Unknown 16 : Abang Satya

688 136 42
                                    

HAPPY READING GUYS 😋
KEEP VOMMENT

"Woy lepas!"

Royvan melepaskan tangannya dan serasa ditarik dari dalam ilusi. Ia kembali melihat wajah Agista dan membuyarkan wajah lain dalam imajinasinya.

"Kalian itu mesraan di tengah jalan pula!"

Satya datang dan mengganggu mereka. Bukan, Agista tidak merasa terganggu dan Royvan pun begitu. Satya hanya iseng dengan mereka.

"Ayo pulang."

Agista bergeming. Ia terdiam dengan tatapan kosongnya. Ia menatap penuh pada pita biru yang dipegang Royvan. Satya malah menatapnya aneh karena tidak biasa Agista terdiam seperti ini.

"Dek? Lo sehat?"

Satya menyentuh dahi Agista. Kali ini, tidak ada penolakan dari perempuan itu. Satya menjadi heran dan beralih menangkup pipi adik angkatnya itu.

"Lo dingin." ujar Satya panik. Ia langsung melepas jaket bombernya dan memakaikannya ke Agista. Perlakuan itu, hanya ditatap oleh Royvan dengan kedua bola matanya tanpa reaksi apa-apa.

"Pakai ini, lo sakit ya?"

Agista tidak menolak saat Satya memperlakukannya selayaknya adik. Ini begitu nyaman, walaupun lebih nyaman Kak Vino yang melakukannya.

"Biarin Agista pulang sama gue Van. Gue bawa mobilnya Azka." ujar Satya kepada Royvan. Lelaki itu tidak menampilkan ekspresi berlebihan. Namun ia menggeleng.

"Gue yang diperintah sama Vino. Bukan lo."

Satya terkicep, ia terdiam mendengar kalimat menohok Royvan. Tetapi Agista menyela sebelum ia berbicara.

"Gue mau pulang sama Satya. Pergi lo dari sini." sentaknya beralih membuat Royvan terhunus belati dari mulut Agista.

"Tapi—"

Agista sudah lebih dahulu meninggalkan mereka. Satya langsung menyusulnya meninggalkan Royvan begitu saja.

"Ze, lihat. Itu cewek yang dulu jadi sahabat karib lo."

Agista berjalan dengan napas memburu, berangsur-angsur kemudian napasnya melemah dan ia rapuh.

Agista terjatuh, ia bertumpu pada Satya yang sigap menangkapnya. Ia lemah, kehilangan keseimbangannya dalam berpijak di atas tanah.

"Dek, lo sakit ya?"

Agista rasanya ingin menyumpal mulut Satya dengan batu agar lekas diam. Bukan apa-apa, kepalanya mendadak pening mendengar suara-suara di sekitarnya.

"Ngg-nggak." balas Agista. Namun keadaannya sangat berbanding terbalik dengan penolakannya.

"Ayo masuk ke mobil. Nanti lo bisa tidur di sana."

Tak kuat melihat jalan Agista yang tertatih, Satya menggendongnya secara paksa tanpa permisi. Namun Agista tidak menolak, ia malah mengeratkan pegangan tangannya yang melingkar di leher Satya.

"Thanks bang." ucap Agista dengan segenap hatinya. Ia tulus saat mengucapkan hal itu.

"Tugas kakak, memang melindungi adiknya bukan?"

Royvan menatap pita biru pada genggamannya. Pita itu, pita yang sama yang telah mengingatkannya pada hari dulu.

"Cih."

Royvan memandangi langit yang mendung. Tangannya mengadah saat ia menyadari hujan telah turun ke muka bumi. Setetes air pun menyentuh tangannya dengan dingin.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang