Betapa Lysandra sangat bersyukur karena hari ini nyaris menjadi bencana terbesar dalam hidupnya—kehilangan sosok ibu yang dicintai selama-lamanya. Namun, semua peristiwa juga semakin menggelitik rasa ingin tahu yang menuntut dipuaskan. Informasi mengenai Vyraswulf belum sempat terkumpul, sekarang ditambah dengan hal aneh yang berhubungan dengan keluarganya dan mungkin keluarga Excelsis termasuk yang menyimpan banyak rahasia untuk ia kuak sendiri.
Mata Lysandra tidak berkedip memperhatikan Excelsis yang tengah serius memotong-montong kue lapis stroberi dan dengan cekatan memindahkan bagian per bagian ke piring kecil yang sudah berjejer di atas meja. Hatinya tengah mendiskusikan dua hal yaitu perlu atau tidaknya menceritakan semua penemuan selama ini kepada sang sahabat.
Insting Excelsis langsung terkutik karena merasa ada sepasang mata yang sedang mengawasinya. "Ada yang ingin kau bicarakan?"
Lysandra terkejut dan bertanya-tanya dalam hati apakah ia memang terlalu bodoh untuk melindungi isi kepalanya. "Eng, iya. Kau sudah selesai?"
"Ya. Tinggal membawanya, jangan lupa minumannya." Excelsis meletakkan piring-piring yang sudah terisi ke atas baki besar yang dikeluarkan Lysandra dari lemari.
***
Di ruang tamu Maeveen dan Aithne duduk berhadap-hadapan dengan Quentine dan Myristica yang tampak lebih sehat dari beberapa jam lalu.
"Aku tahu ini sudah berlalu. Tapi, adakah informasi yang bisa dibagi?" Maeveen membuka percakapan.
"Ya. Tentu saja, maaf tadi belum sempat menjawabmu. Untuk mempersingkat waktu, aku akan membiarkan kau membaca ingatanku."
"Baiklah." Iris Maeveen berubah seperti permukaan air yang ditetesi pewarna merah darah. "Aku akan mengakses pikiranmu sekarang. Kuingatkan ini tidak akan menyenangkan."
Quentine mengangguk dan bertatapan dengan Maeveen. Meski sudah mempersiapkan diri, kepalanya serasa diseruduk truk dan akan segera berpindah dunia saat itu juga.
"Tetap fokus dan jangan pejamkan mata sebelum kusuruh."
"Urgh ...!" Quentine berperang dengan kelopak mata yang memaksa untuk menutup, seolah pelindung indera penglihatannya tersebut berusaha merebut kendali.
"Aku akan menghitung sampai tiga. 3 ... 2 ... 1 ...!" Maeveen menjentikkan jari dan seketika mata Quentine terbuka lebar, memperlihatkan iris merah darah dengan lingkaran keemasannya yang khas.
Selagi Quentine terperangkap dalam waktu yang membeku, kepala Maeveen mulai dibanjiri rekaman-rekaman kejadian yang dimulai dari penyelamatan Lysandra dari museum kota hingga pertarungan antara Svelatrix dan Cervius.
Lima menit kemudian, Maeveen menjentikkan jari sambil mengembuskan napas berat setelah selesai menonton kilasan-kilasan peristiwa yang mirip film dokumenter. "Kalian membahayakan diri kalian sendiri."
"Ya, aku tahu. Aku tidak akan memaafkan diriku bila sesuatu terjadi pada mereka berdua."
"Bisa dimengerti."
"Sekali lagi terima kasih karena kalian mau meluangkan waktu untuk direpotkan oleh kami semua." Myristica merasa sangat berhutang budi pada keluarga Vladimatvei, meski ia tahu suaminya hingga sekarang masih antipati pada segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia dua 'ras V'—Vampire dan Vyraswulf.
***
Waku berlalu dan rasa penasaran tidak mengizinkan Lysandra untuk sekedar memejamkan mata dan memasuki dunia mimpi. Kasur selembut awan bahkan tidak sanggup untuk membujuknya terus berbaring.
Lysandra meraih alarm dan menekan tombol kecil untuk menyalakan lampu latar. "Masih setengah tiga," keluhnya sambil menatap langit-langit kamar yang remang-remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRMAID - ARC I: The Beginning [Pindah ke Work Baru]
Fantasy[Karya Original ini dipindahkan ke Work baru dengan judul yang sama, tapi dengan versi yang sudah direvisi. Silakan kunjungi link di bawah. Terima kasih.] Link: https://www.wattpad.com/myworks/314800084-virmaid-arc-i-the-beginning-grand-revision ***...