T;W;E;L;V;E > Misfit

18.7K 3.5K 2.3K
                                    

Vote!!!

Happy reading🧚‍♂🧚‍♂

"Enggak! Gue bilang enggak! Lo pikir gue cewek macem apa? Gue nggak mau!"

"Tapi Shey, ini demi kebaikan kita. Kita masih muda, belum ada masa depan. Kita berdua masih bisa lanjutin hidup."

"Emang lo pikir semudah itu ha?!"

"Lo nyesel kan? Ngaku deh, kita berdua sama-sama nyesel. Nggak usah munafik, Shey. Gue mohon."

Aku menggeleng sambil menangis sesenggukan. "Kalau seandainya lo nggak peduli, atau nggak mau bertanggung jawab, silakan! Tapi gue yang rasain ini, gue ngerasain anak kembar ini dalam perut gue. Pergi! Jangan pernah tunjukin muka lo di depan gue lagi." Aku berbalik badan lalu beranjak cepat, tangisku semakin kencang.

Baru lima langkah menjauh, tanganku ditarik hingga kembali berbalik menghadap cowok itu lagi.

"Jangan egois, gue sayang sama lo, gue nggak mau lo berjuang sendiri. Tapi ngertiin gue sekali ini aja, hidup kita masih panjang."

Plak.

"Bajingan," umpatku usai menamparnya. Dengan cepat aku berlari menjauh. Tangisku benar-benar tak terkendali, isakan terus saja menyergap dada hingga rasanya sesak hampir membunuhku.

Ketika di lampu merah, aku tersandung batu hingga terjatuh. Pada saat itulah waktu terasa berhenti. Pendengaranku mendadak berdengung oleh klakson. Penglihatanku buram dipenuhi air mata. Jantungku berdegub kencang. Sedetik setelah itu suara teriakan yang menyerukan namaku berderu nyaring.

Aku membeku.

Hingga semuanya berlanjut dengan tubuhku yang melayang di udara, aku tidak merasakan apapun, sampai diriku terpelanting ke tanah.

"AAAAAAAKHHHHHH," teriakku menggelengar sambil terbangun spontan. Keringat bercucur deras dari pelipis ke leherku, napasku tidak beraturan. Aku kacau.

Sial. Mimpi apa aku? Dan lebih anehnya lagi, cowok yang ada dalam mimpiku itu ... argh!

Kulihat kasurku yang ikut basah akibat banjiran keringat.

Aku mengerjapkan mata, berusaha meyakinkan bahwa itu hanya mimpi. Cahaya matahari yang menyeruak masuk dari jendela menyadarkanku, sontak aku melirik jam dinding.

Mulutku terbuka lebar. Pukul 06.26. Mampus.

Aku menepuk jidat lalu bergegas turun dari kasur. Keningku mengeryit, melihat laptop yang terbuka lebar, terletak tepat di sebelah aku tidur.

Aha! Pantas saja aku bermimpi seperti tadi. Semalaman aku bergadang menonton drama korea keluaran terbaru tahun ini. 18 again. Astaga, alur ceritanya hampir sama dengan mimpi ini, kecuali bagian ending.

Namun, yang paling mengherankan ... mengapa cowoknya harus...?

Aku menggeleng, dibanding memikirkan hal tidak penting, lebih baik aku segera bersiap ke sekolah. Bila tidak, maka habis aku kena ceramah lagi. Semula aku membetulkan tempat tidur, setelahnya bergegas menuju kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama aku sudah rapi dengan seragam sekolah. Usai merapikan rambut, memasang sneakers, kuraih ransel yang telah kupersiapkan semalam, kemudian keluar dari kamar menuju ruang makan.

Dalam hati aku berdoa agar tidak mendapat kesialan hari ini. Semoga berjalan lancar.

Setiba di ruang makan, manikku tak sengaja bertubrukan dengan manik Jake.

Ih! Melihat dia, aku jadi teringat mimpi konyol itu lagi. Ya, pasanganku di main drama tadi adalah dia. Menjijikkan! Kenapa harus dia? Harusnya Bang Jay. Eh.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang