Satu langkah, dua langkah, tiga langkah dilalui dengan mudah. Karena sudah melewati pagar, berarti dirinya sudah memasuki wilayah museum. Lysandra menoleh ke belakang dan matanya langsung disuguhi sosok Excelsis yang terengah-engah setelah berlari dari sekolah untuk sampai di tempat ini.
"Kenapa tidak menungguku, bocah bandel!" Excelsis mendamprat Lysandra yang hanya terkekeh, merasa tidak bersalah seperti biasa.
"Ayo masuk! Kita akan berkelana ke masa lalu hari ini." Dengan penuh percaya diri Lysandra menarik tangan Excelsis sambil setengah berlari hingga yang mengekorinya harus ikut berlari bila tidak ingin diseret seperti sekarung kentang.
Mendekati pintu masuk museum, sepatu Lysandra seperti berubah menjadi pahatan batu yang memerangkap kedua kakinya. Belum juga tahu apa yang terjadi, tahu-tahu Lysandra dilingkupi kabut hitam yang konsentrasinya semakin lama semakin pekat dan menggelap, seiring dengan suhu yang juga turun drastis.
"EG?Apa yang terjadi!" Lysandra berpaling lalu berputar ke segala arah, tapi tidak ada yang bisa dilihatnya dalam kegelapan sepekat malam. Satu lagi, Excelsis menghilang. "EG! Kau di mana? Kenapa di sini gelap sekali? EG!" Tangan Lysandra meraba-raba tapi tidak menemukan apa pun untuk dipegang. Kakinya malah tersangkut pembatas jalan setinggi setengah jengkal orang dewasa yang memisahkan jalan setapak menuju pintu museum dengan rerumputan di sebelahnya.
"Argh! Apa lagi ini! Tolong ... tolong aku! Keluarkan aku dari sini!" pinta Lysandra yang semakin panik. Momok dingin kematian menjamah tengkuk Lysandra dan perlahan memeluk tubuhnya. Meski suhu yang mulai memunculkan bunga es di permukaan kulitnya yang tidak terbalut pakaian hangat, dari dahi Lysandra justru lembap oleh keringat yang membeku perlahan-lahan.
Panas tubuh juga perlahan meninggalkan tubuh Lysandra, diserap oleh sesuatu yang semakin erat memeluknya hingga ia merasa sesak. "Kumohon ... siapa saja, tolong aku! Sesak ... sesak, Pops, Schifar, EG ... tolong aku ... aku tidak ingin—"
Orang-orang di luar halaman museum yang melihat Lysandra bertingkah aneh dan terus berteriak histeris, makin yakin bila ia tengah kesurupan. Mereka tidak berani melewati pintu pagar halaman museum yang setengah terbuka karena ada papan pengumuman yang terpancang di dekatnya yang tertulis 'DILARANG MASUK BAGI PENGUNJUNG UNTUK SEMENTARA WAKTU KECUALI PETUGAS MUSEUM'.
Excelsis sendiri tergeletak tak sadarkan diri beberapa kaki dari Lysandra. Seorang wanita yang sedang berdiri di samping kios hamburger tertarik dengan kerumunan berlapis di depan pintu gerbang museum, tak satu pun yang berani melangkah masuk. Instingnya yang setajam seorang jurnalis menuntunnya untuk menyelidiki. Sebuah kamera saku digital dikeluarkan dari tas tangan lalu menanyai beberapa orang perihal kerumunan yang mulai ramai tersebut sebelum mendekat dan menyibak beberapa penonton untuk mendapatkan pemandangan yang cukup bagus dari dekat.
Ia tertegun melihat tangan Lysandra yang terus bergerak seperti ingin melepaskan diri dari sesuatu yang tak kelihatan sambil berguling-guling di hamparan rumput. "Sedang apa anak itu?" Lensa kamera kecilnya sudah mengunci sasaran dan tinggal menekan tombol merah untuk menangkap momen berharganya.
Sebelum jarinya sempat menekan tombol merah, kamera kesayangan direnggut paksa dari tangannya. "Hei, apa yang kau lakukan?" Nada protes bernada tinggi meluncur dari balik masker yang dikenakan.
Sesosok lelaki berambut hitam yang separuh wajahnya tertutup kerah tinggi dari pakaian yang juga serba hitam. Ia hanya menjeling sejenak dan mengacungkan kamera hasil sitaan dan menunjuk dengan kepalanya ke arah papan pengumuman lain yang terdapat gambar kamera tersilang, lalu melangkah pongah melewati gerbang museum.
"Ayolah, jangan kaku begitu! Mataku minus, jadi aku tidak melihatnya—lagipula gambarnya terlalu kecil, kau pasti tidak bisa melihatnya dengan jelas dari jarak segini, bukan?" Nona yang mungkin berprofesi sebagai wartawati ini menggunakan jurus diplomasinya. Namun, hanya punggung berbahu lebar yang terus menjauh yang didapat sebagai jawaban. "Urgh! Orang-orang zaman sekarang!" geramnya sambil memukul udara dan bersiap mengejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]
Fantasy[Karya Original ini dipindahkan ke Work baru dengan judul yang sama, tapi dengan versi yang sudah direvisi. Silakan kunjungi link di bawah. Terima kasih.] Link: https://www.wattpad.com/myworks/314800084-virmaid-arc-i-the-beginning-grand-revision ***...