🍃 Empat puluh enam

1K 49 1
                                    

FOLLOW SEBELUM BACA
(user32566954)

DENGAN langkah tergesa-gesa, Renio menyusuri lorong rumah sakit, ia tidak peduli jika nanti Sienna marah karena kedatangannya, ia hanya ingin memastikan bahwa istrinya baik-baik saja, mimpi yang ia alami semalam membuatnya takut terjadi hal buruk dengan Sienna, juga pesan singkat yang ia dapat tentang ancaman terhadap keselamatan istrinya.

Masih teringat dengan jelas, bagaimana mimpinya semalam, dalam mimpi itu, ia melihat Sienna di sebuah tempat yang sepi, sendirian, ketika ia berjalan mendekat ke arahnya, justru Sienna semakin menjauh darinya, semakin sulit untuk ia raih, mimpi itu, persis seperti mimpi waktu ia menunggu Sienna siuman, tapi rasanya, yang tadi malam sedikit aneh.

Juga pesan singkat tentang tragedi kematian Rania yang akan terulang kembali, dengan kejadian yang dibuat mirip, juga untuk orang yang mirip Rania, mirip di bagian mana? Sama-sama perempuan yang ia sayangi.

Begitu sampai di depan ruangan, tidak ada orang sama sekali, terlihat sepi, Nadia yang biasanya menunggu di depan sembari bermain HP, kali ini tidak terlihat sama sekali.

Dengan langkah ragu ia memegang kenop pintu, setelah keyakinannya terkumpul, ia memberanikan diri untuk membuka pintu lalu melihat ke dalam isi ruangan.

Kosong.

Satu kata untuk mendeskripsikan tempat ini, tempat ini kosong, brankar yang kosong, selimut sudah dilipat, sama sekali tidak ada penghuninya.

Ia menutup kembali kenop pintu lalu bertanya pada salah satu perawat yang kebetulan lewat di depannya.

"Sus, pasien yang dirawat di sini kemana ya?"

"Mana saya tau? Saya kan nggak tahu mas,"

"Sus," tegur Renio dengan raut wajah sangat datar, raut wajah yang sama sekali tidak santai, bayangkan saja, sedang serius seriusnya, malah bercanda, sama halnya dengan sedang sayang-sayangnya, tapi malah dibercandain ditinggal pergi, oke skip salah serper.

"Pasien dipindahkan ke ruangan lain mas, ruangan di sini bermasalah, AC nya mati, orang tua pasien minta dipindahin, keluarga sultan ya mas?" Tanya suster itu dengan penasaran.

"Nggak terjadi apa-apa kan sus?" Tanya Renio yang masih terlihat panik.

Suster tersebut menggeleng, "Nggak apa-apa, cuma pindah ruangan,"

Ia meraih HP-nya untuk menghubungi Nadia, ia harus melihat sendiri bagaimana keadaan istrinya, sudah lama ia menahan rindu untuk bertemu dengan Sienna, ia ingin mengakhirinya semuanya sekarang, semua harus berakhir, ia ingin semua kembali seperti semula.

"Halo Na? Sienna pindah ruang rawat ya? Dimana sekarang?"

"Ada yang mau tante Ningrum bicarain sama lo Ren,"

Dahi Renio mengernyit, ada masalah apa? Pikirnya.

"Mau bicara apa?"

"Lo di depan ruang rawat inap Sienna yang dulu kan? Lo di situ aja, Tante Ningrum lagi jalan samperin lo,"

Setelah mengatakan itu, Nadia menutup panggilan secara sepihak, Renio semakin dibuat bingung saja, semua seperti terjadi secara tiba-tiba.

Dari arah berlawanan, Renio melihat Ningrum berjalan ke arahnya, tatapannya sama sekali tidak menunjukkan tatapan damai.

Begitu sampai di hadapan menantunya, Ningrum menyerahkan berkas berisi lembaran kertas putih dengan ketikan warna hitam diatasnya.

"Tanda tangani ini, selanjutnya kita ikuti alur!" Papar Ningrum.

Sahabat (Musuh/Cinta?) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang