Chapter 10.4 - Safe And Sound

12 1 0
                                    

"Hazel! Kenapa kau masuk? Tidak bisakah sekali saja kau jadi gadis penurut!" Quentine kembali dibuat gusar karena putri semata wayangnya baru saja membahayakan diri sendiri.

"Ta-tapi, dia itu siapa, Pops! Kenapa dia akrab sekali denganmu?" protes Lysandra dengan suara parau yang terus pecah ketika mencapai nada tinggi. Sorot matanya dipenuhi kekaguman, meski hati tidak terima melihat ada wanita yang menyentuh Quentine selain Myristica. Ditambah, dari bahasa tubuh mereka memberi kesan bahwa yang mereka lakukan adalah hal biasa.

"Hei, hei. Ini tidak seperti yang kau pikir, Hazel!"

"Benarkah? Lalu bagaimana cara Pops menjelaskan ini? " Lysandra memicingkan mata, menuntut jawaban.

Sebelum Quentine sempat menjawab tuduhan serius putrinya, Cervius sudah berdiri dan muncul begitu saja di depan Lysandra, membuatnya terjengkang. Kaget.

"Cepat menyingkir, Hazel!" Quentine khawatir Cervius akan menyerang. Namun, Svelatrix kembali menempatkan dirinya di antara Lysandra dan si rusa biru.

Cervius, si Rǜę angkuh hanya berdiam diri dan memandang Lysandra. Matanya yang selalu membiaskan cahaya putih terang kini meredup hingga memperlihatkan mata aslinya yang didominasi warna biru cerah dan pupil hitam persegi panjang.

"Bi-biru? Rusa bermata biru!" pekik Lysandra, seolah melihat Svelatrix yang mengambang kurang spektakuler dari warna mata seekor rusa. Pekikan Lysandra justru menghadirkan kebingungan Quentine karena baginya mata Cervius seperti bohlam lampu yang terus menyala.

Pandangan Cervius yang anggun seperti mengundang Lysandra untuk menyentuh kepalanya, tapi Quentine buru-buru melarang. Namun, sekali lagi, Quentine langsung sadar pada siapa ia bicara. Benar saja, meski sudah dilarang, tangan Lysandra sudah terjulur dan menyentuh dahi Cervius yang malah bergerak maju.

Sekonyong-konyong mata bohlam Cervius kembali menyala, kali ini bercampur bias keemasan. Sebelum Lysandra bisa mencerna lebih lanjut, Cervius telah berubah menjadi bola salju dengan pendar keemasan yang samar dan melesat masuk ke tubuh Myristica.

Quentine tersungkur, kelelahan setelah Svelatrix yang berubah menjadi bola api merasuki dadanya. Suhu di sekitar mereka menghangat karena pancaran panas yang dikeluarkan Svelatrix telah melelehkan seluruh lapisan es tebal yang sempat mengubah ruang tidur utama ini menjadi sebuah kulkas raksasa, meninggalkan ceceran air di mana-mana.

Rupanya hanya satu orang yang tidak menyadari ini karena terperangkap dalam keterkejutannya sendiri. "Rusanya ... masuk ke Moms, lalu ... dia merasuk ke ... dada Pops? Wanita itu ... jadi bola api ... lalu ... merasuk ... ke dada Pops? Aku masih waras, kan? Aku belum gila, kan?"

Quentine mendekati Lysandra yang masih tersungkur dengan mata terbuka lebar dan terus komat-kamit seperti membaca mantra. Jiwanya masih belum sanggup menanggung kenyataan aneh yang tersaji sepanjang hari ini.

"Tidak apa-apa Hazel, tenanglah ...." Quentine memeluk Lysandra sembari mengusap-usap lembut rambutnya.

"Pops ...," panggil Lysandra dengan suara bergetar.

"Hm?"

"Sejak kapan kalian dikuasai setan?"

"Eh?"

"Aku melihat wanita itu melayang di belakangmu, Pops! Kalau bukan setan, apalagi penjelasan yang mungkin? Ditambah dia-dia juga merasuk! Aku tidak tahu jenis setan yang berbentuk seperti rusa itu, kalau yang seperti wanita itu ... itu ... tidak salah lagi, dia pasti Su-Su-Succubus!"

Lysandra yakin bahu Quentine sempat terkutik sebelum berguncang cepat. Penasaran, ia membebaskan diri dan mendapati Quentine tengah membekap mulut sendiri, berusaha sekuat tenaga supaya tidak ada derai tawa yang lolos keluar.

"Pops ...?" Dahi Lysandra mengerut dalam. Perasaannya campur aduk, antara kecewa dan kesal. Menurutnya ia tidak sedang melawak sehingga pantas mendapatkan reaksi seperti itu dari Quentine.

Hati Quentine langsung disisipi rasa bersalah setelah melihat ekspresi merajuk putrinya, tapi ia juga tidak tahu bagaimana cara menjelaskan dengan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh si lamban berpikir seperti Lysandra. Ia berharap ada suatu kejadian yang bisa menyelamatkannya keluar dari suasana yang semakin canggung.

Sang penyelamat datang dalam bentuk suara lembut yang membelai telinga Quentine. "Zeafer, Lisy. Sedang apa kalian?"

Jantung Quentine melunjak riang sewaktu Myristica memanggil nama mereka. Ia berpaling dan sosok pujaan hatinya tengah duduk di tepi ranjang. Binar di matanya seperti meminta 'mana pelukan untukku?'

Quentine kalah cepat karena Lysandra sudah lebih dulu berada dalam pelukan Myristica, mengukirkan seulas senyum bercampur cemburu dengan kecekatan yang dimiliki Lysandra. Ya, ia bukan satu-satunya sosok yang penting dalam hidup wanita pasif yang sangat cantik di matanya itu karena sekarang mereka memiliki bukti dari cinta yang masih terus bergelora di dada masing-masing-Lysandra.

"Moms!" Lysandra menenggelamkan kepala di dada Myristica yang langsung membelai lembut, mencurahkan seluruh cintanya.

"Selamat datang kembali." Quentine mengecup dahi istrinya dan memeluk Lysandra. Apa pun akan dilakukan oleh Quentine untuk dua sosok yang merupakan hidupnya itu.

***

Quentine dan Lysandra nyaris kehilangan Myristica sewaktu Cervius keluar sendiri tanpa dipanggil tuannya. Bunga-bunga es yang terus tumbuh merupakan kemampuan Cervius yang tidak terkendali sebagai efek dari melemahnya tubuh inang sampai batas tertentu.

Inang yang sekarat juga menjadi salah satu hal yang harus diwaspadai. Oleh karena itu, bagi seorang Pixie bila tanda-tanda seperti ini ditemukan maka Rǜę tersebut harus dikeluarkan dari tubuh mereka dan dipindahkan ke inang barunya-bila ada. Quentine sama sekali tidak berpikir untuk memindahkan Rǜę Myristica ke putrinya, selain karena memang tidak pernah tahu ritual pemindahannya, ia merasa Lysandra masih terlalu muda dan rapuh untuk menampung Rǜę liar dan keras kepala seperti Cervius.

Inang yang tidak dapat mengendalikan Rǜę akan dikuasai atau mati terbunuh. Bila inangnya mati dan Rǜę tersebut tidak diikatkan pada inang baru, maka mereka akan berkeliaran dan menyerap semua energi astral yang dapat diperoleh. Para Aether terkadang menyamakan mereka dengan arwah gentayangan.

Quentine telah bertekad akan melakukan apa pun untuk memenangkan jiwa Myristica dari tangan Cervius meski harus melanggar aturan. Ia tidak ingin rusa sombong itu menguasai dan menyerap energi astral Myristica hingga habis dan membuat wanitanya berada dalam status yang disebut oleh para Aether sebagai 'meninggal, mati, tewas, tak bernyawa'. Oleh karena itu, dirinya nekat memerintahkan Svelatrix untuk bertarung dan melenyapkan Cervius, tidak peduli bila Myristica akan kehilangan Rǜę selamanya. Setidaknya dengan pilihan egois seperti itu ia bisa mempertahankan sang istri.

Myristica menoleh dan melihat Aithne mengintip dari ambang pintu. "Aithne," panggilnya.

"Sepertinya semua sudah terkendali." Maeveen muncul di belakang Aithne, disusul oleh Excelsis.

"Terima kasih." Myristica melemparkan senyum hangat ke arah keluarga kecil Vladimatvei.

"EG, terima kasih." Lysandra menghampiri Excelsis dan memeluk sahabat baiknya.

"Itulah gunanya sahabat." Excelsis mengacak-acak rambut Lysandra sebelum melanjutkan, "kami pulang sekarang. Om Quentine, Tante Myristica-selamat malam."

"Tunggu dulu. Aku sempat memanggang kue lapis stroberi. Bagaimana kalau mencicipinya dulu?" Myristica ingin mengunngkapkan terima kasihnya pada keluarga yang telah menolong mereka terhindar dari bencana besar malam ini.

"Baiklah. Aku dan EG akan menyiapkannya!" Lysandra langsung menarik Excelsis untuk mengikutinya ke dapur.

Excelsis sempat melirik Maeveen yang matanya berbinar-binar mendengar kata stroberi yang berarti 'merah'. Meski memasang wajah serius, Aithne juga bisa menebak bahwa air liur sudah memenuhi rongga mulut sang suami.

***

Phew~ Selesai. Pertimbangkan untuk vote + komen ya~~ Danke!



VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang