Olive

715 112 32
                                    

Dera duduk dan menatap sendu Chanyeol yang terbaring tengkurap di kamarnya. Punggung itu benar terluka oleh cambukan suaminya, yang sudah Dera obati.

Sebenarnya, Dera bukannya nggak tahu apa yang terjadi di antara kedua anaknya. Dera juga tidak terkejut saat melihat apa yang Chanyeol lakukan pada Mita, dulu mungkin iya, tapi setelah tahu rahasia yang ditutup rapat putranya, Dera mewajarkan apa yang putranya lakukan tadi.

Katakan saja Dera nggak tahu diri. Dia tahu putranya menutupi semua demi dirinya, dan Dera bersyukur untuk itu. Ketakutan akan amarah sang suami jika tahu perbuatan nista putrinya membuat Dera memilih pura-pura tidak tahu.

Dera mengusap air mata yang lolos di pipi. Hatinya sakit saat di hadapkan dengan keadaan seperti ini. Apa kalian mengerti? Dera hanya ingin melindungi putrinya. Bukankah semua ibu begitu? Mereka akan memaafkan kesalahan anak meski seburuk apapun itu, seperti Dera pada Mita, walau sayangnya pada Chanyeol juga benar ada.

Tapi sekarang Dera sadar, dia selalu memaafkan Mita tanpa sekali pun memberi hukuman. Mita jadi semakin gila saja. Perasaan salah yang Mita punya pada kakaknya semakin tumbuh subur dipupuk obsesi.

Dera membelai rambut hitam Chanyeol yang terpejam. Mengecup sayang kening yang dihiasi rambut Chanyeol yang berkeringat.

"Maaf..." Dera meminta.

"Coba aja ibu bisa lebih perhatian, Mita nggak bakal punya perasaan yang salah sama kakaknya."

Ya, coba saja dulu dia lebih perhatian pada putrinya, Mita nggak akan sampai sejauh ini. Andai dia lebih perhatian, dia pasti sudah menegur Mita kalau perasaan pada kakaknya itu salah. Tapi terlambat. Saat Dera tahu semuanya, perbuatan Mita mungkin sudah nggak bisa lagi dimaklumi suaminya, jadi lebih baik ditutupi sekalian.

"Maaf, gara-gara ibu kamu jadi kayak gini. Coba aja ibu lebih berani. Tapi, mau gimana? Mita juga anak ibu."

Lalu untuk apa Chanyeol menderita selama ini?

Duh, sesak. Oksigen di ruangan itu seperti mengandung racun.

"Sekali lagi maaf, ibu udah buat kamu menderita, menanggung semua sendirian. Dan makasih, ibu tau itu semua kamu lakuin demi ibu. Ibu sayang kamu."

Dera keluar setelah menyampaikan semua yang ingin dia katakan. Menutup pintu dengan pelan. Dera nggak tahu, di balik mata terpejam yang terlihat lelap, ada hati yang terasa dirajam kepedihan.

"Ternyata, ibu sama aja."

Adalah Chanyeol yang sudah sadar dan mendengar semua yang Dera katakan. Jadi, buat apa Chanyeol menahan diri lagi?

"Setelah ini, jangan nyesel," katanya dengan mata yang masih terpejam.

***

Suasana ruang makan rumah Baekhyun berbeda pagi ini. Dia nggak sendiri seperti hari-hari sebelumnya, sekarang ada Sean yang juga tengah menikmati sarapan paginya.

Sean sudah terlihat ganteng dengan seragam sekolahnya, rambut disisir rapi kebelakang memamerkan jidat putih yang dia punya. Ugh, keren pokoknya.

Baekhyun juga sudah siap, dia terlihat imut. Rambut yang dikuncir satu membuat leher jenjangnya terlihat. Nggak pakai make up, cukup bedak bayi dan pelembab bibir saja.

"Hari ini, biar papa yang anter."

Ah, iya. Ada papa juga di sana. Tadi dia datang pagi-pagi sekali, membangunkan Baekhyun dan Sean yang semalam tidur di kamar Sean, mereka ketiduran saat nonton dan bercerita banyak hal. Sepulang sekolah nanti Baekhyun akan suruh orang buat mengganti kunci rumahnya, biar papa gak bisa lagi masuk seenaknya.

Warna Untuk Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang