37

439 33 0
                                    

Kamu itu kuat, kamu sebenarnya bisa, namun sikap kurang yakin mu menjadikan kamu merasa tidak mampu.
-----------------------------------------------------------

HAPPY READING!!

"BAIK ADIK ADIK SEMUA SEKARANG KITA AKAN MEMPELAJARI TENTANGA SANDI MORSE!!" seru kakak pembina pramuka melalui pengeras suara.

Dan Rafa hanya memandanginya tanpa berniat untuk mendengarkan penjelasan apalagi untuk memahami materinya. Yang ada di pikiran Rafa sekarang hanya satu yaitu Dera.

"SIAPA YANG BISA MENJAWAB SANDI MORSE INI .--././.-./../.-//-.../.-/-./.../.-//!" (itu pake peluit yaw kalo (.) itu niup nya pendek kalo (-) itu niup nya panjang, jangan nanya darimana author tau karna aku balajar sandi morse biar bisa ngode dia wkwk. Back to topic) setelah selesai memberi pertanyaan banyak siswa siswi yang mengangkat tangannya mereka berebut menjawab pertanyaan tersebut.

Namun tidak dengan Rafa. Bahkan Rafi, Devan, dan Semi pun ikut mengangkat tangan mereka. "Heh emang lo pada tau jawabannya?" tanya Rafa memandang mereka yang heboh.

"Ngga cuma ikut ikutan ngeramein aja," sahut Semi dengan jujurnya.

"Tau lah gini gini dulu gue rajin ikut pramuka ya bahkan sampe disuruh jadi dewan penggalangan tapi gue gamau," jawab Devan menyombongkan dirinya.

"YAK ITU YANG PALING BELAKANG SILAHKAN DIJAWAB!" perintah pembina pramuka dan menunjuk Devan karena memang Devan berada di barisan paling belakang dan mengangkat tangan paling tinggi.

"Mampus lo van ketunjuk kan sombkng sih lo," ucap Rafi menertawai Devan.

"Pelita bangsa," jawan Devam dengan lantang dan penuh keyakinan.

"Yap benar sekali," ucap pembina dengan penuh semangat dan mendapatkan riuh tepuk tangan dari seluruh peserta yang ada disana.

"Kan, apa gue bilang gue jago kalo cuma masalah kode mengode," ujap Devan lagi lagi dan lagi membanggakan dirinya.

"Halah kalo sama cewe cuma main kode mana bisa makanya lo masih jombli karna cuma pinter kode hahahaha," cibir Rafi pada Devan dan akhirnya Devan hanya bisa diam tak menggubris.

Sedangkan Rafa sendiri tadi hanya diam, tak berniat menimpali pembicaraan mereka. "Baiklah untuk semuanya silahkan beristirahat sejenak, membersihkan diri, solat, makan atau apa saja gunakan waktu sebaik mungkin. Jam tujuh malam sudah harus berkumpul untuk melaksanakan acara pentas seni," tutur Vino memberi arahan dan semua siswa siswi SMA Pelita Bangsa kelas XI itu pun kembali ke tenda masing masing.

***

"Der, gue tadi bilang sama penanggung jawab buat hubungin orang tua lo karna kondisi lo ga memungkinkan," kata Vino yang baru saja memasuki ruang UKS.

Tubuh Dera menegang tak tau harus berkata apa. Apakah orang tua nya akan marah?  Atau apa yang akan ia hadapi?  Entahlah.

Adel yang paham situasi Dera pun hanya tersenyum samar dan mengucapkan, "makasih ya Vin sekarang lo bisa istirahat kok yang lain juga istirahat kan?"

"Iya, yaudah gue duluan ya nanti kalo ada bonyok lo gue suruh langsung kesini aja ya?" tanya Vino memastikan dan Adel hanya mengangguk sedangkan Dera??  Hanya bisa diam dan membeku.

"Udah gapapa Der siapa tau gara-gara bonyok liat lo sakit mereka bisa baik sama lo," kata Adel menenangkan dan Dera hanya bisa mengangguk pasrah.

Dera mengecek ponsel nya yang sendari tadi tidak ia buka dan ternyata Rafa mengirimkan banyak pesan untuknya.

Rafa

Der, aku ga ke UKS ya ini lagi mau antre mandi, makan, terus solat.

Jangan lupa makan!

DERAFA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang