Choi Sheya terbangun di rumah sakit seusai koma. Saat pertama kali membuka mata, beberapa cowok dengan wajah rupawan nyaris sempurna mengaku sebagai sosok Abangnya. Anehnya, Sheya tidak mengenal mereka. Dan yang lebih buruk lagi ia tidak mengenal di...
Kali ini rulesnya mudah kok, kalian cuma ngoment sampe 200, kalian boleh ngoment apa aja (ngespam) janji besok langsung update 👍👍
Happy reading👀💜
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku bergedik ngeri, kalimat yang diucapkan Jay tadi masih terngiang-ngiang dalam benakku.
"Gila apa gimana coba?" gumamku.
Aku membuka pintu kamar, masuk ke dalam.
Kududukkan diri di bibir kasur. Sejenak aku melamun, entah apa yang kulamunkan intinya random. Dalam beberapa menit aku hanya berdiam dengan sesekali menghela napas.
Kejadian mengenai Jay mengatakan kalimat horor tadi kembali terbesit dalam otakku.
"Lo bilang temen lo yang namanya Yujin itu ngedorong lo? Jadi dia yang berusaha lo sembunyiin? Jangan salahin gue kalau besok dia mati."
Tubuhku membeku.
"Gue jamin besok lo nggak bisa liat mukanya lagi."
Aku menahan napas. Ketika dia bersiap pergi, segera aku menarik lengannya.
"Ja-jangan! Lo gila?!"
Keningnya berkerut. "Berani lo bilang gue gila?"
Sontak aku menutup mulut menggunakan telapak tangan, sedetik berikutnya kembali berceletuk. "Bu-bukan gitu maksud gue, ta-tapi kata-kata lo, sinting hah?!"
"Lo yang mulai duluan, nggak ngungkap dari awal."
"Itu karena latar belakang ceritanya nggak kayak yang lo pikir! Ini masalah gue, jadi gue mohon jangan ikut-campurin permasalahan gue. Gue yakin bisa tangani sendiri. Gue minta tolong banget ya Bang, jangan sampe lo turun tangan."
Dia ingin membuka mulut---membalas perkataanku---namun aku langsung berbalik pergi tanpa mau menanggapinya.
Aku mendengus ketika lagi-lagi harus mengingat momen tersebut.
Dia pikir dia siapa?
Dikira membunuh orang bercandaan? Sepertinya kesehatannya terganggu.
Huft!
Aku terdiam, beralih merenungkan hal lain. Banyak yang kulamunkan sampai tidak sengaja ekor mataku melirik benda pipih yang berada di atas meja cermin. Keningku bergelombang, sontak bangkit dan berjalan mendekati benda tersebut.
"Pon-sel?" Tanganku terjulur mengambil benda yang bernama ponsel itu. Lalu memutar-balik berulangkali bermaksud memperhatikan. Kira-kira siapa gerangan yang meninggalkan ponselnya di kamarku?
Kutekan tombol on yang berada di sisi kanan ponsel dan layar langsung menyala. Aku mengerjapkan mata, menjernihkan pandangan. Lockscreennya bergambar Sung-hoon? Apa ini milik Sunghoon? Lalu mengapa berada di kamarku?