🍃 Tiga puluh empat

901 49 14
                                    

FOLLOW SEBELUM BACA
(user32566954)

Ada typo koreksi ya

KEDATANGAN Renio dan Sienna disambut baik oleh Rani yang tengah mempersiapkan makan malam untuk keluarganya, Sang Suami mungkin belum pulang dari kantor, maka itu hanya ada dirinya juga ART yang ada di rumah.

"Kamu duduk aja, biar Mama yang siapin,atau nggak, kamu tata dulu barang-barang kamu di kamar, bentar lagi Papa juga pulang" saran Rani melihat Sienna yang menggulung lengannya untuk bersiap membantu menyiapkan makanan.

Sienna mengangguk, ia lantas pergi ke kamar Renio untuk menata barang-barang selama ia tinggal disini, tidak asing baginya, dulu waktu kecil pun ia sering menginap disini, bedanya dulu ia masih kecil, statusnya juga belum menjadi istri seorang Renio.

"Ini gitarnya taruh gudang aja ya" teriak Sienna menyentuh gitar milik Renio yang terletak di samping almari.

Renio melotot, mana boleh gitarnya berpindah tempat, bahkan sebenarnya hanya dia yang boleh menyentuh gitar kesayangannya.

"Jangan pegang-pegang, nanti rusak"

Sienna mendengus, ia ngedumel kesal, tibang gitar saja dipegang tidak boleh "Pelit banget sih, tibang gitar doang"

Dengan telaten ia menata dan membersihkan kamar milik suaminya, ralat, sudah menjadi miliknya juga ya? Ingat, milik suami, milik istri juga, milik istri? Ya milik istri saja, suami tidak boleh ikut campur, ini Sienna yang bilang.

Selesai menata dan membereskan semuanya, mereka berdua lalu keluar dari kamar dan menghampiri Rani yang sudah selesai menyiapkan makan malam, bahkan Romi juga sudah hadir dan tengah duduk di kursi yang biasa ia tempati.

"Kamu jadinya gimana? Mau disini terus,? Mami kamu bolehin Sienna?" Tanya Romi di sela-sela mengunyah makanannya.

Reniomeneguk air minumnya lalu menjawab pertanyaan Sang Ayah "Rencana satu minggu disini satu minggu di rumah Mami Pa, Renio juga masih sekolah, belum punya tabungan cukup kalau harus beli rumah sendiri, duit dari mana Pa? Masih sekolah udah main punya rumah, ntar kalau Renio udah kerja sambil nyicil nabung"

Romi mengangguk, ia setuju-setuju saja dengan keputusan Renio, lagi pula benar juga, mereka masih sekolah, belum cukup tabungan untuk bisa memiliki rumah sendiri, realitanya memang seperti itu.

"Gimana kandungan kamu? Udah cek ke dokter belum?" Tanya Rani yang membuat Sienna menyengir, ia sampai melupakan calon anaknya yang harus diperiksakan, bahkan dari awal ia tahu bahwa dirinya mengandung, sekalipun belum pernah ia mengecek kandungannya.

"Belum Ma, kelupaan"

Rani menggelengkan kepalanya, periksakan anak sendiri bagaimana bisa lupa?

"Besok Mama temenin, besok hari jumat kan? Kamu pulang sekolah cepet dong?"

Sekolah? Sienna kembali sedih dan murung mendengar kata tersebut, mungkin Renio belum memberitahu Sang Mama bahwa dirinya sudah dikeluarkan pihak sekolah.

"Sienna udah nggak sekolah Ma"

Rani terkejut mendengar penuturan sang menantu, ia memilih mengalihkan pembicaraan agar Sienna kembali tersenyum, perihal dikeluarkannya Sienna dari sekolahnya, ia nanti bisa bertanya dengan Renio.

Mungkin ia juga sedikit heran, suntikan dana terbesar di sekolah tersebut selain berasal dari keluarganya juga berasal dari keluarga Sienna, bagaimana bisa anak donatur terbesar dikeluarkan?

"Ya udah kalau gitu besok ke dokter kandungan ya? Dari pada bosen di rumah"

Renio menggeleng cepat tidak menyetujui usulan Sang Mama, dengan mulut penuh makanan ia memprotes usulan Rani "Biay aku aja Ma"

Sahabat (Musuh/Cinta?) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang