunjung mengucur deras.

Dua menit menunggu, hingga pintu terbuka dari dalam.

Ceklek

Jantungku semakin berderu.

Pintu akhirnya terbuka, menampilkan sosok bernama Jay.

Aku memaku saat dihujani tatapan tajam darinya.

Dalam beberapa detik aku berdiri dengan raut tegang.

Hening.

"Kenapa?"

Aku menahan napas. Suara beratnya ... memasuki gendang telingaku hingga menyebabkan bulu kudukku meremang.

Aku mengedipkan mata dua kali.

Tanpa kusadari, tiba-tiba dia menyentil keningku seperti yang dilakukannya di rumah sakit kemarin.

Aku terlonjak kaget.

"Jangan ngelamun. Kenapa lo ke sini? Ada perlu?" tanyanya.

Mendengar kalimat lumayan panjang itu, aku benar-benar merinding. Suaranya teramat berat.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang