30

536 40 5
                                    

Berharap sesuatu yang tidak pasti itu akan berujung sakit.
-----------------------------------------------------------

HAPPY READING!!

Kabar tentang Dera yang dibully sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Semuanya sudah mengetahui terutama Rafa, Rafi, Adel, dan tentu saja Jesslyn.

"Del nanti jalan jalan mau ga? Berdua aja gitu?" tanya Jesslyn pada Adel.

"Boleh yuk," jawab Adel dengan antusias.

"Ga berniat jengukin mantan sahabat kamu apa sayang?" tanya Rafi memecahkan keheningan yang ada.

"Gak ngapain ga penting, udah lah jangan diungkit- ungkit," sahut Adel dengan nada malas.

Sedangkan Rafa sendiri tadi hanya diam. Dia memikirkan bagaimana kondisi Dera sekarang. Apakah Dera terluka, apakah Dera baik baik saja, apakah Dera ada yang menemani, dan masih banyak lagi yang membuat pikiran nya pusing.

"Eh jalan sekalian beli perlengkapan buat kemah besok aja kuy!" ajak Adel kepada tiga teman nya itu, salah satu nya yang pasti adalah pacarnya sendiri.

"Boleh deh yuk sekarang udah boleh pulang kok," ucap Jesslyn dan semuanya mengangguk setuju.

"Fa lo boncengin Jesslyn ye kek biasa," kata Rafi pada kembarannya yang sendiri tadi berekspresi datar dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Sesampainya di pusat perbelanjaan mereka memutuskan untuk berkeliling sambil bercanda tawa. Diantara mereka semua hanya Rafa yang tak tertawa sama sekali mukanya sangat datar dan dingin.

"Fa, temenin kesana yuk. Adel sama Rafi mau berduaan katanya," ucap Jesslyn sengaja menggandeng tangan Rafa.

Dengan kasar Rafa menepis tangan Jesslyn karna membuat nya sangat risih. Dan menatapnya dengan tatapan tajam, datar, dan sinis. Lengkap sudah, sebenarnya Rafa tidak terlalu peduli keberadaan Jesslyn namun sekarang Jesslyn benar benar menggangu ketenangan nya.

"Rafa kok kamu kasar banget sih," ucap Jesslyn dengan nada manja nya.

"Serah gue lah," ketus Rafa lalu memasukkan tangan nya ke dalam saku celana nya dan berjalan tanpa memperdulikan Jesslyn.

"Ish kok dia cuek banget sih, gimana pun caranya gue harus bisa dapetin dia harus!" batin Jesslyn bertekat dalam hatinya sambil mengejar Rafa yang meninggal kan nya.

"Rafa, kamu kok ninggalin aku sih," kata Jesslyn dengan manja pada Rafa sesampainya di sebuah cafe di dalam mall tersebut.

"Ih Rafa jahat banget sih masa dari tadi aku dikacangin," ucap Jesslyn memancing simpati Rafa namun yang ia dapatkan malah tidak sesuai dengan keinginan nya.

"Gausah ngomong kalo gamau dikacangin," ketus Rafa lalu fokus pada layar ponselnya dan tidak mempedulikan Jesslyn yang sedang menggerutu tak jelas.

Drrt drrt drrrt

Rafa mengangkat telfon yang masuk ke ponsel nya dan menunjukkan nomer tanpa nama.

"Halo Rafa?" tanya seseorang dari sebrang telepon.

"Iya," sahut Rafa singkat.

"Saya Tio, bisa bertemu dengan saya di taman Rumah Sakit dekat sekolah?" tanya Tio to the point.

"Baik pak," jawab Rafa dan telefon pun langsung dimatikan sepihak oleh Tio.

Tanpa menunggu lama Rafa beranjak dari kursi cafe tersebut dan langsung berlalu keluar cafe. Tanpa mempedulikan Jesslyn yang memanggil manggil namanya.

DERAFA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang