Chapter 10.2 - Crystallofolia

9 2 0
                                    

Maeveen membuat jarak tempuh dari kediaman mereka menjadi sangat singkat karena melewati jalan pintas yaitu menembus hutan di belakang rumah. Rekor, mereka sampai dalam waktu tiga menit saja.

Excelsis langsung turun dari mobil dan melompati pagar kayu setinggi dadanya lalu berlari melintasi pekarangan rumah Lysandra. Sesampainya di depan pintu ia menggedor-gedor pintu, lupa dengan keberadaan bel kecil yang jelas terpampang di depan mata."Lys! Lys ...! Buka pintunya!" Panggilan Excelsis yang semakin meninggi tidak juga mendapatkan respon.

Gusar, Excelsis mengintip ke dalam melalui tirai jendela yang tersibak sedikit. Seketika mulutnya mengaga karena tidak ada satu pun penghuni yang masih berdiri—semuanya tergeletak di atas lantai. Posisi Lysandra dalam keadaan tengkurap dengan telepon yang teronggok di dekat kepala. Tsun Tsun terus menyalak dan menggaruk-garuk pintu seolah meminta Excelsis untuk segera membantu keluarga majikannya.

"Papa, Papa ...! Cepat kemari—Mereka, mereka di atas lantai semua!" Tangan Excelsis mengibas-ngibas cepat supaya Maeveen segera datang dan mendobrak pintu.

Maeveen meminta Excelsis menjauh sebelum memecahkan kaca jendela dan memutar kunci dua kali lalu melepas lima rantai penahan pintu lainnya. Bagi lelaki yang tidak suka kerepotan, tentu lebih mudah dan murah untuk menggati satu petak kaca jendela daripada harus mendobrak dan merobohkan pintu antik tebal dari kayu Oak yang selalu dibanggakan Quentine di setiap kesempatan mereka bercakap-cakap.

Excelsis melesat dan mendudukkan Lysandra di sofa. Meski tidak pingsan, Lysandra nyaris tidak merespon sewaktu diajak bicara. Maeveen berlutut di samping tubuh Quentine untuk mencari jejak-jejak kekerasan lalu mengeluarkan stetoskop dan melakukan pengecekan standar lain. Aithne sibuk mencari denyut nadi Myristica karena tidak menemukan bekas-bekas kekerasan. Quentine masih memiliki denyut kehidupan, meski sedikit lebih lambat dari yang seharusnya, tapi ia tidak berada dalam kondisi yang membahayakan jiwa.

Aithne melempar tatapan khawatir sambil menggeleng pelan pada Maeveen. Tubuh Myristica mulai ditumbuhi bunga-bunga es yang perlahan menyebar, seperti hendak menyelimutinya. Maeveen mendekat dan berbisik, "Apa dia ...?"

Anggukan pelan diterima Maeveen sebagai jawaban. "Sudah kucari. Tidak ada denyut di mana-mana ...," bisik Aithne pelan supaya tidak didengar oleh dua remaja di belakang mereka. Baik Maeveen maupun Aithne tidak pernah melihat fenomena ini sebelumnya karena mereka memang tidak terlalu sering bersinggungan dengan para Pixie.

"Pa, Ma. Apa yang harus kulakukan? Lysa tidak merespon meski dicubit." Excelsis kehabisan akal karena beberapa metode yang ia tahu sudah dicoba, tapi Lysandra sama sekali tidak merepson, meski matanya terbuka.

Maeveen memeriksa Lysandra. "Dia baik-baik saja. Hanya kelelahan."

"Om Quentine? Tante Myristica?"

"Mereka juga baik-baik saja, hanya pingsan. Papa sedang mencari penyebabnya." Maeveen terpaksa berbohong mengenai kondisi Myristica.

"Syukurlah." Excelsis mengembus napas lega.

***

Maeveen memindahkan Quentine di sofa, sementara Aithne mencari kamar tidur utama untuk merebahkan Myristica di sana. Excelsis sibuk mengobrak-abrik kota obat di kamar mandi untuk mencari sesuatu yang bisa memancing kesadaran Lysandra dan menceritakan apa yang menimpa mereka, tapi tidak membuahkan hasil sehingga ia hanya bisa menuruti saran papanya untuk menunggu.

"Apa yang telah terjadi di sini?" gumam Maeveen sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, berusaha memikirkan kemungkinan terburuk yang meyebabkan tetangga mereka bisa berada dalam tahap hampir mati seperti sekarang. Bila terjadi serangan Black Vyraswulf atau para Aechid, tentu keadaan rumah mereka akan porak-poranda, tapi semua perabotan masih tertata apik di tempatnya masing-masing. Tidak ada satu pun yang tampak aneh dan bisa menjawab keingintahuan Maeveen.

VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang