Unknown 22 : Abang Abay?

687 135 54
                                    

HAPPY READING
KEEP VOMMENT YAK!

Tidak ada yang begitu menyenangkan untuk Agista selain menghabiskan waktu bersama keluarganya. Di ruang tengah rumahnya, kini keluarganya berkumpul lengkap. Layaknya keluarga berencana dengan dua anak terdiri atas laki-laki dan perempuan.

"Gimana kabar sekolah kamu kak? Nggak ada hal yang neko-neko kan?" tanya sang mama mengelus kepala Vino dengan lembut. Vino mendongak.

"Nggak ma—"

"Bohong ma. Dia selalu pesta terus sama temen-temennya sampai barang rumah habis semua." adu Agista semangat. Vino menatapnya memelas.

"Apa? Kakak juga ngaduin ponsel aku ke Papa." ujar Agista mengakhiri kalimtanya dengan lidah yang menjulur, mengejek.

"Nah Pa denger, Agista memang mengakui kalau dia banting ponselnya sendiri." balas Vino balik membuat Agista meringis.

Mati dah gue.

"Oh iya dek, Papa mau bicarain soal ponsel kamu. Itu ceritanya gimana kok bisa kebanting?"

Untuk kali ini, Agista menyesali telah mengadukan kebrobokan kakaknya yang malah menjadi senjata makan tuan.

"Em anu Pa, itu—"  ujar Agista menggantung sembari meremas tangannya gugup.

"Anu apaan sih dek?" goda Vino menoel pipinya. Agista mendesis.

"Agista," panggil Papanya dengan nada bariton. Agista mendongak.

"I-iya?"

"No boy, no cry kan?"

Agista menelan ludahnya susah payah. "I-iya Pa."

"Inget dek, Papa nggak ngijinin kamu buat pacaran." ujar Papanya tegas. Ketakutan Agista semakin menumpuk saat Papanya berkata demikian.

"Nanti kalau sudah waktunya, kamu bebas memilih pendamping hidup sendiri."

Agista memejamkan matanya. "Oke Pa."

"Kak, jaga adeknya. Jangan sampai diapa-apain sama orang. Inget." ujar sang Papa seolah memberi tugas penting kepada anaknya. Lagipula, tanpa diberi tugas pun, Vino akan melakukannya segenap hati dan tenaga.

"Siap komandan!"

"Eh mama mau pergi kondangan dulu nanti sore. Kalian nitip apa?"

Agista mengacungkan tangannya. "Seblak ma!"

"Eh dek, nanti pipi lo makin tembem tau." ujar Vino mencubit pipi Agista gemas. "Gumush banget sih lo." ujarnya tertawa.

"Hish apaan sih kak. Pa lihat, kakak jahat!"

Agista memeluk lengan Papanya dan menatap Vino yang merasa ternistakan. "Hey, menyubit pipi itu sebuah kejahatan kah?"

"Iya! Karena kakak membuat ketidaknyamanan pada anggota masyarakat." balas Agista mengada-ada. Sang papa membelai lembut rambut putrinya.

"Kamu mau seblak? Baiklah, nanti Papa belikan."

Agista bersorak dan Vino berlagak cemberut. Ia sengaja membuat adiknya terlihat bahagia walaupun sebenarnya hanya pura-pura.

"Dek, ntar pipi lo jadi squishy lho!"

"Biarin, ntar Agista imut dong."

Sore hari pun tiba. Selepas mobil Papanya lepas landai dari rumah, Agista langung duduk manis di depan TV guna melanjutkan drakornya yang sempat tertunda.

MY UNKNOWN BOY-FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang