Reno menghempaskan tubuhnya di sofa kamar hotelnya. Memijit kening yang terasa berdenyut. Dia yakin, besok akan ada berita heboh terkait pernikahan dadakan putrinya. Belum lagi ia harus menghadapi para rekan bisnisnya yang mungkin saja menganggap ini adalah sebuah masalah. Duh, memikirkan itu saja sudah membuat kepala Reno pening.
Reno tau putrinya itu keras kepala, tapi dia tidak tau kalau Baekhyun akan bisa sekeras kepala ini. Dia nggak nyangka kalau putrinya itu akan mengundang banyak sekali orang ke acara pernikahannya, bahkan termasuk para rekan bisnis dari keluarga Anggapati maupun Antaniza. Tadi saja Reno sudah sangat kewalahan menjawab pertanyaan dari mereka, belum lagi dengan nggak adanya sosok Alia di sana.
Menghela napas, ingin sekali rasanya Reno kembali pada masa-masa tenangnya dulu. Di mana dia nggak akan selelah ini karena ada sosok Alia yang dengan senang hati memijitnya begitu dia kecapekan, nggak akan sesetres ini sebab Alia akan menghiburnya dengan suka rela. Dan yang terpenting, dia nggak akan dibenci kedua anaknya sampai sedalam ini.
Namun apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Reno sudah kehilangan sosok sehangat Alia karena dirinya yang bermain api bersama Mita. Bahkan bubur itu pun sekarang sudah basi, mengingat sosok Mita yang tak lain adalah anak dari besannya--mertua putrinya.
"Alia.." Lirih Reno memanggil nama istrinya, lengan kanannya menutupi mata ketika kepala ia sandarkan di sandaran sofa.
"Sejak kapan nama aku berubah jadi Alia, om?"
Reno terperanjat. Suara Mita menyentak dirinya dari nostalgia yang baru saja dia bayangkan. Dia nggak sadar sejak kapan Mita ada di sana, nggak ada suara pintu yang dibuka dapat Reno dengar tadi. Kembali mendudukkan dirinya dengan benar, Reno menatap nyalang pada Mita.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Reno dengan nada dingin. Bukannya apa, orang tua Mita juga menginap di hotel ini. Akan sangat tidak bagus kalau sampai ada yang melihat Mita masuk ke dalam kamarnya.
"Cari om, lah!" balas Mita. Alisnya mengerut heran mendengar pertanyaan Reno barusan. "Kenapa? Kok nanyanya gitu? Om nggak suka aku ke sini?" lanjutnya.
"Bukan gitu. Nanti kalo orang tua kamu liat gimana?"
Mita mendengus, "Mereka udah tidur kali om."
"Ya tetep aja Mita, kalo ada yang liat kamu masuk ke sini terus ngadu ke orang tua kamu gimana? Baekhyun juga ada di sini kalo kamu lupa."
Semakin nggak suka. Alis Mita menukik tajam saat nama itu Reno sebut dalam kalimatnya.
"Emang kenapa kalo anak om ada di sini?!"
"Kamu tau senekat apa dia kan?" Reno balik bertanya.
Terkekeh sinis, Mita melipat tangan di depan dadanya. "Om takut dia ke sini?!"
"Takut, nggak takut. Nggak bakal gampang urusannya kalo sampe ada yang tau kamu di sini sekarang!"
"Om kenapa sih?! Lagian dia udah lama tau tentang hubungan kita kan? Kenapa baru takut sekarang?!"
Napas Reno terhela kasar, ia memejamkan matanya demi meraih sisa kesabaran yang ia punya. Sumpah, dia lelah sekali hari ini, tapi Mita sungguh keras kepala untuk mengajak dia berdebat. "Oke Mita, cukup. Ributnya besok aja lagi. Om capek banget hari ini."
Yang ada Mita berdecak, tidak mengindahkan apa yang Reno katakan. Dia merespon dengan membandingkan dengan apa yang juga dia rasakan. "Om capek? Sama om, aku juga capek!! Dari tadi diikutin sama empat pengawal terus. Aku ke sini cuma mau cerita sama om, tapi kayaknya om nggak suka ya sama kedatangan aku?"
"Om udah bilang, bukan kayak gitu maksud om!"
"TERUS APA MAKSUD OM?!!"
Reno tersentak saat mendengar nada tinggi itu, Mita berteriak dengan mata yang melotot, dadanya terlihat naik turun karena terengah dengan napasnya. Reno mengetatkan rahang, kesabarannya benar-benar diuji oleh Mita sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Untuk Pelangi [END]
Fanfiction"Kalo aku jadi pelangi, kak Chanyeol mau nggak jadi warnanya? " "Sejak kapan pelangi berwarna hitam? " Start : 03 September 2020 Finish : 03 Desember 2020