Cream

812 100 6
                                    

Baekhyun melenguh. Terusik dari tidurnya. Baru saja rasanya ia terlelap selepas permainan meraih puncak bersama Chanyeol, tapi alarm yang dia setel pada ponselnya seakan tidak sungkan untuk berbunyi guna membangunkan mereka.

Baekhyun mengucek matanya, sekujur tubuhnya serasa remuk karena digempur habis oleh Chanyeol dari malam hingga menjelang pagi hari. "Akh.. " Baekhyun meringis saat berusaha duduk dari tidurnya. Saat itu juga, selimut yang tadinya menutupi dirinya melorot jatuh, menampakkan kulit yang seperti terserang penyakit.

Astaga! Banyak sekali totol-totolnya!

"Kak, bangun!" Baekhyun mengguncang pelan bahu Chanyeol yang masih terlelap di sampingnya, nggak terusik sama sekali oleh suara nyaring alarm barusan.

"Kak.. Ayo bangun," masih dengan mengguncang bahu yang semalam dia gigiti. "Nanti kita ketinggalan kapal," lanjutnya.

Ah iya, mereka akan kembali dengan penyebrangan pertama di jam sembilan pagi. Kadek sudah memberitahu kalau mereka harus sampai di pelabuhan minimal tiga puluh menit sebelum keberangkatan kapal, dan ini sudah hampir jam delapan mereka belum siap sama sekali.

Setelah beberapa kali Baekhyun bicara, akhirnya Chanyeol merespon juga. Mengucek matanya, menguap lebar sebelum mata bulat itu menyorot pada Baekhyun.

"Good morning Bee," Chanyeol menarik lembut tangan Baekhyun, meraih tengkuknya guna mendaratkan ciuman singkat di bibir tipis kesukaannya. "Manis. Kayak biasanya," ucap Chanyeol.

"Apaan sih, Kak," Baekhyun memukul pelan dada telanjang Chanyeol. Sepagi ini dan dia sudah dibuat salah tingkah. Semu merah jambu nggak bisa ditahan agar tidak muncul di pipi. "Ayo siap-siap."

Baekhyun menyibak selimut putih yang semalam melindungi dari dingin, hingga terpampang tubuh tanpa busana dengan keseluruhan. Turun dari ranjang, Baekhyun berniat membersihkan diri sebelum bunyi gedebruak khas orang terjatuh terdengar keras.

"Aww..." Baekhyun meringis lagi. Memegangi pinggulnya yang membentur lantai dengan keras.

Chanyeol sampai refleks berdiri. Tergesa menghampiri Baekhyun yang terduduk di sebelah ranjang. "Kamu nggak pa-pa?"

Menyusuri tubuh istrinya guna melihat apa ada yang terluka, tapi yang Chanyeol temukan malah karya luar biasa yang diciptakan Tuhan dalam bentuk wanita, juga karya ciptaannya yang sungguh luar biasa dalam proses pembuatannya. Chanyeol berdeham, berusaha menghilangkan pikiran kumalnya.

Ia membantu Baekhyun untuk berdiri lalu mendudukkan di tepi ranjang. Chanyeol tanyakan, "Kok bisa jatuh?"

Yang Baekhyun jawab, "Lemes, kak."

"Hah?"

Mendadak menjelma menjadi penjual keong. Chanyeol seriusan nggak paham. Ehm.

Baekhyun memicingkan matanya. "Nggak usah pura-pura bego. Ini semua gara-gara kakak."

"Loh, kok kakak? Dari tadi kakak bobok lhoo," balas Chanyeol.

"Ya semalem kakak bobokin aku!"

"Hah?"

"Heh, hoh," lanjut Baekhyun kesal.

Tadi saat turun dari ranjang dan mencoba berjalan, dia merasakan ngilu pada pusat tubuhnya. Juga kaki yang sangat lemas sampai tidak bisa menopang berat tubuhnya.

"Gara-gara kakak, nih.."

"Mainnya nggak tanggung-tanggung."

"Jadi lemes kan aku,"

"Punya n--" terpangkas. Chanyeol membungkam bibirnya dengan dengan ciuman. Menghentikan celotehan itu.

"Oke, oke. Maaf kalo gitu, Bee."

Warna Untuk Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang