Part 6

77.2K 5.5K 222
                                    

Happy Reading

Hari ini kelas Divia dan Davino mempunyai jadwal pelajaran penjaskes di waktu yang sama, namun bedanya dari segi guru, mereka akan mempelajari materi basket.

Saat ini kelas Divia sedang heboh-hebohnya karena bisa satu jadwal dengan kelas Davino yang rata-rata di dalamnya adalah anak basket termasuk Davino selaku kapten tim basket tentunya.

"Baik anak-anak, sekarang pemanasan dulu dan lari lima kali putaran keliling lapangan" ucap pak Bambang kepada muridnya.

"Baik pak" ucap murid-murid serempak dan berlari menuju lapangan.

"Gila baru dua putaran gue udah gak sanggup" ucap Divia berhenti berlari sambil ngos ngosan.

"Hahh iya nih, guee udah capek banget anjirr" ucap Lisa dengan ngos ngosan tetapi sambil berlari, tidak seperti Divia yang sudah ketinggalan di belakang.

"Hey kamu, kenapa berhenti?" teriak pak Bambang dari luar lapangan, sontak membuat seluruh murid menatap Divia.

Divia yang melihat mereka menatap dirinya pun langsung berlari keliling lapangan dan menyelesaikan putarannya. Divia sudah sangat lemas.

Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah sangat terlambat, belum lagi mata pelajaran penjaskes yang mengharuskan ia ikut karena kemarin ia sudah banyak membolos di jam olahraga, ia akan diberikan surat peringatan dari sekolah jika ia kembali membolos lagi, padahal ia membolos bukan karena malas tetapi karena daya tahan tubuh Divia yang lemah.

"Div ayo, jangan lemes gitu" ucap Lisa sambil bermain bola basket.

Kelas Divia dibagi menjadi dua tim yaitu tim putra dan tim putri, saat ini mereka sedang mempelajari cara mendribble bola basket.

"Ini di pantulin aja kan?" tanya Divia pada Lisa yang tengah sibuk memainkan bola basketnya.

Divia menghela nafas kasar, ia tidak bisa mendribble bolanya. Sedari tadi ia mencoba tetap saja tidak bisa.

"Ya mana gue tau, gue aja jarang megang bola basket" ucap Lisa pada Divia.

Dikelas lain Davino tersenyum dan terus memperhatikan gadisnya yang tidak bisa mendribble bola basket. Ia langsung bangkit dan berjalan menuju ke arah gadis itu. Bagaikan slow mo, beginilah pekikan para gadis dikelas Divia.

"ANJIR ITU DAVINO NGELIATIN GUE WOY"

"DAVINO GANTENG BANGET ANJIR"

"EH DIA JALAN KE ARAH GUE"

"YA AMPUN EMAKNYA NGIDAM APA YA KOK BISA BEGITU GANTENGNYA"

Ya begitulah pekikan para gadis dikelas Divia. Davino yang mendengar pun sudah terbiasa akan hal itu, ia tidak memperdulikan pekikan gadis-gadis itu.

"Div, kayanya dia mau nyamperin lo deh" ucap Lisa pada Divia yang sedari tadi hanya fokus dengan aktivitasnya sendiri.

"Siapa sih?" tanya Divia pada Lisa yang belum tau situasi.

"Davino" singkat padat dan jelas, sehingga membuat badan Divia menjadi tegak dan langsung menatap ke arah Davino dengan canggung, kalau sudah seperti ini ia tidak akan bisa menghindar dari cowok itu lagi.

Divia yang melihatnya pun hanya pasrah percuma saja jika ia membantah karena Davino adalah orang yang sangat keras kepala, dia tidak akan menerima penolakan dari mulut Divia.

Sekarang Davino berdiri tepat dihadapan Divia lalu mengambil alih bola yang dipegang gadis itu.

"Bukan gitu caranya" ucap Davino dengan nada beratnya yang terkesan dingin, dan mempraktekan cara mendribble bola didepan Divia.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang