Turquoise

688 113 13
                                    

Kalau boleh sedikit cerita, maka biarkan Chanyeol berkisah singkat tentang jalan hidupnya.

Dia, Chanyeol Arkasa Rawarna, adalah satu dari sekian juta anak yang nggak diinginkan hadir di dunia. Katanya, dia lahir dari wanita sewa yang pernah ayahnya bayar hanya untuk sekedar kisah satu malam. Disebut haram karena lahir di luar status pernikahan, berakhir menjadi aib bagi ayahnya yang saat itu sudah punya tambatan. Nyatanya, kisah satu malam yang ayah bayar berujung kelam, meski sudah melahirkan bayi lelaki tampan.

"Boleh ibu masuk?" Suara Dera terdengar lembut, membuat Chanyeol berhenti sebentar dari kegiatan yang ia lakukan.

"Boleh, masuk aja." Balas Chanyeol.

Dera melangkah pelan, mendudukkan diri di ranjang. Menghadap Chanyeol yang sedang membersihkan benda kesayangannya, "Kamu nggak laper? Kok nggak turun, makan malam?"

Melirik sekilas, Chanyeol hanya menjawab seadanya, "Belum, entar aja Chanyeol makan."

"Mau ibu bawakan ke sini?" Tanya Dera perhatian.

"Makasih. Nanti Chanyeol ambil sendiri aja."

Bukannya Chanyeol bodoh atau gimana,  sampai mau bertahan saat sudah diperlukan kejam oleh keluarganya. Tapi, coba sekali lagi kalian dengarkan lagu 'Kasih Ibu' dan cermati dengan hati liriknya.

Kasih ibu kepada beta,

Chanyeol nggak merasakannya.

Tak terhingga sepanjang masa,

Sedari kecil, dia nggak tau siapa nama ibu kandung dan bagaimana wajahnya. Jadi dia nggak tau kasih ibu kandung itu seperti apa. Benarkah tak terhingga? Lalu kenapa dia ditinggalkan sama orang macam ayahnya?

Hanya memberi, tak harap kembali,

Sampai akhirnya ibu Dera datang. Ibu yang ayah bawa pulang sepaket dengan adik perempuan saat dia masih balita. Ibu yang menyayanginya, ibu yang memasak makanan untuknya, menyanyikan lagu tidur saat dia susah terlelap, ibu yang selalu memberi rasa perlindungan dari setiap amukan ayahnya. Ibu yang Chanyeol sayangi.

Bagai sang Surya, menyinari dunia.

Meski bukan ibu kandung, tapi berkat ibu dera, dia bisa merasakan apa itu arti orangtua. Bagi anak seperti dirinya, sayang yang ibu Dera beri itu sangat berharga. Mungkin bukan bagai sang Surya, tapi ibu Dera itu sudah seperti rembulan, bercahaya untuk langitnya yang kelam. Jadi wajar kan, selama ini dia bertahan? Walaupun dia dibuat patah seluruh badan.

Dan Chanyeol akan terus bertahan, kalau saja dia nggak dengar apa yang malam itu sudah ibunya katakan. Jadi sepertinya... untuk sekarang, cukup. Chanyeol sudah nggak tahan.

"Apa kita bisa bicara?" Dera kembali bersuara.

"Tentu, kenapa enggak?"

Dera meremas jari di pangkuan,"Kamu marah ya sama ibu?"

Gerakan tangan Chanyeol yang sedang mengelap gitar itu berhenti, menolehkan atensi pada ibunya, "Nggak."

Munafik.

"Kenapa juga Chanyeol harus marah?" Kini dia balik bertanya.

Tersenyum lemah, Dera memandang sendu putera nya. "Tadi ibu diem aja waktu kalian bertengkar."

"Lalu kenapa ibu diem aja?"

"Ibu nggak tahu harus gimana," Dera menunduk, menelisik jari sendiri di pangkuan.

"Ibu udah tau semuanya." Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan pasti yang Chanyeol katakan.

Semakin menunduk saja, Dera bahkan nggak sanggup lebih lama menatap wajah putera nya. Kalimat Baekhyun tadi terngiang-ngiang di kepalanya. Membuat Dera merasakan sakit di kepala juga hatinya, Baekhyun menegaskan seberapa gagal ia jadi orang tua.

Warna Untuk Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang