Unknown 23 : Mengingatmu, Ze

652 149 61
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT ❤

Royvan berjalan malas menuju kelasnya. Semalam ia begadang hingga tak bisa tidur di keesokan harinya. Pikirannya hanya kalut, mengingat tentang Ze. Disamping itu, ada masalah lain yang mengganggunya.

"Van."

Royvan berbalik. Dilihatnya Zaga berdiri dengan tampilan awut-awutan dengan seragam yang tak rapi.

"Apa?"

Zaga mengusap belakang kepalanya. "Tumben lo berangkat pagi."

Royvan membalas, "Pengen aja. Dari pada gue ngalamun di rumah, mending gue ke sekolah aja."

Zaga menganggukkan kepalanya. Ia menatap Royvan sekilas. "Lo nggak tidur?"

"Hm, begitulah."

Zaga dan Royvan berjalan beriringan. Sekolah yang sangat sepi membuat mereka merasa tidak terganggu akan fans fanatik mereka yang cukup menyebalkan.

"Kenapa murid kayak lo bisa berangkat sepagi ini?" ujar Royvan membangun interaksi. Sangat aneh murid badboy kebangetan seperti Zaga berangkat sepagi ini.

"Ah, gue juga sama. Nggak bisa tidur."

"Mikir apa sampai nggak bisa tidur?" gurau Royvan. Zaga mengulas senyumnya.

"Mikirin cewek, mungkin?"

Langkah Royvan menuju kelas seketika terhenti. Tepat di depan pintu sebelum benar-benar masuk ke dalamnya. Sementara Zaga sudah meninggalkannya masuk.

Gue juga mikirin cewek.

Bruk.

Sisi badannya sebelah kanan tersenggol begitu saja. Sesosok perempuan berambut pirang itu berjalan cuek melewatinya. Padahal biasanya, perempuan itu sangat usil bukan main kepada dirinya.

Mengesampingkan rasa penasarannya, Royvan segera masuk ke kelas dan duduk di bangkunya. Bersebelahan dengan Azka yang sedang sibuk dengan laptop, Royvan memilih berkutat dengan ponselnya.

Ia dihantui pemikiran lagi saat kini Agista jarang meminta ponselnya. Ia menatap ponselnya dengan menelisik, melihat benda pipih itu, Royvan jadi teringat akan satu hal.

Ze.

"Van?"

Royvan mendongak. Sekelebat ilusi yang rasanya nyata membayangi indra penglihatannya. "Gimana Din?"

Nadine membawa beberapa proposal dan kertas penting di tangannya. "Lo mau ngasih ini ke kak Vareno?" ujar Nadine terkesan meminta tolong kepada Royvan.

"Oke." putus Royvan. Ia memasukkan ponselnya ke selorok bangku. Ia bisa gila jika terbayang terus akan dirinya.

"Maaf ngerepotin lo Van."

Royvan mengangguk. Berjalan keluar kelas dengan membawa satu map kertas itu dengan gontai. Nyaris tanpa semangat. Semalam, ia baru saja bertengkar dengan papanya, yang mana membuatnya semakin tertekan.

"Anak kayak kamu, bisa apa melawan orang tua?"

Ucapan itu mendadak terlintas di benak Royvan.

"Anak kemarin sore, masih pengen melawan orang yang telah membesarkannya?"

Lagi, sebuah kalimat menusuk dari papanya terbayang di ingatannya begitu saja. Ia memejamkan matanya, berusaha mengusir semua bayangan itu.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang