Unknown 6 : Salah Paham

794 137 39
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT

Sudah lewat satu semester semenjak tahun ajaran baru. Kelas 10 IPA 7 kini menempati semester genap yang mulai serius. Meskipun begitu, satu semester mereka tidak luput dari masalah. Muncul kelompok impian dan buangan yang dibatasi garis jelas. Muncul juga aura permusuhan dari kedua kubu kaum adam yang pecah. Firenze dan Xerga beberapa kali melakukan keributan di sekolah dan menyebabkan beberapa PKS kewalahan hingga angkat tangan.

Satu semester belakangan menjadi semester paling absurd untuk Agista. Dimana ia diklaim sebagai adik dari duo rival yang bernama Abay dan Satya. Ia tidak bisa mengelak, apalagi mereka berdua berlaku selayaknya kakak di sekolah untuk Agista. Kecuali Abay yang sikapnya masih kaku dan keras.

Agista kini bisa beradaptasi dengan baik di kelas barunya. Pada semester pertama, ia belum memiliki teman akrab. Ia hanya memiliki teman semu. Kini, ia tengah menjalin pertemanan dengan Izly yang juga mantan alumni SMP 1 Sakra.

Agista tengah menatap polaroid yang bergambarkan dirinya dengan Izly. Ia menatap bahagia polaroid tersebut. Untuk pertama kalinya, ia memiliki satu teman yang loyal. Tidak teman seperti sebelumnya.

"Hah, akhirnya gue bisa punya temen selain tembok kamar." ujarnya senang. Ia bahkan menjerit walaupun tertahan.

"DEK! CARI MAKAN YUK!"

Agista mendudukkan dirinya. Ia menyambar hoodie hitam dan sendal selop lalu segera turun. Ia juga lapar mengingat belum makan semenjak tadi siang.

"Ayo Kak skuy." ujar Agista berjalan begitu saja. Vino menegur.

"Dek, pakai celana panjang gih sama sepatu. Jangan pakai yang terbuka kayak gitu." ujar Vino memperingatkan. Agista mengamati penampilannya yang menurutnya biasa saja.

"Pakai kayak gini aja nggak papa Kak, aku betah dingin kok." ujar Agista tidak berniat mengganti celana dan sepatunya. Memangnya kenapa kalau ia memakai celana diatas lutut? Ini sedang trendi pada kalangan anak muda.

"Kakak nggak mau tahu. Pokoknya ganti celana sama sendal kamu." ujar Vino menajamkan matanya.

"Daripada kamu pakai kayak gitu, mending telanjang aja sekalian." balas Vino sadis. Kedua bola mata Agista hampir loncat keluar mendengar nada kakaknya yang pedas.

"Ya ampun kak, nggak segitunya kali." ujar Agista mendramatisir.

"Buruan ganti, nanti kakak tunggu di motor."

"Oke." balas Agista lemah menaiki tangga menuju kamarnya. Ia melangkah dengan terseok-seok. Ia tidak suka cara busananya diatur oleh orang lain.

Lima menit kemudian, Agista memakai celana yang berwarna hitam lengkap dengan sepatu putih polos yang modis. Ia menuruni tangga dan melupakan begitu saja kekesalannya. Ia lebih merasa nyaman memakai baju tertutup daripada terbuka. Ternyata kakaknya ada benarnya.

"Nah gitu dong. Kan cantik." ujar Vino menyalakan mesin motornya.

"Yaudah skuy kak cari makan." ujar Agista menaiki jok belakang motor kakaknya.

"Mau kemana nih?" tanya Vino melajukan motornya.

"Ke kafe aja yuk kak." ujar Agista menumpukan dagunya di pundak sebelah kiri Vino. Sekilas, mereka terlihat seperti orang yang pacaran bagi yang tidak mengetahuinya.

"Kafe mana?" tanya Vino menuruti kemauan adiknya. Adik satu-satunya yang harus ia jaga apapun taruhannya termasuk nyawa.

"Kafe IO aja." ujar Agista. Vino mengangguk sedikit dan fokus pada jalanan.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang