Di saat yang sama, Lysandra tidak bisa langsung menikmati ranjang tidur yang empuk karena langsung dihadang oleh pria berambut cokelat gelap di depan pintu, Quentine Acacius Zeafer. Tangannya disilangkan di depan dada sambil menancapkan tatapan tergalak yang ia punya ke mata si mungil yang dikira maling karena masuk ke pekarangan rumah mereka sambil mengendap-ngendap.
"Hazel?"
"Ha—hai, Pops ...," sapa Lysandra takut-takut, tapi masih dengan lancangnya melambai-lambai kecil.
"Kali ini kau terdampar di selokan yang mana, hah!"
Ia mengingat melepas Lysandra tadi pagi dalam keadaan bersih dan rapi, tapi sekarang yang berdiri di hadapannya malah terlihat seperti gembel yang entah bagaimana bisa selamat dari terjangan tornado. Rambut acak-acakan, wajah cemong, robekan dan noda aneka warna di beberapa tempat pada seragam sekolah, ujung rok yang tercabik, dan sepatu yang menghilang dari kaki kanannya hingga menampakkan kaos kaki putih yang sekarang dekil dan berlubang.
Bohong bila Lysandra tidak merasa tertonjok dari dalam akibat lonjakan jantungnya sendiri. Ia hampir tidak pernah mendengar suara Quentine naik hingga sesengit ini. Pertanyaannya juga mengesalkan. Siapa juga yang suka main di selokan?
"Hazel! Kau tuli atau apa?"
Urgh, keluar mulut komodo masuk mulut aligator ini, sih!
Lysandra menghindari tatapan yang mungkin sebentar lagi akan keluar laser dari sana dan memilih memperhatikan jari tengah kakinya yang terekspos ternyata lebih pendek dari jari lain, kecuali jari kelingking.
"Quentine, biarkan dia masuk dulu untuk menghangatkan diri." Sang penyelamat datang dalam wujud wanita bersuara serak seperti sedang sakit tenggorokan yang memanggil suaminya dari dalam rumah.
Quentine menajamkan mata dan apa yang dikatakan istrinya benar adanya. Anak kucing korban tornado yang tercebur selokan ini memang gemetaran dan meniup-niup telapak tangan.
"Masuklah."
"Makasih, Pops!" Lysandra segera menghambur masuk menuju perapian dan bersimpuh sambil mengulurkan kedua tangan, menerima dengan sukarela kehangatan yang ditawarkan jilatan-jilatan api yang tengah menyantap tumpukan kayu kering.
"Jangan terlalu dekat, Sayang." Wanita yang tengah duduk tak jauh dari perapian mengingatkan. Di pangkuannya tergeletak gumpalan tebal bola kapas yang tertidur pulas.
"Iya, Moms." Lysandra menurut dan bergeser mundur dan mengulangi ritual menghangatkan dirinya. Ia memandang iri pada Tsun Tsun, anjing kurang ajar yang mementingkan tidur dalam kehangatan daripada menyambutnya pulang.
Suara bantingan pintu nyaris melontarkan jantung Lysandra ke dalam perapian. "Demi jambul Schifar yang selalu rebah!" makinya dalam hati. Tidak hanya Lysandra yang kaget dan nyaris membenturkan kepalanya pada tangan kursi di dekatnya, tapi Tsun Tsun juga terbangun dan langsung menyalak galak.
"Maaf, tidak bermaksud membanting pintu," jelas Quentine. Lysandra hendak membalas senyum kecil Quentine yang meminta pengertian, tapi ternyata hanya ditujukan kepada sang istri karena saat mereka berpandangan, lengkungan tipis itu mendadak menjadi lurus dan kaku kembali. "Dan kau kapas gembul! Berhenti menggonggong atau kuteruskan jadwal dietmu!"
Seperti mengerti, Tsun Tsun menurut dan menyandarkan dagu ke tangan sofa hingga wajahnya terlihat mekar. Lysandra mengulum senyum melihat kelucuan dan tingkah anjing kecil berusia dua tahun itu. Berbeda dengan putrinya, Quentine tidak melihat anjing obesitas adalah sesuatu yang lucu. Justru ia mengkhawatirkan kesehatan si kaki empat yang makin hari makin sulit bergerak akibat beratnya yang selalu bertambah. Semua akibat perbuatan tidak bertanggung jawab Lysandra yang terus-terusan memberi makan pada si penandas segala merek makanan anjing dan susu dalam hitungan detik.
Quentine melirik jam antik di sudut ruang tamu mereka yang didominasi oleh warna kayu. "Sepuluh menit, Hazel. Waktumu sepuluh menit untuk beres-beres dan kembali ke sini!"
"Iya, Pops ...."
Lysandra bangkit dan melangkah gontai menuju kamar mandi sambil diekori oleh Tsun Tsun yang turun dengan susah payah dari zona nyamannya. Ia berhenti dan membiarkan makhluk berbulu halus ini mengendus-ngendus jemari kaki hingga naik ke lutut. Pertama masih pelan-pelan dan sopan, tapi semakin lama tindakannya makin agresif karena mencium sentira asing milik Schifar.
Agak takut bila Tsun Tsun kesurupan, Lysandra mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya, tapi si buntal berbulu malah menjauh dan terus menghindar hingga menggelinding akibat kehilangan keseimbangan. Sewaktu akan dibantu, Tsun Tsun malah mencakar-cakar panik hingga berhasil berdiri pada empat kakinya dan melarikan diri dengan ekor di antara kaki belakang sambil menangis kecil.
"Ada apa dengan anjing itu?"
***
Quentine—sosok yang tidak mendapat panggilan normal seperti 'papa atau ayah', melainkan 'pops'—baru keluar dari kamar tidur setelah membaringkan istrinya untuk istirahat.
Masih dengan rambut dibebat handuk, Lysandra kembali berhadapan dengan kepala rumah tangga di keluarga kecil ini. Jam beker berkepala ayam tergeletak di atas meja segi empat yang diapit oleh dua sofa panjang dan satu kursi malas.
"Pops, kenapa Chichi ada di sini?" Lysandra menunjuk jam beker yang mengeluarkan suara ayam berkokok hingga fals bila lebih dari 15 menit tidak dimatikan.
"Tentu saja biar kita tahu waktu. Myristica tidak ingin kau bergadang dan jadi alasan besok tidak bisa bangun." Quentine menekan 'jengger' merah di atas kepala Chichi lalu melipat tangan di depan dada dan menyilangkan kaki. "Ayo mulai," titahnya penuh otoritas.
"Ini setengah sepuluh, Pops. "
"Lalu?"
"Sekolah. Besok. "
"Cepat mulai."
"Tidak bisa besok saja, Pops?" Meski takut, Lysandra memasang wajah memelas. Berharap bisa lolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]
Fantastik[Karya Original ini dipindahkan ke Work baru dengan judul yang sama, tapi dengan versi yang sudah direvisi. Silakan kunjungi link di bawah. Terima kasih.] Link: https://www.wattpad.com/myworks/314800084-virmaid-arc-i-the-beginning-grand-revision ***...