Chapter 3.0 - Beauty and The (Cute) Dwarf

112 27 68
                                    

Verbena Blossom, Thursally. 60 km dari Laneford Laguna, Arlukha.

Seluruh media memberitakan tentang enam pemuda dan satu penduduk lokal yang semalam menghilang secara misterius. Satu-satunya petunjuk hanyalah hasil jepretan kamera milik salah satu dari mereka. Sayang, kemampuan fotografi pria tersebut di bawah garis kritis karena seluruhnya gagal fokus sehingga terlihat kabur dan berbayang seperti penglihatan seorang penderita minus bersilinder yang melewati angka enam.

Sesosok gadis tengah bersandar pada salah pintu gerbang setinggi tiga meter yang terbuka lebar untuk menyambut para pelajar. Matanya melekat erat pada sebuah ponsel tipis yang bisa dilipat. Saking terlalu serius membaca berita, ia sampai tidak menyadari seseorang yang ditunggu sudah berdiri manis di samping.

Excelsis Gratia Vladimatvei memiringkan kepala sembari setengah menunduk untuk mengintip apa yang bisa menghipnotis temannya. "Lysa baca berita? Apa kiamat sudah dekat?" selorohnya, pura-pura terkejut sambil membelalak untuk menunjang drama.

"Oh, pagi EG." Hazel Lysandra Zeafer, gadis yang lebih dikenal dengan nama tengahnya, menoleh sebentar ke arah Excelsis. "Penasaran, di rumah pops dan moms sibuk bahas ini."

"Pagi. Belum lama di sini, kan?" balas Excelsis sambil merapikan poni yang selalu menutupi dahi.

"Beruntungnya kita memiliki teknologi anti bosan seperti ini. Kalau tidak, mungkin di sini sudah muncul batu nisan!"

"Berlebihan seperti biasa." Excelsis tahu persis tidak perlu peduli dengan nada ketus Lysandra yang sengaja dibuat-buat.

"Ck. Sekali-kali kau yang ada di posisiku, deh. Biar tahu rasanya digoreng matahari!"

"Curahan hati dari seseorang yang sangat suka berjemur." Excelsis melengos pergi karena merasa Lysandra masih akan meledakkan 'bom' palsunya bila ia berlama-lama di situ.

"Itu fotosintesis, fotosintesis!" Lysandra segera mengekor di belakang Excelsis dan melancarkan pembelaan diri, persis seperti seekor anak bebek yang takut ditinggal induknya.

"Ya, ya. Fotonarsis."

"Fotosintesis!" ulang Lysandra sambil menaikkan suara, gemas pada Excelsis yang sengaja salah mengeja kegiatan kesukaannya.

Excelsis menyerah karena permainan kata bukanlah keahliannya. Ia hanya tidak mengerti dengan Lysandra yang menamakan kegiatan berjemur dengan kegiatan yang diasosiasikan dengan tanaman. Mereka berjalan sekitar lima menit untuk mencapai pintu masuk utama.

***

Setelah menggesek kartu pengenal pada salah satu gardu, palang otomatis akan terangkat dan dalam hitungan sepuluh detik akan menutu kembali. Dari titik ini, mereka perlu berjalan sekitar lima menit lagi untuk mencapai salah satu dari dua elevator yang terletak di sayap kiri dan kanan gedung. Elevator di sayap kiri adalah tujuan berikutnya, karena di area inilah letak kelas mereka.

Keluar dari elevator, Excelsis langsung menuju kelasnya dan masih dibuntuti oleh Lysandra yang selalu menghabiskan waktu di kelas Excelsis. Ia ingin membicarakn topik hangat yang menggemparkan kota kecil mereka.

"Menurutmu apa yang terjadi pada mereka?" buka Lysandra setelah duduk di samping Excelsis. Tangannya sibuk membuka ponsel dan mencari-cari berita lagi.

Excelsis sibuk mengelap seluruh permukaan mejanya dengan tisu basah. "Yang paling mungkin, terseret arus dan tenggelam."

"Tapi, tidak ada berita akan terjadi Tsunami?"

Excelsis berhenti. Mulutnya otomatis terbuka, terkejut dengan alur pikir Lysandra. "Kenapa harus tunggu terjangan Tsunami dulu untuk menyeret seseorang dan menenggelamkan mereka?"

VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang