Prolog

210K 7.9K 753
                                    

Sebelum baca, vote dulu ya. Karena vote itu gratis, jangan lupa komennya juga😊

Happy Reading❣

"Dek, bangun woy jangan kebo" teriak Delon dengan suara yang naik satu oktaf, pasalnya ia sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar adiknya, tetapi tidak ada respon dari dalam.

"Gue dobrak yaa pintunya kalo lo gak bangun" dengan percaya diri Delon mau mendobrak pintu, dan saat di dobrak pintu pun sudah terbuka dari dalam dan alhasil Delon pun jatuh tersungkur di depan ranjang Divia.

"Anjirr pantat mulus gue ya allah" ringis Delon lalu mengusap bokongnya yang terasa sakit, ia menatap tajam seorang gadis yang sudah berdiri di depannya.

"Hahahaha rasain lo kak, abis sok banget mau ngedobrak pintu, padahal kan pintunya gak di kunci" jawab Divia sambil tertawa melihat sang kakak jatuh tersungkur di depannya. Jahat memang, tetapi begitulah Divia.

"Awas ya lo gue bilangin bunda" ucap Delon dengan wajah yang sudah di tekuk, sambil terus mengusap bokongnya yang sakit.

"Eh jangan kak, nanti gue di marahin lagi sama bunda, sini gue bantuin" ucap gadis itu sambil membantu Delon berdiri dan duduk di atas ranjang miliknya. Gadis itu adalah Divia, Divia Aira Geraldine gadis sederhana yang berparas cantik bak seorang dewi yunani, rambut indah berwarna coklat dan iris coklat yang tajam, kulit putih mulus dan baik hati pada semua orang, membuat kaum adam tergila-gila dengan seorang Divia.

"Yaudah sana lo mandi aja dulu, jangan lama ntar gue tinggal!" Ketus Delon membuat Divia memutar bola matanya malas, ancaman yang sering terlontar dari mulut Delon, walaupun begitu Delon tidak pernah meninggalkan Divia barang sedikit pun, ya kecuali jika ada urusan yang benar-benar tidak bisa di tinggal.

"Iya iya kak" ucap Divia langsung bergegas pergi ke kamar mandi meninggalkan Delon yang masih terduduk di atas ranjang miliknya.

********

Divia menatap dirinya di pantulan cermin, ia sudah selesai memakai seragamnya, dan tak lupa memakai bedak tipis dan sedikit liptint di bibirnya agar tidak terlihat pucat, hari ini ia tampak begitu senang karena ia akan naik ke kelas XI, dan tidak sabar ingin bertemu dengan para sahabatnya.

Wajah Divia seketika langsung murung ketika memikirkan pisah kelas dengan sahabatnya, dalam hati ia berdoa agar selalu bisa bersama dengan para sahabatnya, ia tidak bisa membayangkan jika mereka pisah kelas nanti pastinya ia akan merasa sangat kesepian.

"Dek buruan, ini bentar lagi telat" ucap Delon sambil membuka pintu kamar Divia yang sedang melamun menatap dirinya di pantulan cermin.

"Eh, iya kak" ucap Divia lalu bergegas keluar dari kamarnya menuju ruang makan dan di ikuti Delon yang mengekor di belakangnya, gadis itu mengambil roti dengan selai coklat kesukaannya dan langsung mencomot roti itu dengan tergesa-gesa sehingga membuat gadis itu tersedak.

"Uhukk uhuukk"

"Makannya pelan pelan aja" ucap Dina bunda Divia sambil menyodorkan susu coklat kesukaan gadis itu. Divia mengambil susu itu dan meneguknya sampai setengah. Setelah dirasanya lebih mendingan ia pun kembali meletakkan susu itu di atas meja.

"Iya bun. Kalo gitu Divia pamit ke sekolah dulu ya, takut telat soalnya" ucap Divia lalu menyalimi punggung tangan Dina dan di ikuti Delon.

Setelah selesai berpamitan Divia pun menarik lengan kakaknya dan berlari ke arah motor yang sudah terparkir di halaman rumahnya.

"Ayo kak buruan, sepuluh menit lagi gerbangnya mau ditutup"

"Itu mah derita lo. Makanya kalo di bangunin itu langsung bangun jangan ngebo mulu kerjaan lo" keluh Delon yang tidak habis pikir dengan kelakuan Divia yang sangat susah di bangunkan saat tidur. Divia yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.

"Iya kak, yaudah buruan" ucap Divia dan dibalas anggukan kepala oleh Delon, Divia pun memakai helmnya dengan bantuan Delon setelah selesai Divia pun menaiki motor milik Delon dan pergi meninggalkan pekarangan rumah mereka.

Selang beberapa menit mereka pun sampai di sekolah dan ternyata gerbang belum di tutup, hal itu membuat Divia dan Delon bisa bernafas lega.

"Jangan lari lari entar jatuh" teriak Delon pada Divia yang sudah mengambil ancang-ancang untuk lari, tetapi gadis itu tidak mendengarkannya. Divia langsung saja berlari meninggalkan Delon. Delon yang melihat itu pun hanya geleng geleng kepala saja. Ya begitulah adiknya sangat keras kepala.

Divia terus berlari dan tanpa sadar ia menabrak dada bidang seseorang yang mengakibatkan dirinya jatuh tersungkur di lantai koridor yang dingin.

"Aww sakit" ringis Divia dengan mata yang sudah berkaca-kaca, lututnya terasa begitu perih dan terdapat sedikit goresan di sana. Masih pagi-pagi ia sudah mendapat sial, mulai dari terlambat hingga terjatuh seperti sekarang.

Divia menatap orang yang ditabraknya, ia begitu kaget saat melihat orang itu, ternyata orang itu adalah Davino Dean Algara, most wanted SMA Antariksa yang terkenal dengan sifat dinginnya kepada semua orang, Divia sangat takut karena tidak sengaja menabrak cowok itu, terlebih lagi cowok itu sedang menatap tajam dirinya dengan mata elangnya seolah ingin memakannya hidup-hidup. Ah sial, ingin rasanya ia terjun ke rawa-rawa saat ini juga.

"Semoga gue masih bisa hidup tenang setelah ini" batin Divia merasa takut.

********

Divia

Davino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davino

Davino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang