Part 22

41K 3.1K 154
                                    

"Kak vino bangun, kak" ucap Sean sedikit berteriak ia terus mengguncang badan kakaknya itu tetapi tidak ada jawaban dari Davino, sudah berkali kali ia meneriakkan nama kakaknya tetapi kakaknya tidak merespon.

Sean memutuskan untuk mencari ponsel kakaknya, dan akhirnya menemukannya di saku celana Davino, ia segera menghubungi panggilan terakhir yang dihubungi Davino, tetapi orang itu tidak mengangkatnya dan ia juga mengirim pesan sebanyak banyaknya pada orang itu.

Ditempat lain Divia terus saja mengacuhkan panggilan telpon dari Davino, ia pun jengah sendiri karena cowok itu terus saja menelponnya, ini tidak seperti biasa semenjak mereka putus Davino menghubunginya tidak pernah sebanyak ini, ia pun melihat pesan masuk dari Davino.

Davino❤
Kak ini aku sean adiknya kak vino.

Davino❤
Kak vino pingsan, tolongin sean kak.

Davino❤
Tolong dateng ke rumah kak vino sekarang.

Panggilan masuk dari nomor Davino, langsung saja gadis itu mengangkat telpon dari Davino, ralat dari Sean.

Halo kak ini Sean adik kak vino, please bantuin sean kak, kak vino lagi pingsan sekarang. Ucap Sean dari sebrang sana, suaranya terdengar begitu khawatir.

Divia pun langsung memesan ojek online, setelah ojek pesanannya datang ia pun bergegas pergi ke rumah Davino menggunakan alamat yang barusan dikirim Sean. Sepanjang jalan Divia terlihat begitu gelisah dan sangat panik, ia takut terjadi apa-apa pada Davino.

Setelah sampai Divia langsung saja berlari masuk ke dalam pekarangan rumah Davino. Ia memencet bel yang ada dan keluarlah Sean adik kecil Davino.

Divia sedikit berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu, lalu berkata.

"Tolong anterin kakak ke kamarnya kak vino ya" ucap Divia lalu dibalas anggukan oleh Sean.

Mereka melangkahkan kakinya ke kamar Davino dan betapa terkejutnya ia melihat Davino yang sudah tergeletak di atas lantai dengan keadaan tak sadarkan diri.

Divia membawa cowok itu ke atas ranjang dengan bantuan Sean. Gadis itu terlihat ngos-ngosan saat membaringkan tubuh berat Davino, Sean yang melihat itu lantas turun ke bawah lalu mengambilkan air putih untuk Divia.

"Diviaa" ucap Davino pelan dengan mata yang tertutup namun masih dapat didengar oleh gadis itu.

"Jangan tinggalin aku" ucap Davino lagi yang membuat Divia seketika mematung, ingin rasanya ia memeluk cowok itu tetapi niatnya ia urungkan mengingat kalau cowok ini sudah menjadi milik orang lain.

"Aku sayang kamu" ucap Davino yang membuat Divia tidak kuasa menahan tangisnya, sejujurnya ia juga masih menyayangi cowok ini tetapi ego mengalahkan dirinya.

Divia menghapus air matanya lalu mencoba membangunkan cowok itu yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Dav, bangun" ucap Divia menepuk pelan pipi cowok itu.

"Dav, ini gue Divia" ucap Divia lagi sambil berusaha membangunkan Davino tetapi tetap saja tidak ada respon dari cowok itu.

Divia pun berinisiatif mencari minyak angin dan akhirnya dapat, ia langsung saja memberikan minyak angin itu di pelipis Davino dan mendekatkan minyak angin itu ke hidungnya.

Perlahan jari-jari tangan Davino bergerak dan akhirnya dengan perlahan ia membuka matanya, ia melihat ke arah sekitar dan ternyata ini adalah kamarnya sendiri, namun setelah beberapa detik ia pun terkejut setengah mati melihat kehadiran Divia di kamarnya, gadis itu duduk di samping ranjangnya, ia sampai mengucek matanya dan berpikir bahwa ia sedang bermimpi tetapi nyatanya tidak, gadis itu benar-benar ada di hadapannya.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang