"Jadi sifat gue yang sebenarnya itu ... munafik?"
Niki tersenyum tipis. "Kurang lebih ya gitu. Tapi sehari-hari lo bersikap baik di depan Bang Heeseung, sementara di belakangnya ... lo jelek-jelekin dia."
Aku menutup mulut, tidak percaya akan sifat asliku.
"Makanya waktu lo ngomong kasar pas sarapan, jelas kita semua kaget, biasa lo nggak gitu."
Aku menggelengkan kepala.
Apa benar itu aku?
Menjelek-jelekkan Bang Heeseung di belakang?
Sungguh?
"Lo sering adu mulut sama Suno, semua orang tau lo berdua pengin saling ngejatuhin di depan Bang Heeseung, jadi lo bersikap manis biar nggak kalah. Dan tadi, untuk pertama kalinya lo kalah di permainan lo sendiri."
Permainan apa?
Bahkan aku tidak tau permainan apa yang dimaksud.
Niki menghela napas. "Terus apa lagi yang perlu gue jelasin?"
Meski ini berat, namun ini diriku 'kan? Aku harus mengetahui jati diriku yang sebenarnya.
"Hubungan gue sama ... Bang Jay?"
Ia bergumam sambil mengusap dagu menggunakan telunjuk. "Bang Jay ...." Matanya menyipit, berpikir.
Aku menunggu dengan tak sabar.
"Sepengamatan gue, lo itu manja banget ke Bang Jay."
"Man-ja?"
"Hu'um, lo itu nakal, sering nongkrong bareng Jake, sebagai perlindungan nggak kena marah Bang Heeseung, lo jadiin Bang Jay tameng."
Nakal? Perlidungan? Ta-meng?
Benar-benar tidak dimasuk akal.
Keningku berkerut samar. "Bentar, gue nggak ngerti."
"Maksudnya, lo deketin Bang Jay cuma untuk ngemanfaatin doang. Lo kan doyan banget ngelakuin sesuatu yang bikin Bang Heeseung marah, kalau lo udah siap-siap diceramahi, lo langsung ngadu ke Bang Jay biar dibela."
"Masa gue gitu?" Aku menutup wajah menggunakan telapak tangan.
"Tapi lo gitu, Shey. Itu diri lo sendiri."
Aku diam termenung, memikirkan apakah itu mungkin.
"Menurut lo, Bang Jay tau gue manfaatin dia?"
Niki menatap ke arah lain, mengingat sekelabat memori yang biasa ia lihat. "Dari gerak-geriknya jelas dia tau. Tapi tetep aja, mau lo manfaatin dia, khianatin dia, tusuk dia dari belakang, tetep aja dia masih sayang sama lo." Niki tersenyum simpul. "Eh, ralat! Bukan cuma dia, kita semua, kita bertujuh selalu sayang sama lo."
"Kenapa kalian kayak jagain gue banget?"
"Bukan kayak, tapi kita semua emang selalu jagain lo. Kita pengin lo selalu bahagia, dan nggak pernah bersedih."
Tertegun, aku sedikit terhanyut melihat pancaran mata yang diberikan Niki padaku.
"Biar lo nakal, bandel, nggak penurut, kita tetep setia lindungin lo."
Apa ini?
Mengapa mereka begitu perduli padaku?
Sebenarnya ... aku siapa?
"Kalau sikap gue ke lo? Gimana?" timpalku, mengabaikan perasaan bimbang dalam hati.
"Emm ...." Niki membasahi bibir bawah. "Lo sering marah-marah ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brothers | ENHYPEN✓
FanfictionChoi Sheya terbangun di rumah sakit seusai koma. Saat pertama kali membuka mata, beberapa cowok dengan wajah rupawan nyaris sempurna mengaku sebagai sosok Abangnya. Anehnya, Sheya tidak mengenal mereka. Dan yang lebih buruk lagi ia tidak mengenal di...