Unknown 17 : Magnetic Girl

678 133 46
                                    

HAPPY READING SKSK
KEEP VOMMENT

Oke, Agista sudah mempersiapkan mentalnya. Ia akan berlakon drama dengan Vareno hari ini. Untuk itu, ia akan memperkuat mentalnya supaya tidak jatuh saat menatap kamera.

"Ta? Lo nggak gugup kan?"

Vareno menyentuh bahunya, yang mana hal itu membuat Agista tersentak kaget.

"Ng-nggak." balas Agista mencoba tak gugup. Gelagatnya yang aneh ini, ditangkap jelas oleh Vareno.

"Mau latihan dulu?"

Agista menatap para teman Vareno dengan nyali menciut. Ia tidak mungkin bisa latihan di ruangan yang amat berisik ini. "Di tempat lain aja ya. Jangan di sini." ujar Agista beringsut. Vareno tersenyum sedikit dan mengusak puncak kepala Agista.

"Oke, ayo kita cari tempat yang agak sepi."

Agista dan Vareno kemudian sampai di dekat ruang komputer yang cukup sepi. Tidak ada orang yang terlihat. Lalu, Agista bersiap memulai drama mereka.

"Oke, mari kita mulai. Sesuai naskah ya Kak."

Agista menjeda, ia menarik napas dengan berusaha menetralkan kegugupannya. "Gue mau kita putus dari hubungan ini."

"Kenapa? Apa karena persahabatan kita tidak suci?" ujar Vareno selayaknya orang akting betulan.

"Bukan, bukan hal itu."

"Lantas lo mau gue apa? Gue bakal lakuin semuanya asal lo tetep mau di samping gue."

Agista menggeleng, sesuai instruksi dalam naskah. "Kita nggak bisa bersama dan—" jeda Agista. "—lo buang jauh-jauh deh sandiwara itu."

"Gue belum bayar hutang budi gue."

Agista sedikit melupakan tentang naskah bagian ini. Langsung saja ia mengatakan apa yang di pikirannya saja.

"Gue udah buat banyak orang kecewa. Adira, Kak Eva, Kak Deasy. Buat apa? Buat lo! Jangan salah mengartikan dong. Gue bukannya suka sama lo! "ujar Agista semakin meninggi. Seakan-akan ia mengaktingkan itu secara sungguhan.

"Gue tahu. Berkat lo, gue sekarang masih hidup. Gue perhatiin setiap tingkah lo itu karena—" ucapan Vareno terhenti saat instruksi dramanya seperti itu. Ia juga cukup tertegun kala mengetahui Agista sedikit mengubah drama mereka.

"Karena? Karena apa? Denger baik-baik ya. Sandiwara gue selama ini sangat baik. Gue pura-pura manja. Gue pura-pura childish. Gue pura-pura cari perhatian sama lo. Tapi asal lo tahu saja, lo bukan tipe gue. Semua itu hanya pura-pura." ujar Agista kembali pada naskah yang sesungguhnya. Kali ini ucapan Agista terdengar pas dan begitu menyakitkan.

"Lebih baik kita nggak usah kenal. Kalo ujung ujungnya seperti tak kenal." ucap Vareno dengan menampilkan ekspresi kecewa.

"Gue tahu, lo ketus sama gue biar apa? Itu tameng lo sendiri. Tameng lo agar diri lo nggak jatuh lebih dalam dan gue maklumin hal itu." ujar Agista. Vareno kembali mematung karena Agista mengubah isi naskah menjadi lebih hidup, lagi.

"Gue sama sekali nggak pernah nangis buat lo. Tapi gue kecewa. Kecewa dibohongi. Gue benci dibohongi. Gue udah buat lo jadi sahabat terbaik gue dan dulu? Lo bohongin gue seenaknya. Gue nggak suka." kata Agista berusaha menampilkan wajah sedih dengan menangis. Ia mencubit pahanya sendiri.

"Maaf, gue emang nggak pantes buat jadi sahabat lo." ujar Vareno merunduk terlihat seperti menyesal.

"Lo pantes kok. Asal lo tanam baik baik kejujuran di hidup lo. Inget, jangan patah semangat. Ada cewek yang lagi nungguin lo disana. Gue juga tahu siapa cewek itu." ujar Agista terkekeh diakhir. Kekehannya berubah miris mengingat insiden beberapa hari lalu.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang