Tadi, sebelum buka pintu. Chanyeol sudah waswas sebab ayahnya ada di rumah. Dulu ayah sempat berpesan agar tidak membiarkan satupun teman Chanyeol tahu rumahnya.
Akan jadi tidak baik kalau ayah sampai tahu Chanyeol pernah membawa teman ke sini. Dan semakin tidak baik lagi di saat Chanyeol membuka pintu, Baekhyun berdiri di sana dengan tatapan tajam.
Chanyeol nggak siap.
Dia tahu betul apa arti dari sorot tajam itu saat Baekhyun lihat Mita dari sela dirinya. Chanyeol belum siap, kalau saja Baekhyun mengamuk dan mengatakan semua di depan ibunya. Maka itu, tanpa berpikir dua kali Chanyeol berucap, "Ayo pergi dari sini. Kita mulai hidup baru sama-sama."
Baekhyun tertegun. Amarah membuat otak cantiknya lambat memproses kalimat yang baru saja Chanyeol ucapkan. Sampai Chanyeol mengulang sampai dua kali, barulah ia mengerti. Chanyeol setuju perihal hidup bertiga tanpa orang-orang berbisa.
Oke. Jika sudah setuju, Baekhyun akan beri Mita sedikit saja pelajaran sebelum ia pergi. Ini juga akan menjadi alasan Chanyeol nggak akan bisa lari lagi darinya.
Tanpa kata, Baekhyun dorong Chanyeol dan menerobos ke dalam.
"Bee?" Chanyeol coba menahan.
Namun Baekhyun hanya meliriknya, kembali menyambung langkah yang tertunda.
Dapat Baekhyun lihat seorang pria paruh baya dan dua wanita di sana, tentu salah satunya adalah Mita.
Pria itu tersenyum ke arahnya, nampak memuakkan di mata Baekhyun. Ayah Chanyeol sungguh bermuka dua, persis seperti anaknya.
"Temennya Mita, ya?" Devan buka suara, "Sini duduk dulu."
Baekhyun setia dalam diam, namun dia duduk seperti apa yang ayah Chanyeol suruh. Dapat Baekhyun lihat Mita melotot ke arahnya, pasti Mita nggak suka.
"Temen sekolah Mita, ya? Tumben ke sini." lagi, Devan bicara.
"Bukan," sangat singkat.
"Bukan?" Devan membeo, melirik ke arah putranya. Nampaknya Chanyeol sudah melanggar apa yang pernah dia suruh.
Chanyeol yang ada di sana sudah gugup maksimal. Jantungnya berdetak mengerikan. Tolong, jika pun harus Baekhyun katakan kebenaran, tolong jangan di depan ibunya.
"Jadi, ada perlu apa dan sama siapa?" Devan mencoba bertutur sopan.
"Sama om."
Semakin lemas saja rasanya. Chanyeol diam mematung tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Saya?" tunjuknya pada diri sendiri.
"Iya, sama om," Baekhyun melirik Mita yang duduk di sebelah ayahnya, Mita menatapnya dengan alis berkerut tajam. "Aku ke sini mau minta tanggung jawab."
"Tanggung jawab apa?" Dera buka suara.
Chanyeol remas kuat jemarinya. Ini bukan salahnya, tapi dia takut kalau Baekhyun katakan yang sebenarnya, Ibu pasti akan syok berat. Chanyeol nggak mau itu terjadi, makanya dia coba menginterupsi.
"Bu, kita ke kamar aja, yuk? Nanti Chanyeol yang jelasin."
Tapi apa? Apa yang akan Chanyeol jelaskan?
Melihat raut serius sang putra, Dera mencoba mengalah akan rasa ingin tahunya. Baru saja ia akan bangkit, suara Baekhyun menggagalkan niatan.
"Tetap di situ! Kalian semua harus mendengar apa yang akan saya bicarakan."
Tuhan, tolong. Chanyeol benar-benar nggak siap.
"Apa itu, nak? Bisa katakan dengan cepat?" Devan mulai kehilangan kesabaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Untuk Pelangi [END]
Fanfiction"Kalo aku jadi pelangi, kak Chanyeol mau nggak jadi warnanya? " "Sejak kapan pelangi berwarna hitam? " Start : 03 September 2020 Finish : 03 Desember 2020