Unknown 3 : Sudut Pandang

893 143 92
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT

"Sebutkan nama, asal sekolah, tanggal lahir, dan cita-cita. Lalu, bacakan surat perkenalan teman kalian dengan sudut pandang ketiga."

What the fuck!

Salah satu umpatan yang terlintas di benak para siswa baru tahun ajaran ini. Mereka tidak habis pikir dengan surat perkenalan yang tidak jelas maksudnya.

"Understand?"

Tidak mendapat respon dari anak didiknya, Bu Clarista langsung memulai perkenalan dari dua murid di depannya. "Baiklah, mari kita awali dari Royvan dan..." ujar Bu Clarista menggantung karena tidak tahu nama siswinya ini.

"Agista, Mrs."

"Ah iya, Agista. Silakan dimulai."

Bu Clarista mundur dan menempatkan diri duduk di meja guru. Beliau membuka buku catatan dan menatap anak didiknya dengan tangan menyangga dagu.

"Gue-"

"Gue-"

Agista dan Royvan saling pandang. Terlihat percikan api menghiasi kedua mata mereka. Royvan yang sejak dari lahir sudah diberi tatapan tajam dan Agista yang membenci Royvan karena insiden tadi pagi. Mereka terlihat sangat saling membenci.

"Hey hey, kalian jodoh ya nih?"

Agista POV

"Hey hey, kalian jodoh ya nih?"

Aku langsung melihat kearah orang yang berkata seperti itu. Aku tahu dia. Satya. Temanku TK yang jahanam. Dia selalu menjahiliku setiap bertemu.

Lelaki bersurai hitam itu melempar ekspresi jenakanya yang mampu membuat aku kesal sendiri.

"Bunga-bunga cinta bermekaran~
Ups,"

Aku melihat dengan kepala yang agak dimiringkan saat Stella ikut-ikutan. Aku tidak percaya perempuan ikut-ikutan nimbrung. Apa karena cowok sialan di sampingku ini ya?

"Eaa, cinta uhuy!"

Aku mendengus saat beberapa teman-teman yang belum aku kenal sudah menertawakanku. Aku melirik ke samping dimana Royvan hanya berdiri tegap dan memasukkan tangannya ke dalam saku. Aku mendengus. Royvan terlihat tidak peduli, pikirku.

"Gue Agista Lavinsa. Asal sekolah dari SMP 1 Sakra. Tanggal lahir 19 September. Cita-cita menjadi dokter spesialis."

Aku mengawali perkenalan dengan wajah malas. Aku tidak peduli dengan respon mereka. Aku ingin cepat-cepat duduk di bangku ku sendiri, mendengarkan musik, dan terlihat seolah-olah sibuk.

"Dokter spesialis hati ya?" sahut seorang berambut kuning dengan wajah yang menjengkelkan. Lalu disusul tawa oleh teman laki-laki di sekitarnya.

"Nggak, tapi dokter spesialis jantung." balasku judes dengan menajamkan alis.

"Baiklah, sekarang giliran Royvan membacakan surat perkenalan Agista."

Suara menginsterupsi Bu Clarista membuat aku sontak menoleh ke arahnya. "Harus seperti itu ya bu?" tanyaku memelas. Aku tidak sudi jika kami harus bertukar surat.

Bu Clarista terlihat menggangguk mantap. "Iya memang seperti itu sistemnya. Nanti temen-temen yang lain juga begitu."

Mati aku.

Royvan menodongkan tangannya di depanku seolah meminta kembali surat perkenalanku. Mau tak mau, aku melakukannya agar ini cepat usai dan hilang dari ingatan.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang