Unknown 11 : Malaikat Baru

688 140 48
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT

Agista berjalan menuju gerbang sekolah yang sudah nyaris sepi orang. Ia berjalan dengan langkah gontai yang amat malas. Ia tidak bersemangat sama sekali. Apalagi hujan semakin deras. Hawa dingin langsung menusuk-nusuk kulitnya.

"Sialan bedebah!" umpat Agista ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu saat Royvan melupakan janji mereka untuk pulang bersama. Agista menjadi tahu posisinya. Ia tidak penting di mata Royvan, partner basketnya yang sudah lama menghilang.

Agista terus berjalan, hingga ia menerobos hujan tak peduli bagaimana dinginnya. Hawanya saja mampu membuat Agista meremang, sekarang ia malah berbuat nekat dengan hujan-hujanan. Agista memang tidak sehat.

Tatapan kosong dan sayu dengan bibir pucat yang kentara tak membuat langkah Agista terhenti begitu saja. Ia sungguh tidak peduli dengan dirinya sendiri.

"Pakai acara mati lagi nih ponsel." gerutu Agista menatap ponselnya yang lowbat. Ini karena seharian tadi ia mendengarkan lagu nonstop dan menonton drama korea yang sangat menguras baterainya.

Prak!

Agista membanting begitu saja ponselnya di pinggir jalan. Lalu ia meninggalkan ponselnya yang sudah berceceran. Akal sehat Agista, sedang menari-nari bersama hujan.

"Hey kamu!"

Agista melirik ke samping, saat seorang pengendara motor mencoba mengajaknya bicara. Namun ia mengindahkan usaha orang asing itu mengajaknya bicara.

"Hey kamu! Jangan hujan-hujanan!" ujarnya. Agista tidak peduli, ia terus melangkah berjalan.

Merasa jengah karena perempuan yang ia tegur mengabaikan peringatannya, sang pengendara motor turun dari kendaraanya dan menarik tangan perempuan itu.

"Hey, dengarkan! Kalo lo pengen mati, pisau dapur rumah gue masih tajam buat merobek urat nadi lo!" serunya dibawah hujan yang amat deras. Agista menatap lekat maniknya.

"Oh ya? Tapi gue nggak berminat mati. Gue cuman kecewa aja sama temen gue. Nggak lebih." ujar Agista mengulas senyum mirisnya.

"Gue anter lo pulang. Lo bisa sakit." ujarnya berbaik hati. Agista malah berdecih.

"Bullshit, palingan ucapan lo sama kayak temen gue yang ngajak gue pulang terus malahan nganterin orang lain."

"Gue serius." jedanya membaca tag nama yang ada di seragam perempuan di hadapannya. "Agista, Agista Lavinsa. Gue serius, Agista." ujarnya.

"Ngapain lo peduli sama gue?" perlahan-lahan, kesadaran Agista mulai kembali setelah berbicara dengan manusia sungguhan.

"Karena gue pengen! Ayo gue anterin lo pulang." ujarnya tetap memaksa. Agista menggeleng.

"Nggak, gue nggak bakalan dibolehin abang gue pulang sama orang lain." ujar Agista. Pengendara motor itu mengernyitkan dahinya.

"Siapa abang lo?"

"Vino Ravindra. Lo kenal nggak?"

Dalam beberapa saat, sang pengendara motor terpaku. Lalu ia menarik tangan Agista untuk berteduh di emperan toko terdekat.

"Ngapain lo narik gue segala?" ujar Agista melepas cekalannya.

"Abang lo, dari SMA Sevit?"

"Iya, buset. Abang gue terkenal juga ya?" cengonya.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang