🍃 Empat puluh delapan

1K 47 2
                                    

FOLLOW SEBELUM BACA
(user32566954)

"NGAPAIN lo ke sini?"

Nada mendekat ke brankar Sienna, dengan ragu ia duduk di kursi samping brankar, wajahnya menunduk, tak berani menatap Sienna.

"Ada yang perlu, gue omongin sama lo." Ujar Nada lalu akhirnya mendongak berani menatap Sienna yang sudah sangat sinis padanya.

Sienna menoleh, mengalihkan pandangannya ke arah lain, sangat malas menatap Nada yang kini tengah duduk di sampingnya.

"Tolong, dengerin gue dulu. Setelah ini terserah lo mau ngapain, yang penting gue udah berusaha ceritain semuanya, gue nggak akan pergi dengan lega sebelum lo denger semuanya."

Dengan berat hati, Sienna akhirnya kembali menatap Nada yang sudah memasang wajah memelas.

"Maafin gue, jujur emang sebenernya gue suka sama Renio, gue ketemu dia pertama kali di sekolah, gue pikir dia belum punya pacar, ternyata malah udah jadi suami orang."

"Suami lo lagi." Sambungnya terlihat menyesal.

"Semua yang lo lihat itu nggak bener kok, foto yang dikirim ke lo, itu emang disengaja, gue disuruh orang buat ngelakuin hal itu, gue terpaksa, karena jaminannya, bokap gue."

Nadia tersenyum puas, ternyata tebakannya tidak meleset, kini ia hanya akan menyimak untuk menyocokkan pemikirannya dengan kenyataannya.

"Lo tahu, bokap gue kena kasus, gue pindah ke sini, diajak tante Ningrum, karena di sana, gue nggak bisa tenang."

"Sampai waktu itu, ada orang yang samperin gue, dia bilang, dia bisa bantuin kasus bokap gue, dengan syarat .... "

Sienna menunggu dengan penasaran. "Syarat apa?"

Nada mengatakan dengan bibir bergetar, terlihat sangat ketakutan. "Gue bisa bunuh lo, minimal hancurin keluarga suami lo."

Nada langsung menggeleng panik. "Maafin gue. Gue sama sekali nggak ada niat kayak gitu, gue emang suka sama Renio, tapi gue nggak ada niat sampai segitunya, gue cuma disuruh, kalau nggak karena itu gue nggak mungkin berani."

"Siapa yang nyuruh lo?" Tanya Sienna langsung, ia sudah terlanjur penasaran.

"Ungg, Om Bram. Bramantyo Hamedrio. Ayahnya Luna, lo pasti tau Luna kan?"

Bomm.

Tepat sekali. Tebakan Nadia benar, ini ada sangkut pautnya dengan dendam keluarga Luna yang sampai sekarang belum surut.

"Kok lo bisa tahu itu ayahnya Luna?"

"Aldo."

"Hah?!" Nadia dan Sienna kompak berteriak. Apa tadi Nada bilang? Aldo? Aldo Zemaldo bukan?

"Maksud lo Aldo ..."

"Zemaldo Andero." Ungkap Nada memperjelas.

"Bentar deh. Ini gimana sih? Gimana bisa Aldo nyelip di sini?" Tanya Sienna yang masih belum mengerti apa maksud semuanya.

"Aldo sepupu Luna. Dia yang kasih tahu ke gue kalau mereka bisa bebasin kasus bokap gue dengan syarat gua bisa bantu bales dendam ke Renio."

Hanya melongo dan geleng-geleng tak percaya, itu yang Sienna dan Nadia lakukan, sungguh mereka tidak habis pikir. Aldo? Aldo ketua OSIS? Aldo yang kalau berangkat sekolah naik motor KLX? Aldo yang? Ah sudahlah.

"Lo jangan salah paham tentang foto itu, gue sama Renio sama sekali nggak lakuin apa-apa kok, lo bisa pegang omongan gue. Tentang yang di cafe, gue yang samperin Renio waktu dia ke toilet, itu karena gue lihat ada lo sama Nana di luar."

Sahabat (Musuh/Cinta?) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang