🍃Dua puluh tiga

934 47 2
                                    

FOLLOW SEBELUM BACA
(user32566954)

"Cuy, lusa band kita tampil gak?" Tanya Deno sembari menyalakan korek untuk membakar puntung rokoknya.

"Enggak dulu ah, males coy, kita udah lama nggak latihan" ujar Candra yang merasa kurang setuju dengan penawaran Deno.

"Iya, tangan gue udah kaku buat megang stik drum" timpal Leon.

"Ren, lo ngapa dah? bingung gitu keliatannya?" Deno teheran dengan tingkah Renio yang dari tadi grasak grusuk tidak jelas, ia juga hanya diam tidak memberi pendapat tentang apa yang tengah mereka bahas.

"Enggak, gapapa"

"Gue balik" Renio tiba tiba berdiri meraih kunci mobilnya di meja cafe.

"Ati ati Ren!" teriak Deno sebelum tubuh Renio benar benar menghilang dari pandangannya.

Renio mengendarai mobil dengan perasaan cemas, ia merasa khawatir dengan Luna, gadis yang sekarang berstatus sebagai pacarnya.

"Kamu dimana sih" gumam Renio , matanya menelusuri jalanan, mungkin saja ia bisa menemukan dimana keberadaan Luna yang dari tadi pagi tidak ia ketahui keberadaan nya.

Drrt drrt

Hp Renio berbunyi, layarnya menampilkan panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

"Halo"

"K-kak tolongin aku,, aku takut, tolong kak"

"Hah? Lun- luna? Hei, kamu dimana?"

"Kak tolong"

"Lun- hallo? Luna"panggilan tiba tiba terputus, Renio panik sekarang.

Ia segera melacak keberadaan Luna, HP siapa yang digunakan Luna tadi? Itu tidak penting, kini Renio harus segera menemukan dimana Luna.

Begitu menemukan lokasi, Renio langsung tancap gas ke tempat dimana Luna berada.

Sampai di depan gedung tua, Renio memarkirkan mobilnya lalu melangkahkan kakinya perlahan memasuki gedung tua itu.

" Ck, harusnya tadi gue ajak Leon sama yang lain" gumam Renio, tempat ini sangat gelap, ia bingung dimana tempat Luna disembunyikan.

"Cantik bro, sikat langsung" suara seseorang membuat Renio melanjutkan berjalan mencari sumber suara.

Matanya membelalak menemukan Luna yang telentang di lantai, hanya BH dan celana pendek setengah paha yang sekarang gadis itu kenakan.

"BANGSAT, LO APAIN DIA?! HAH!" Renio menendang kardus yang menumpuk tinggi di hadapannya.

Ia berjalan cepat menghampiri kedua preman bertubuh besar yang ia yakini, mereka mempunyai niat buruk, melecehkan Luna mungkin, karena sekarang pakaian milik Luna berserakan di lantai, seperti di robek secara paksa.

Renio langsung memukul preman itu, berkali kali tangannya memukul wajah dan tubuh preman itu.

"Bangsat,, anj*ng" umpat Renio ketika salah satu dari preman itu memukul punggungnya dari belakang, ia jatuh tersungkur, tidak sampai itu, ia langsung bangkit membalas kedua preman itu.

"Siapa yang suruh lo! Hah?!" Renio bertanya pada satu preman yang masih tersadar.

"JAWAB!! GUE BUNUH LO KALAU GAK NGAKU!

"Gak ada yang nyuruh"

"Bohong,, dari pagi dia hilang, lo sengaja nyulik dia!"

Krek

"Aduhh,, iya iya,, gue kasih tahu" preman itu menyerah, Renio memelintir tangan preman itu hingga mengerang kesakitan.

"JAWAB!!"

Sahabat (Musuh/Cinta?) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang