Sean dan Baekhyun duduk di kasur kamar Baekhyun. Baekhyun yang menyandar di bahu Sean, dan Sean yang setia mengusap surai adiknya.
Sudah sekitar dua puluh menit mereka begitu. Sean membiarkan Baekhyun puas menangis lebih dulu sebelum kemudian bicara hal penting tentang mereka.
Sean sudah tahu hal apa yang Baekhyun buat dan alasan papanya marah seperti itu. Chanyeol sudah memberi tahunya. Tadi Chanyeol sempat menelpon dan menyuruh dia pulang ke rumah guna melihat keadaan Baekhyun. Dan benar saja tebakan Chanyeol, Mita pasti sudah mengadu pada papanya.
Sean melihat semuanya. Mendengar apa saja yang papa katakan pada Baekhyun barusan.
"Udah nangisnya?"
Baekhyun masih dengan sisa tangisnya. Menangis sampai sesenggukan memang susah dihentikan. Tapi demikian, Baekhyun mengangguk saja.
Sean merapikan rambut Baekhyun. Menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya. Meneliti sekacau apa wajah adiknya.
"Kenapa kamu bohong?" Sean bertanya.
Baekhyun mendongak. Menatap Sean yang posisinya memang lebih tinggi darinya.
"Bohong apa?"
"Bilang ke mereka kalo kamu lagi hamil."
"Kamu tahu?"
"Tadi Chanyeol yang nelpon. Terus nyuruh aku pulang ke rumah buat mastiin keadaan kamu," jawab Sean jujur. "Jadi, kenapa bohong?"
"Aku mau nikah sama kak Chanyeol."
"Nggak cuma itu, kan?"
Baekhyun diam. Apa Chanyeol juga memberi tahu perihal rencana hidup bertiga tanpa Sean di dalamnya?
Jika iya, apa Sean akan marah? Tapi dulu dia sendiri yang pilih hidup bareng papa.
Karena nggak jawab dan malah melamun, Baekhyun merasakan sentilan kecil di kepalanya. Tentu Sean pelakunya. Yang saat ini menatap Baekhyun dengan tampang tampannya.
"Tega banget sama kembaran kalo kamu beneran cuma pergi bertiga."
"Kenapa? Bukannya dulu kamu sendiri yang mau ikut sama papa buat ngejar Mita?"
Enak aja. Sean mendelik Baekhyun. Nggak setuju sama apa yang Baekhyun katakan. "Nggak gitu, ya, maksudnya."
"Terus apa?"
Sean nyamankan posisi mereka. Merangkul Baekhyun yang memeluk pinggangnya.
"Aku cuma mau nebus salah sama mama. Dulu gara-gara aku bawa Mita pulang ke rumah, keluarga kita jadi kayak gini. Seenggaknya, kalo aku di sana, papa bakal terus inget sama salahnya dan merasa bersalah. Itu juga kalo papa masih punya hati. Tapi kelihatannya, udah nggak ya?" jawabnya yang berakhir bertanya.
Ya, setahun yang lalu adalah puncaknya. Hari di mana Baekhyun meraung dalam tangis karena mamanya di masukkan ke dalam rumah orang-orang yang punya gangguan dalam jiwanya. Hari itu juga adalah hari papa keluar dari rumah mereka dengan Sean yang ingin ikut bersama. Meninggalkan Baekhyun menangis sendiri di tinggal mama dan papa, walau bukan dalam artian yang sebenarnya.
Baekhyun eratkan pelukannya. "Udah, cukup. Kita ikhlasin aja papa. Terima kalo kita nggak bisa lagi jadi keluarga."
"Makanya ajak aku juga sama kalian. Kita mulai sama-sama dari awal. Dia juga perlu pamannya omong-omong."
Paman? Baekhyun melihat Sean yang juga senyum menggoda ke arahnya. Begitu saja, Baekhyun cubit pinggang itu sangat keras.
"Enak aja, aku ini masih ting-ting, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Untuk Pelangi [END]
Fanfiction"Kalo aku jadi pelangi, kak Chanyeol mau nggak jadi warnanya? " "Sejak kapan pelangi berwarna hitam? " Start : 03 September 2020 Finish : 03 Desember 2020