Unknown 2 : Tertukar

1.2K 148 28
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT

Dia Agista. Perempuan yang tengah menatap gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi dengan tatapan takjub dan perasaan yang membuncah. Ini pertama kalinya ia merasa bahagia memasuki jenjang sekolah. Biasanya, ia tidak terlalu semangat seperti ini. Mungkin saja karena bertemu dengan orang baru yang seangkatan dengannya.

Selepas kepergian Vino - kakaknya - Agista bergegas memasuki sekolahnya. Ia melihat setiap bangunan dengan perasaan takjub. SMA Gemilang, SMA dengan fasilitas yang lengkap dan memadai meskipun baru seumuran jagung.

Dengan menguatkan tarikan tasnya, Agista berjalan sambil melompat kecil dan terlihat sangat antusias. Ia dapat melihat murid angkatan baru seperti dirinya yang berpakaian serupa. Perpaduan jas berwarna coklat muda dan coklat tua menjadi ciri khas tersendiri SMA Gemilang.

"Halo,"

Perempuan bermata biru safir terang itu menoleh kala ada sebuah suara yang menyapanya. "Eh halo juga." balasnya mengulas senyum termanis yang bisa ia terbitkan.

"Mau kenalan nggak?"

Agista POV

"Mau kenalan nggak?"

Aku mengernyit melihat seseorang bisa dengan mudahnya mengajakku kenalan seperti ini. Bahkan jika aku menjadi dirinya, aku pasti tidak berani mengatakan hal itu. Aku terlalu minder.

"Bo-boleh." jawabku tergagap karena terkejut bisa mendapat teman secepat ini.

"Gue Naira. Afcha Nairalita."

Perempuan berpostur tinggi ini terlihat baik hati saat menyodorkan tangannya di depanku. Langsung saja aku menerima uluran tangannya.

"Agista. Agista Lavinsa." balasku terdengar kaku. Aku memang tidak pandai bersosialisasi.

"Kelas apa?" tanyanya melepaskan pegangan tangan kami. Aku mulai rileks saat teman baru yang bernama Naira itu terlihat ramah. Biasanya, jika orang baru bertemu orang baru, mereka akan memasang wajah tidak bersahabat. Aku juga melakukan hal itu.

"Kelas sepuluh IPA tujuh." balasku. Dia langsung terlihat berbunga setelah aku berkata demikian. Aku berniat menanyakan kelasnya namun sudah terdahului oleh perkataannya.

"Wah kita sama dong ya."

Jelas sekali. Orang ini bahagia karena dapat bertemu dengan teman sekelasnya. Akhirnya aku mengerti raut wajahnya yang berubah tadi. "Oh gitu ya?" balasku. Aku bingung mau berkata apalagi.

"Mau ke kelas bareng nggak?" tawarnya. Ah, dia memang tipikal perempuan ramah dan pandai berinteraksi dengan manusia. Apalah dayaku kalau hanya bisa berkomunikasi dengan tembok kamar yang terdiam. Terkungkung dengan ranjang dan segala apa yang ada di kamar menjadi teman baikku. Maksudnya, sejauh ini temanku adalah benda mati yang tidak berperasaan.

"Ayo."

Aku berjalan beriringan dengan orang yang berstatus teman baru. Meskipun begitu, aku masih canggung untuk mengobrol lebih banyak. Jadinya, aku pura-pura menatap bangunan sekolah untuk menyembunyikan ekspresiku yang datar sekali.

"Asal sekolah mana nih?" tanyanya kepadaku. Lantas kepada siapa lagi? Pada jalan yang sedang kupijak ini? Tentu saja bukan.

"Em, SMP 1 Sakra. Kalo kamu?"

Dia malah tertawa mendengar perkataanku. Tawanya begitu renyah dan ringan. Seketika aku langsung dilanda overthinking sesaat karena merasa ada yang salah dengan ucapanku.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang