Unknown 26 : What is Love?

616 136 59
                                    

HAPPY READING SSS
KEEP VOMMENT

Royvan merentangkan tangannya di atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa galaktis. Menatap dengan mata melebar, sambil memikirkan suatu hal.

"Gue itu suka sama siapa sih?"

Royvan menyerah mengenali dirinya sendiri. Sewaktu ditanyai Kenan tadi, ia menjawab asal. Namun jawabannya semua sama. Tidak. Diantara ketiga perempuan yang Kenan ajukan.

Mendudukkan tubuhnya, Royvan termenung. "Ah, merepotkan." ujarnya mengacak rambutnya. Ia lelah. Ia butuh sedikit pelarian.

Ia mengambil ponselnya, lagi-lagi ia mengingat Agista yang biasa merebut ponselnya. Namun akhir-akhir ini, Agista menjauh. Jauh dari jangkauannya. Menjauh dari areanya. Entah apa alasannya, Royvan kurang tahu dan tidak ingin mencari tahu.

Royvan berdecak, mencoba mengabaikan kegundahannya. Ia membuka sandi ponselnya dan menekan aplikasi whatsapp dimana terdapat ribuan notifikasi dari Firenze.

Mata Royvan menelisik. Jemarinya menggulir laman grup chat dengan cepat. Lalu mendadak terhenti kala melihat ada agenda malam ini.

"Bang Vino—ulang tahun?"

Royvan semakin memfokuskan penglihatannya. Ia mendapati kalau nanti malam, Firenze akan melakukan sedikit kejutan untuk Vino. Bagi yang ingin saja. Tidak banyak-banyak dan Abay hanya menargetkan lima belas perwakilan.

Royvan memiringkan kepalanya saat mendapat sebuah pesan dari Abay.

Abay 🌾

Van, nanti malem join. Kita ke rumah Vino.

Siapa aja?

Cuman lima belas orang.

Anak inti ada yang absen?

Farel absen, dilarang bonyoknya.

Oh oke.

Lo wajib ikut. Ini perintah langsung Ketua Firenze.

Royvan menatap pesan terakhir Abay dengan sedikit meringis. Tahu saja Abay kalau dia memang tidak ingin mengikuti acara Vino.

Drtttt.

Abay menelponnya. Royvan terkesiap karena melamun. Lalu ia cepat-cepat menggeser tombol ke arah hijau.

"Halo Van! Jangan mikir yang bukan-bukan! Nanti malem ikut!"

Abay mengawali obrolan dengan ngegas. Royvan terkekeh.

"Tahu aja lo kalo gue nggak pengen ikut."

Abay mendesah kecil di sebrang sana. "Lo punya masalah?"

Royvan tersenyum tipis, menatap pantulan wajahnya dalam cermin. "Ya gitu lah." balasnya kalem.

"Sama Agista? Atau sama orang tua lo? Atau malah kedua-duanya?"

Perkataan Abay melunturkan senyum yang tadinya terbit di wajah Royvan. Kini Royvan menatap wajahnya sendiri yang murung.

"Kalo lo nggak jawab, gue yakin masalahnya pasti dua-duanya."

Abay memang tahu segalanya tentangnya. Mereka berdua saling mengerti karena hampir memiliki masalah yang sama. Mereka berdua terikat akan perasaan batin yang kuat. Bahkan seperti saudara kandung padahal kenyataannya bukan.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang