Unknown 25 : Tentang Mereka

634 146 111
                                    

HAPPY READING 🌾
KEEP VOMMENT

Agista berjalan sambil menendang kerikil dengan malas. Niatnya membeli es krim dan coklat menuju supermarket terasa tidak menggairahkan. Kakaknya sedang ada acara bersama temannya, sehingga ia harus berjalan sendiri menuju supermarket.

"Agista?"

Agista mendongak. Mendengar seruan namanya memanggil dari depan, membuatnya tergugah. Ia mengetahui suara itu siapa.

"Halo kak Reno." ujar Agista melambaikan tangannya tidak semangat.

"Ey, kenapa lo lesu gini?" ujar Vareno menghampiri Agista dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku.

"Ah nggak, cuman capek aja." ujar Agista mengelak. Padahal seharian ini ia memikirkan banyak hal yang cukup berat. Perkelahian Abay dan Satya, klise sial ia juga terpikirkan tentang perempuan yang kemarin berinteraksi dengan Zaga hingga ia diabaikan.

"Capek? Capek raga apa perasaan?" ujar Vareno terkekeh. Mengikuti langkah Agista yang terlalu lamban untuk kakinya. Apalagi, kaki Agista begitu mungil. Berbeda dengan kakinya yang panjang.

"Dua duanya." balas Agista menerbitkan sedikit senyumnya. "Kak Reno mau kemana?"

"Ya mau jalan-jalan aja." ujar Vareno meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. Persis seperti Naruto yang terkadang berinteraksi dengan Sakura.

"Oh gitu ya?"

"TAAA!!"

Agista berhenti, begitu pula Vareno. Mereka berbalik, saat sebuah suara memaksa masuk ke telinga mereka.

"Satya?" gumam Agista melihat Satya berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Agista saat Satya menumpukan kedua tangannya di lutut dan meraup oksigen dengan rakus.

"Gue mau ngasih ini,"

Satya menegakkan tubuhnya dan menyodorkan beberapa permen dengan dua batang coklat dan satu es krim. "Lo mau kan?"

Kenapa Satya bisa tahu gue pengen coklat sama es krim?

Agista menegang dalam beberapa saat. Namun ia mengenyahkan pikirannya saat Satya memaksanya menerima pemberiannya.

"Ambil gih. Udah gue beliin coba." ujar Satya menarik tangan Agista dan menaruh camilan tersebut di tangannya.

"Eh tapi—"

"Adek nggak boleh bantah kakak. Makan aja, nggak usah ke supermarket. Terlalu jauh. Nanti kaki lo kecapekan."

Apa pedulinya?

"Ah ya makasih Sat."

Agista berbalik, tidak jadi pergi ke supermarket. Berjalan mengabaikan Satya dan Vareno begitu saja sambil menunduk.

"Eh, ngapain lo sama adek gue Bang?" ujar Satya menegur Vareno yang menaruh rasa curiga pada kemurungan Agista. Sepanjang ia mengenal perempuan bermata biru safir itu, Vareno tidak pernah menjumpai secuilpun rasa swdih dalam dirinya.

"Itu adek lo?" ujar Vareno ragu. Soalnya Satya sama Agista tidak memiliki kemiripan sama sekali. "Seriusan?"

Satya tertawa kala Vareno begitu mudahnya terjebak dalam perkataannya. "Ya nggak lah. Tapi dia udah gue anggep sebagai adek sendiri." jeda Satya. "Dia adeknya Bang Vino."

Vareno menganggukkan kepalanya. Di mata Satya, Vareno terlalu polos dan mungkin sangat mudah untuk dikibuli. "Lha lo mau kemana Bang? Nyusul adek gue?"

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang