Chapter 11.11 - Nams Xirana

81 1 0
                                    

Quentine mengepalkan tangan kuat-kuat lalu merapalkan mantra, "Lumicus."

"Jangan sekali-kali menyentuh istriku dengan tangan kotor kalian!" Maeveen membuang potongan tangan dari salah Ophianid yang menahan Aithne dan merangkulnya. "Ai, kau baik-baik saja?"

Quentine sudah bisa membayangkan bagaimana kondisi Ophianid lain yang diburu Maeveen hanya dengan melihat potongan-potongan tubuh dua Ophianid yang terpencar di beberapa tempat. Sungguh mengerikan bila membuat seorang Vampire mengamuk. Sebaik apa pun para Merx, hasil amukan mereka selalu berakhir mengenaskan.

"Apa yang terjadi?"

"Itzaso. Dia muncul," balas Aithne sambil menyeka cipratan darah di wajah Maeveen.

"Aithne, bisakah kau melacak keberadaan Lysandra?"

Aithne melirik kepalan tangan Quentine yang sampai memutih dan gemetar. Ia berbisik pada Maeveen, "gunakan sonarmu. Jujur saja aku kesulitan mengendus sentira siapa pun di hutan ini."

"Hm." Maeveen mengangguk. "Sumpal telinga kalian."

Maeveen mengudara lalu mengeluarkan gelombang ultrasoniknya ke empat penjuru mata angin.

Tidak lama Maeveen mendarat. "Ada enam titik yang mencurigakan. Sebaiknya kita cepat ke sana. Aku mendeteksi pergerakan cepat dari arah utara."

Pencarian melalui udara tentu lebih efisien daripada harus berjalan kaki dan menghadapi rintangan yang mungkin menghadang mereka. Quentine memanggil Svelatrix dan membiarkannya menelan satu kelereng arwah.

"Svel, pinjamkan tiga permadanimu."

Svelatrix mengangguk dan melepas tiga helai bulu yang bertengger di puncak telinganya. Hiasan bulu tersebut merupakan bagian dari pelindung kepala. Sesaat setelah disusupi aura merah, helain-helaian bulu tersebut membesar hingga sanggup mengangkut tiga orang dewasa.

***

Akibat serangan Cervius, rombongan Wyfrien terpencar-pencar. Mereka sibuk berlari menyelamatkan diri sambil melindungi tiga perempuan yang mereka kawal hingga memasuki kawasan berkabut yang minim oksigen. Sungguh sial, berlari kesetanan menghindari gempuran bola-bola petir yang mereka tidak tahu datang dari mana dan sekarang sulit bernapas di saat oksigen sangat dibutuhkan sebanyaknya-banyaknya.

Gale sudah lama tumbang karena kelelahan. Zev terduduk lemas sambil bersandar pada sebatang pohon, ia juga di ambang kehilangan kesadaran. Lysandra sampai harus digendong oleh Wyfrien karena tidak suka Excelsis memaksakan diri. Dalam pelarian mereka, Lysandra tersangkut kaki sendiri dan terkilir.

"Hei, walau—walau ... aku tidak, aku tidak—suka, suka ... padamu ... terima ka—kasih. To—long jaga ... ja—ga EG un ... tuk ... ku ...." Lysandra tidak mampu mempertahankan kesadaran yang perlahan menjauh dan hilang.

"Apa yang harus kita lakukan?" Dada Excelsis sesak dan pandangannya mulai kabur.

Wyfrien mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk memeriksa bila lokasi mereka cukup aman. Ia tidak tahu sampai kapan rombongan mereka akan bertahan sebelum menjadi onggokan mayat yang mati kehabisan oksigen.

"Tunggu di sini."

***

Sejak memasuki kawasan berkabut, sepasang mata terus memerhatikan gerak gerik rombongan Wyfrien. "Mereka tidak pernah belajar!"

Sewaktu rombongan Wyfrien tumbang satu per satu, wajahnya sumrigah sambil bergumam riang, "Tubuh baru!"

"Apanya tubuh baru?"

VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang