Teal

705 113 14
                                    

Sampai di kelas, Baekhyun melihat Luhan dan Diyo yang duduk di bangku miliknya. Mereka menoleh padanya waktu dia tiba di pintu kelas.

Tanpa aba-aba, Baekhyun diterjang dua kawannya. Melilit seperti ular yang ingin meremukkan mangsa. Ugh, Luhan dan Diyo memeluknya erat sekali.

"Huhuhu.. Akhirnya lo masuk juga. Lo gak pa-pa, kan? Hari gue suram nggak ada lo di sekolah Pelangi." Luhan keluarkan sisi lebay nya.

Pelukan itu semakin erat saja. Diyo bahkan membuat dia susah bernapas karena lengan yang memeluk lehernya.

"Tadinya gue mau bunuh lo gara-gara minuman yang lo kasih di pesta itu gue jadi dihukum karna telat masuk sekolah," Diyo berkata sambil pura-pura nangis, "Tapi karena Luhan udah cerita, jadi gue maafin."

Baekhyun meringis. Selain pelukan yang terlalu erat, pandangan tak sedap dari penghuni kelas juga baru Baekhyun sadari.

"Le-pas." kata Baekhyun susah.

Bukannya dilepas, Diyo bahkan semakin mencekiknya. "Nggak, nggak. Gue tau lo butuh pelukan."

Ya tapi nggak gini juga woi. Baekhyun bisa mati lama-lama.

Karena nggak mau di lepas juga, Baekhyun pilih gigit saja lengan Diyo di depannya.

"Arghh.. Sakit woyy!" Diyo berteriak keras. Luhan bahkan sampai terkujut juga.

"Apaan sih, lo. Bulat!" Luhan protes sambil mengusap telinga.

Diyo melotot, "Gue gak bulat, ya, Rusa liar. Ini namanya semok."

Malah bertengkar. Baekhyun yang sudah selesai mengambil napas memilih abai dan menuju mejanya untuk menaruh tas. Tapi baru juga duduk, Kai datang menggebrak meja sambil memelototinya,

"Eh, belang. Tanggung jawab lo, gara-gara pesta yang lo buat, kita sekelas jadi di hukum karena terlambat masuk kelasnya pak Agus."

Belang, nama lain dari Pelangi yang teman kelasnya plesetkan.

Lagi, Baekhyun meringis. Terlambat, ya? Jelas saja, sebagian minuman waktu itu mengandung obat tidur dan alkohol. Mereka bisa pulang juga karena sopir yang khusus Baekhyun sediakan.

"Err... maaf, deh. Tapi seru kan?"

"Seru lah." jawab Kai spontan.

Begitu sadar, Kai kembali melotot, bertolak pinggang dan mencondongkan sedikit badan ke arah Baekhyun.

"Nggak seru, ya. Capek tau di suruh bersihiin toilet, belum lagi dimarahin di rumah karena pulang-pulang udah teler," katanya panjang lebar.

Baekhyun cengengesan, menggaruk kepala yang sama sekali nggak gatal.

"Terus, gue harus apa?" tanya Baekhyun akhirnya, bingung juga dia tuh.

Senyum kemenangan terbit dihati Kai, itulah kalimat yang dia tunggu dari tadi. Tanpa basa-basi dia langsung katakan, "Nggak mau tau, lo harus traktir kita sekelas di kantin nanti siang."

Plak

Jedag!

Kai dipukul, kepalanya sampai membentur meja saking kerasnya pukulan itu.

"Eh, ganteng. Bilang aja lo nya mau makam gratisan kan? Alah kismin, udah sana, jangan ganggu Baekhyun."

Luhan pelakunya. Pukulan anarkis yang tiba-tiba itu adalah ulah si Rusa liar, begitu Diyo menyebutnya tadi.

"Yak!" Kai berteriak tepat di wajah Luhan. Duh, pusing sekali rasa kepalanya.

"Omaiigattt.. Bau jigong lu!"

Warna Untuk Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang