E;I;G;H;T;Teen > Save Me

17.1K 3.2K 1.7K
                                    

Sowry~ baru update sekarang:) Ada suatu problema sehingga baru up, maklum ya👍

Kali ini aku ngga buat rules, karena tidak akan update besok, sekian:)

Para siders jahat, taunya baca, ngga tau vote atau komen, author juga bisa jahat:)

Oiya, aku mau ingetin, ini bukan kisah ggv (ganteng2 vampir). Di sini mereka cuma ngecosplay karena lagi halloween👍 aku bilang gini karena baca beberapa komentar kalian😌 cerita ini ngga ada unsur vampir2nya.

Oke, saya sarankan jangan baca ini, tida jelas😌

Oke, saya sarankan jangan baca ini, tida jelas😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ponsel yang tadi sempat kupegang kembali kumasukkan ke dalam saku. Bisa saja aku bertindak bodo amat dan bergegas membuka ponsel---menelepon Bang Heeseung semisal---, tetapi aku merasa itu ide buruk. Aku tidak tau apa yang akan terjadi bila aku melanggar peraturan permainan bodoh ini.

Untuk kesekian kali, aku menghela napas.

Tetap tenang. Anggap saja aku tengah bermain video game dalam virtual reality. Ini mudah. Hanya menyelesaikan tiga tugas. Ya. Ini akan berlalu.

Aku mengangguk yakin, mengepalkan kedua buku-buku jari lalu mengangkatnya tinggi, membulatkan tekad.

"Lo bisa, Shey. Lo bisa," gumamku pada diri sendiri.

Aku mengarahkan pandangan pada kegelapan di depan mata. Aku masih ingat deretan tengkorak tadi bersinar lurus ke arah depan sana, semasa panik, aku bisa melihat ruangan baru di ujung koridor, setidaknya aku memiliki arah tujuan, yaitu melangkah ke sana. Dengan pelan namun pasti, kugerakkan kaki selangkah demi selangkah, berharap menemukan ruangan yang terdapat lemari.

Di sini tidak ada penerangan sama sekali, mungkin karena ruangannya tertutup, tidak ada jendela maupun ventilasi, tidak ada celah untuk gemerlap bulan menyeruap masuk ke dalam.

Berdasarkan keyakinan, aku terus berjalan maju. Keadaan sepi nan sunyi membuat rasa takut menggenapi dadaku, tetapi aku tidak bisa menangis dan merengek seperti anak kecil, aku harus berusaha sebisa mungkin.

Selama lima menit melangkah gentir, kuangkat kedua tanganku lurus di depan dada---memastikan tidak ada dinding---meraba sesuatu yang ada di ujung ini.

Aku berjalan lebih dekat untuk memastikan, hingga tanganku memegang knop. I-ini pintu.

Tanpa babibu kutarik knop secara perlahan. Dan, terbuka.

Aku menahan napas.

Masuk? Tidak? Masuk? Tidak? Masuk? Tidak?

Pikiranku terus berputar, menimbang pilihan yang tidak akan kusesali.

Hingga aku memilih untuk masuk.

Dengan gerakan pelan kubuka pintu lebih lebar. Jantungku berdegub kencang, memikirkan sesuatu yang ada di dalam. Tetapi aku tak gentar dan terus membuka pintu lebih lebar.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang