Chapter 11.9 - Svelatrix, The Red Phoenix

7 0 0
                                    

Aithne berada dalam pelukan Maeveen. Mereka tidak menjejak tanah, melainkan mengambang di udara dalam bungkusan sayap hitam.

Quentine juga tergantung di udara. Namun, tidak dalam kondisi senyaman Aithne karena belitan menyakitkan di pinggangnya. "Istriku ... di mana istriku, Svel?" teriaknya sambil mendongak.

Svelatrix melirik ke bawah, ke arah Quentine yang dibelit ekor Phoenixnya. "Kewajibanku adalah melindungimu."

"Kau tidak memberi komando." Sekali lagi Svelatrix harus mengingatkan Quentine mengenai posisinya. Sebagai Rǜę yang mengikat kontrak dengannya, ia tidak memiliki kewajiban terhadap keselamatan Myristica. Pengecualian bisa terjadi bila Quentine memberi perintah.

Kegetiran menyusup dan menggayuti hati Quentine. Ia menampar wajahnya dan menyalahkan diri sendiri karena tidak sempat memerintah Svelatrix untuk menyelamatkan Myristica. "Turunkan aku, Svel. Aku harus mencarinya!" seru Quentine sambil menggeliat-geliat untuk membebaskan diri dari belitan ekor Svelatrix.

Akibat kepulan asap tebal nan pekat dari beberapa pohon yang terbakar, sangat sulit untuk melihat apa pun yang berada di permukaan tanah. Ditambah, dari tempat mereka mengudara segala sesuatu di bawah sana terlihat seperti sekumpulan titik dari kejauhan.

"Svel! Aku tahu kau mendengarku! Cepat turunkan aku!"

***

Sebongkah bola listrik yang jauh lebih besar dari serangan sebelumnya melesat dan menabrak sayap kiri Svelatrix hingga ia menjerit dan mengendurkan belitan pada Quentine. Keseimbangan terbang Svelatrix terganggu akibat terjangan yang tak terduga tersebut.

"Svelatrix ...!" Quentine merasa organ dalamnya seperti berebut keluar dari mulut, tapi jiwanya tersedot ke bawah karena terlepas dari belitan Svelatrix. Ia tengah meluncur bebas dari ketinggian berpuluh-puluh meter dari permukaan tanah.

Beruntung Svelatrix segera mendapatkan kemampuan terbangnya dan sigap menyambar tubuh tuannya. Bahu Quentine berada dalam cengkeraman kaki elang bercakar tajamnya. Meski sakit akibat cakar-cakar yang tertanam di bawah permukaan kulitnya, Quentine tidak terpikir untuk melancarkan protes. Kondisinya masih lebih baik daripada menjadi onggokan gumpalan daging tanpa bentuk di dasar hutan atau tertancap seperti satai pada batang pohon.

Lagi-lagi Cervius berperan menjadi penjahat dan menyentak lebih banyak bola listrik untuk mengganggu penerbangan Svelatrix. Quentine langsung sadar bila Rǜę Harpy miliknya kesulitan untuk terbang sekaligus menghindari serangan karena ukuran tubuh mereka yang hampir sama, lupa bila Svelatrix masih dalam kondisi tersegelnya.

"Svelatrix. Ga ... Ru...!" Quentine membuka segel pembatas Svelatrix.

Perlahan-lahan ukuran tubuh Svelatrix membesar hingga sepuluh kali. Satu hal yang aneh, bila segel pembatas energi Svelatrix dibuka, maka ia akan kembali ke wujud Animus Rǜę, seekor burung merah raksasa.

"Svel, saatnya pembalasan." Senyum miring Quentine mengembang, dan memanjat penuh semangat dan berpegangan erat pada kaki Svelatrix, seakan lupa dengan bahunya yang berdarah-darah. "Jangan sampai membunuhnya."

"Aku tidak bisa menjamin." Svelatrix termasuk dalam jajaran Rue pendendam, walau tidak separah Cervius. Ia akan akan membalas setiap perlakuan buruk terhadapnya. Hal pertama yang ingin dilakukan adalah mematahkan tanduk Cervius. "Tuan, naiklah ke tengkuk!"

"Bagaimana caranya, Svel?"

Selembar bulu burung raksasa melayang dan berhenti di samping Quentine. "Naiklah."

"Wow!" Quentine segera melompat dan duduk nyaman di atas 'karpet' bulu burung yang entah muncul dari mana.

Penerbangan Quentine tidak berlangsung lama. "Berpijaklah pada bulu putihku dan lakukan dengan cepat bila tidak ingin terbakar, Tuan."

VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang