🍃Empat puluh satu

957 52 2
                                    


FOLLOW SEBELUM BACA
(user32566954)

Ada typo koreksi ya

Ada yang nunggu up kah?

BANTU SHARE CERITA INI YA:)

ASING. Itu yang Renio rasakan, tempat ia berpijak kini, hanya hamparan padang rumput yang luas, tidak ada satupun orang disini selain dirinya.

Hanya celingukan yang ia lakukan, dari jauh, ia melihat seorang perempuan berjalan mendekat ke arahnya.

Perempuan itu, ia sangat mengenali siapa dia, perempuan yang ia jaga dan ia rusak secara bersamaan.

"Sienna? Kamu ngapain disini? Kamu harus istirahat, kamu masih sakit," Renio nampak khawatir melihat istrinya yang justru ada disini, bukankah seharusnya istirahat.

Renio semakin dibuat bingung, apa Sienna marah dengannya, ia sama sekali tidak mau menjawab, hanya senyum yang ia lakukan.

"Sayang pulang ya, aku minta maaf sama kamu, aku belum sempet bilang sama kamu, aku cinta sama kamu, sebagai istri aku, bukan adik ataupun sebagainya, kamu mau aku akuin perasaan aku kan? Aku udah akuin, pulang ya?"

Senyum yang terukir di bibir Sienna perlahan pudar, ia lalu menggelengkan kepalanya, wajahnya terlihat sendu.

"Kenapa? Kamu nggak mau pulang? Kamu nggak mau gendong anak kita? Anak kita udah lahir, kamu pulang ya, mereka pengen digendong sama mamanya, mereka laki-laki, kembar lagi, kamu emang nggak mau lihat anak kita?"

Sienna tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat.

"Kamu mau kan lihat anak kita? Kita pulang ya...." Renio mendekati Sienna, hendak memeluknya, namun semakin Renio mendekat, semakin Sienna mundur, menjauh darinya.

"Sayang kenapa kamu jauhin aku? Kamu masih marah ya? Hmm? Maafin aku, kamu salah paham, kamu harus dengerin aku dulu,"

Sienna berbalik badan, berjalan menjauh darinya, semakin lama semakin jauh, Renio yang melihat itu semakin panik, pandangannya kabur, dan sekarang jelas, Sienna sudah benar-benar menghilang.

"SIENNA? SAYANG KAMU KEMANA? SIENNA!"

Renio terus berteriak memanggil nama Sienna, namun tak kunjung ada yang menyahut.

"Sienna maafin aku, maaf, jangan tinggalin aku, kita udah janji bakal rawat anak kita sama-sama," air mata semakin turun deras, ia tidak sanggup membayangkan, bagaimana nanti ia harus merawat kedua anaknya, sendirian, anaknya butuh sosok ibu.

Ia rela, jika nanti waktu Sienna sadar ia akan marah dengannya, bahkan jika Sienna meminta berpisah dengannya, ia akan berusaha untuk merelakan, yang ia mau Sienna selamat, bisa melihat kedua anaknya, menggendongnya, merawatnya, walaupun tidak bersama dengannya.

"Aduhh, Ren tanganku basah nih, kamu dari tadi dipanggil nggak nyaut nyaut, minggir dulu,"

Renio tersadar, ia menatap sekeliling, ruangan bernuansa putih, ia semakin bingung saja, bukankah tadi ia berada di padang rumput yang sangat sepi.

"Sienna? Kamu udah sadar? Ya allah ini bener? Allahuakbar, kamu udah sadar sayang? Hmm?"

Renio memeluk Sienna, mengecup keningnya berkali-kali, mengecup punggung tangannya, ia sangat bersyukur, ternyata tadi hanyalah mimpi.

Sienna menolehkan wajahnya ke arah lain, matanya terlihat berair.

Tangannya tiba-tiba meraba perutnya, begitu ia tahu perutnya sudah rata, ia menatap terkejut ke arah Renio.

Sahabat (Musuh/Cinta?) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang