Langit mulai gelap, suara petir terdengar pertanda hujan akan turun. Buliran air menetes dari atas langit. Arkan dan Cantika berusaha mencari tempat untuk berteduh sambil berlari. Sehingga Cantika terjatuh pada bagian lututnya terluka. Membuat ia meringis kesakitan, arkan jongkok tepat berada didepan Cantika.
"Ayo naik!"perintah Arkan.
"Tapi kan, kaki kamu lagi sakit juga."ucap Cantika.
"Udah enggak kok, kalau gak mau naik ke punggung aku tinggal ya!"ancam Arkan agar Cantika naik ke punggungnya.
"Tega banget sih."ucap Cantika sambil mengerucutkan bibir merahnya itu.
"Makanya ayo naik, hujannya cukup deras nih"ucap Arkan sambil tersenyum.
"Iya deh iya."ucap Cantika membalas senyuman.
Ia pun naik ke punggung Arkan. Setelah cukup berjalan jauh mereka menemukan gubuk tua yang cukup seram.
Ia turun dari punggung Arkan, duduk di bangku panjang, sambil menggosokkan kedua lengannya. Arkan mengetuk pintu, tapi hasilnya nihil tidak ada orang di dalam. Sudah cukup lama mereka menunggu, ada sosok kakek-kakek menggendong karung di pundaknya. Mendekat pada mereka yang tak asing. Kakek tersebut membuka pintu.
"Ayo masuk"ajak si kakek.
"Iya kek"ucap Arkan.
"Ayo can masuk di luar hujan"lanjut Arkan.
Sementara Cantika dari tadi menyandar di bangku panjang, ia tidak merespon ajakan Arkan. Pikir Arkan mungkin dia kelelahan. Arkan memangku Cantika masuk ke dallam rumah. Arkan membaringkan Cantika di kursi panjang.
Karena Arkan penasaran akhirnya, ia memegang dahi Cantika panas, badannya menggigil, dari hidungnya menegeluarkan cucuran darah. Tergambar raut wajah Arkan nampak cemas.
Kakek kembali membawa 2 gelas teh hangat, menyimpannya di meja.
"Kakek apakah punya baju, pacar saya bajunya cukup basah"ucap Arkan
"Ada bekas baju anak kakek"ucap Kakek.
"Boleh jika pacar saya pinjam?"tanya Arkan
"Boleh"ucap kakek.
Kakek tersebut mengambil baju salin untuk Arkan dan Cantika. Arkan menyuruh Cantika untuk berganti pakaian.
Setelah Cantika telah berganti pakaian. Ia berbaring di kursi tadi.
Arkan berganti pakaian. Ia kembali ke tempat duduk semula.
"Apa kakek punya kotak P3K?"tanya Arkan.
"Kakek tidak punya, biasanya kakek dulu memakai cara tradisional dengan meneteskan air bawang merah, jangan lupa berikan kompresnya pada keningnya"jawab kakek.
"Boleh dicoba kek, maaf saya izin ke dapur"ucap Arkan.
Arkan kembali membawa wadah kecil berisi air bawang merah, dan kompresan. Arkan mengompres keningnya Cantika dengan kain. Setelah itu membantu Cantika bersandar, mendongakkan kepalanya ke atas menetesi air bawang merah.
Hujan terus deras sampai pagi.
Arkan cemas melihat Cantika tidak ada di bangku. Ia mencari di dapur di luar tidak ada, mencoba mencari di dapur. Terlihat Cantika sedang memasak
"Di cariin dari tadi, tenyata disini"omel Arkan.
Arkan mencoba membantu memotong bawang, namun Cantika menyuruhnya arkan duduk saja temani kakek. Cantika membawa masakannya ke meja tempat Arkan dan Kakek mengobrol.
"Makanan sudah siap, silahkan cicipi"ucap Cantika sambil tersenyum manis.
Kakek itu melamun, mungkin kerena senyum manis Cantika. Arkan mencoba membuyarkan lamunan kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love [Selesai]
RomanceMengetahui apa arti cinta dari berbagai sudut pandang. "Sekarang mustahil bagiku, mengatakan cinta aku tak mampu sekarang aku terpuruk dalam sesalku, bahkan cinta kini jadi sesak didadaku, tapi kenapa dengannya perasaan ku berbeda? atau aku?" Cantik...