Coral

686 117 14
                                    

Sebelumnya, Reno tengah sibuk di kantor. Ia sedang berkutat dengan dokumen-dokumen penting perusahaan yang seperti nggak ada habisnya.

Reno capek. Kepalanya pening mengurusi semua dokumen itu sendiri, belum lagi ada masalah di beberapa anak perusahaannya. Karena sedang lelah, otaknya tidak bisa berpikir jernih. Apalagi saat pesan dari Mita masuk pada ponselnya, membawa kabar berita yang membuat dia tersulut emosi begitu saja. Tadi itu, Mita mengirim pesan yang isinya begini;

Mita : Om! Anaknya tuh, si Pelangi.

Mita : Dia main nakal sama laki-laki.

Mita : Sekarang  dia hamil!! OMG, hamil loh ini om!!  Hamil!!

Mita : Mau ditaruh di mana nanti nama baik keluarga om di depan rekan bisnis?!

Mita : Jadi mending sekarang om suruh gugurin aja. Mumpung usia kandungannya masih kecil. Gawat nanti kalo keburu perutnya besar, om.

Mita : Bukan apa-apa. Aku kaya gini karena sayang sama om. Menurut aku ini yang terbaik buat om.

Mita : Jadi daripada nanti dicap anak haram. Mending suruh gugurin aja sekalian. Kalo anak om nggak mau, dipaksa aja.

Mita : Inget, ya, om. Aku itu sayang sama om. Makanya gak mau nanti ada yang ngejelek-jelekin om karena anak itu.

Mita : Jadi sekarang mending om pulang. Ajak anaknya ke dokter buat gugurin kandungannya. Hati-hati di jalan, om. Love you♥

Seperti itu. Membuat Reno yang sedang tak bisa berpikir jernih termakan emosi. Mita benar, anak itu harus digugurkan sebelum membawa petaka untuk keluarganya. Lagi pula, Mita bicara seperti itu bukan karena dia jahat, dia hanya sayang pada Reno dan nggak mau terjadi hal buruk padanya, itulah yang Reno simpulkan. Makanya dia datangi rumah sang istri. Menemukan putrinya yang sedang duduk di sofa. Karena memang sudah menahan amarah sejak tadi, saat melihat sosok putrinya, begitu saja tangannya melayang tanpa bisa dia cegah.

"Murahan! Siapa yang ngajarin kamu jadi jalang kayak gini?! Bisa-bisanya hamil sebelum menikah!"

Makian itu keluar begitu saja dari mulutnya. 

Melihat wajah putrinya sampai berpaling karena dia tampar sangat keras, agaknya dia merasa sedikit menyesal. Ini adalah kali pertama ia berlaku kasar pada putrinya. Tapi... terlanjur, maka lanjutkan saja.

"Gugurin! Papa nggak mau punya cucu haram kayak gitu."

Setelah mengatakannya, jantung Reno berdebar, tapi detakannya tidak menyenangkan. Ada ludah yang Reno telan dengan susah. Pertengkaran itu tak bisa dielakan. Saat sang putri menolak untuk dibawa ke rumah sakit untuk gugurkan kandungan, saat dia mencerca perihal kelakuan nakal putrinya yang masih berseragam SMA, saat itulah ia dibuat bungkam oleh kalimat yang Baekhyun ucapkan.

"Papa lucu, kalo ngomong suka lupa ngaca. Nggak inget? Selingkuhan sendiri juga anak SMA?"

Reno melihatnya. Dia melihat setitik air mata yang putrinya usap.

"Papa berubah jadi makhluk menjijikan demi anak SMA. Selingkuh dari mama. Ngebunuh adik aku dan bikin mama jadi gila. Kalo aku bocorin itu ke media, mau di taruh di mana muka anda?!"

Begitu kata putrinya. Menyadarkan dia dari apa yang baru saja ia lakukan.

"Papa terlalu buta sama cinta. Sampai apapun yang Mita omongin papa percaya gitu aja."

Benar. Apa yang Baekhyun ucapkan adalah kenyataan. Sedang apa yang Mita katakan belum terbukti benar. Tapi bisa-bisanya dia termakan emosi tanpa mencari bukti terlebih dulu.

Sampai saat di mana Baekhyun mengancam dan memaksa ingin menikah. Bahkan putrinya itu melarang dia datang tanpa ijin terlebih dulu. Tangan Reno mengepal, sadar akan kesalahan yang lagi dan lagi dia lakukan.

Reno ingin meraih sang putri, meminta maaf untuk pukulan yang baru saja ia beri. Tapi lagi-lagi, dia kalah cepat dari Baekhyun yang sudah mengunci diri. Reno mendengar putrinya menangis di dalam.

"Bee, buka pintunya. Kita bicara. Maafin papa buat yang tadi." Reno ketuk pintu itu. Mencoba merayu sang putri agar mau membukanya.

"Sayang, papa yang salah. Maafin papa, hmm?"

Suara Reno mulai bergetar, namum pintu itu tak kunjung terbuka.

"Baekhyun, anak papa. Keluar, ya? Kita bicara."

Terus seperti itu. Reno bahkan sudah menangis. Pikirannya kacau, bahkan untuk sekadar mengingat tempat kunci cadangan pun dia nggak bisa.

"Pelangi.. "

Reno sampai terduduk di sana. Menangis tanpa tahu malu.

"Anak papa.. "

Tuhan, Reno sampai meremas dadanya yang terasa sesak. Jika dia saja merasa sesakit ini. Lalu apa kabar dengan putrinya?

"Mending papa pulang aja. Balik lagi ke sini kalo udah tau salah apa aja yang papa lakuin."

Reno menoleh ke belakang. Di sana ada Sean yang bersedekap, dengan koper yang ada di sebelahnya.

Tunggu, koper?

"Kenapa bawa koper?"

Sean menaikan satu alisnya, "Tentu buat bawa baju."

"Kenapa bawa baju?"

"Sean bakal tinggal di rumah mulai sekarang."

"Tapi gimana sama papa?"

Sean mendengkus. Muak melihat papanya yang sudah berpenampilan kacau.

"Gimana apanya? Bagus kan Sean di sini? Itu artinya papa nggak perlu sungkan lagi kalo mau mesra-mesraan sama Mita. Nggak perlu merasa nggak enak lagi sama aku karena udah macarin cewek yang dulunya gebetan anak sendiri."

Tertohok tentu saja. Reno memang sering merasa bersalah pada putranya ini. Tapi mau bagaimana? Egois adalah salah satu sifat manusia yang paling susah dihindari.

"Jadi mending sekarang papa pulang. Selametin Mita sebelum tali yang aku pake buat iket dia putus, terus dia jatuh ke lantai satu. Sean iket dia di lantai tiga soalnya. Dan para pelayan nggak mungkin mau nyelametin dia. Sean ancam."

"Apa?! Kenapa kamu kayak gitu?!" Reno refleks berdiri. Terkejut dengan aksi putranya sendiri. Wah, anak-anaknya kenapa bisa jadi seperti ini?

"Sean nggak bakal pura-pura lagi. Mulai sekarang, sekali kalian nyakitin Baekhyun bakal Sean bales dua kali. Jadi nanti jangan kaget kalo tiba-tiba papa denger Sean jadi pembunuh."

Sean berucap dengan tampang sedatar papan. Membuat Reno percaya akan apa yang Sean ucapkan adalah hal serius.

"Oke. Sekarang papa pergi. Tapi nanti papa bakal balik lagi, kita bicara."

Terserah. Sean nggak bakal perduli. Dia diam melihat papanya yang tergesa menuruni anak tangga.

Lagipula, mereka nggak lebih penting kan dibanding Mita?

Sean menghela napas. Mendekati kamar Baekhyun dan mengetuk pintunya.

"Bee.. buka, Ini aku. Ayo bicara."

Tak perlu waktu lama. Sean melihat Baekhyun yang membuka pintu dengan wajah sembabnya. Baekhyun menghambur memeluknya.

Tbc.

Selamat siang guys. Yang sempet baca, Jangan lupa vote and comment, ya. Maaf kalo banyak typo nya. Thanks❤️

With love,
T.

Warna Untuk Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang