Unknown 8 : Masa Lalu

736 142 73
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT

Royvan berjalan menyusuri setapak kayu yang hampir patah. Sekarang tengah hujan, Royvan bisa saja jatuh dan terhanyut karena dibawahnya ada sungai yang mengalir deras. Namun Royvan tidak peduli. Ia hanya berjalan dengan tatapan kosong, tak berdaya.

Royvan menatap begitu pilu pada arah lurus ke depan. Ia berjalan dari rumahnya menuju tempat yang menjadi keluh kesahnya selama ini. Tidak peduli kondisi, Royvan hanya memakai kaos polos berwarna hitam dan celana panjang yang senada. Dingin pun segera menusuk tubuhnya. Seakan ingin menempelinya. Lagi dan lagi, lelaki itu sama sekali tidak menghiraukannya.

Setelah melalui setapak jalan yang berbahaya, kini Royvan berjalan melewati rumput liar yang amat tinggi. Hampir mencapai pinggangnya. Dengan tatapan yang hampir sama, Royvan masih dingin. Ia membeku.

"Halo Ze, lama nggak ketemu ya?"

Sementara Agista sendiri, ia menggigiti kukunya gemas. Ia tengah dirumah sendirian karena kakaknya sedang berpesta bersama temannya. Katanya, merayakan kemenangan pertandingan basket. Alhasil, disinilah Agista menanti kepastian dari Royvan yang mengabaikannya. Ia takut, lelaki batu seperti dia mengobrak-abrik isi flashdisknya. Apalagi, last seen Royvan terlihat dari 27 menit yang lalu.

"Aduh, Royvan geblek. Pake acara ketuker segala." rutuk Agista pada lelaki batu yang selalu kalah darinya.

Agista berjalan mondar-mandir kesana kemari. Ia merasa gelisah, cemas, dan khawatir tidak karuan. Ia tidak hanya merisaukan flashdisknya, tetapi ia juga merisaukan hal yang tidak bisa didefinisikan

"Sial! Perasaan macam apa ini?" ujar Agista membanting tubuhnya ke kasur. Ia merentangkan tangannya sebentar lalu terbangun kembali.

Dari pada memikirkan hal yang tidak-tidak, Agista memutuskan untuk membuat mie instan saja. Hujan seperti ini, lengkap rasanya jika memakan mi rebus buatan sendiri. Yeah, Agista melakukan hal itu saja daripada pusing memikirkan flashdisknya.

Berkutat di dapur membuat mi instan bukanlah hal yang sulit untuk Agista. Sebagai seorang perempuan, Agista akui. Ia hanya bisa memasak dua jenis makanan. Pertama, olahan mie. Kedua, olahan telur. Itu saja yang baru Agista kuasai selama hidup di dunia selama lima belas tahun.

Agista mulai mengeluarkan barang dari lemari pendingin. Mulai dadi sosis, baso, daun bawang, cabai, telur ayam (tidak enak tanpa bahan yang satu ini), dan beberapa sayuran yang Mamanya sediakan ia gabungkan semua. Entah itu sawi hijau, sawi putih, kubis, tomat, dan lainnya. Agista memegang teguh prinsip, setengah vegetarian.

Setelah menyalakan kompor dan menopangkan panci diatasnya, Agista memotongi bahan dan mencucinya. Membuat mie dengan teknik ini, berpacu dengan waktu. Agista harus cepat dan sigap agar bahan siap saat air mendidih. Menurut Agista, ini melatih ketangkasannya. Walaupun inti dari semua ini adalah memasak mi menjadi matang. Agista terlihat mempersulitnya.

Saat mi dan sayurannya direbus bersama, Agista menuangkan bumbu penyedap di mangkuk. Agista tidak peduli ini cara psikopat -seperti yang ia baca di instagram- atau apapun. Ia hanya memanfaatkan waktu yang ada dan bukan bermaksud apa-apa.

Kurang dari lima menit, Agista mematikan kompor. Ia melakukan yang biasanya orang lakukan jika membuat mi rebus. Menuangkannya ke mangkuk. Setelah itu, ia mengaduk mi nya agar bumbunya merata.

"Hah, akhirnya jadi." ujarnya menatap mi dengan lapar. Ia membawanya meninggalkan dapur menuju ruang tengah. Ia ingin menonton TV saat memakan mi. Meskipun terkadang ia kehilangan selera makan saat melihat iklan tentang closet.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang