Part 15

53K 3.6K 34
                                    

Suasana kelas hari ini begitu ramai seperti biasanya, kelas Divia hari ini ada jam kosong selama dua jam ke depan, dikarenakan guru-guru yang sedang rapat.

Murid-murid memiliki kegiatan sendiri, ada yang sedang menyanyi, ada yang tidur, ada yang sibuk main ponsel, dan ada juga cewek-cewek yang sibuk ngegibah, yaa itu adalah kebiasaan mereka jika tidak dilaksanakan maka tidak afdol bagi mereka.

Divia memutuskan untuk pergi ke kantin dengan Lisa dan Clara.

"Ra gue seneng banget deh hari ini" ucap Lisa senyum-senyum sendiri

"Halah paling kak Delon lagi" ucap Clara sok tau.

"Gak ya, gue udah mundur sama kak Delon, capek gue ngejarnya" ucap Lisa lesu

"Nyatain aja kali sa" ucap Divia pada Lisa

"Gak ah, malu" ucap Lisa lagi

"Ya kalo gak gitu dia gak bakal tau perasaan lo yang sebenarnya markonah" ucap Divia memutar bola matanya malas

"Eh nama gue Lisa ya, bukan markonah" ucap Lisa ketus pada Divia

"Serah lo" ucap Divia

Sesampai di kantin mereka mencari tempat duduk yang kosong, setelah dapat mereka memesan makanan mereka masing-masing.

"Div gimana hubungan lo sama Davino?" tanya Lisa pada Divia

"Ya gitu gitu aja" ucap Divia yang masih fokus pada makanannya

"Gitu gimana sih div?" tanya Clara lagi

"Gue sama dia baik baik aja" jawab Divia

"Perasaan lo ke dia gimana?" tanya Clara

Divia terdiam beberapa saat, setelah itu menjawab pertanyaan dari Clara

"Gue juga gak tau sih ra, sejauh ini gue nyaman sama dia, selama ini gue udah mulai terbiasa dengan kehadiran dia di samping gue" ucap Divia.

Divia akui bahwa ia sudah merasa nyaman dengan Davino dan mulai terbiasa dengan kehadiran cowok itu di sisinya.

"Udah ada peningkatan dong" ucap Clara tersenyum pada Divia

"Gue cuma bisa doain yang terbaik div buat lo sama dia" ucap Lisa pada Divia.

Divia pun tersenyum menanggapi perkataan Lisa.

"Gue ke toilet bentar ya" ucap Divia lalu pergi meninggalkan kantin

Sesampainya di toilet Divia tidak sengaja bertemu dengan Bella dan dayang-dayangnya, tetapi ia tidak menghiraukan itu dan masuk ke salah satu bilik toilet.

"Hari ini gue mau ngasih pelajaran buat dia" ucap Bella

"Serius lo bel?" tanya Malda salah satu dayang-dayang Bella

"Emang gue pernah main main sama perkataan gue?" ucap Bella sinis

"Ng..nggak sih" ucap Malda

Percakapan mereka terhenti karena orang yang sedari tadi mereka tunggu sudah keluar.

Bella pun melangkahkan kakinya ke arah Divia dan langsung menghadangnya.

"Mau apa lo?" tanya Divia was-was

"Knapa? Lo takut? Tenang aja gue cuma mau ngasih pelajaran buat lo" ucap Bella menahan lengan Divia dan setelah itu ia mendorong gadis itu hingga kepalanya terbentur di dinding.

"Aww" ringis Divia memegang kepalanya yang terasa pusing dan sudah mengeluarkan darah.

"Ini akibat lo gak dengerin gue" ucap Bella tertawa sinis membuat Divia bergidik ngeri melihatnya.

Bukan itu saja, Bella pun maju dan dengan keras menampar Divia

Plakk

"Ini karna lo gak mau jauhin Davino" ucap Bella mencengkram pipi Divia

Plakk

"Ini karna lo yang selalu deket sama Davino" ucap Bella lagi

"Kalo lo masih sayang nyawa mending lo jauhin Davino" ucap Sarah salah satu dayang-dayang Bella

"Gue gak akan segan segan berbuat lebih sama lo, kaya digudang kemaren contohnya" ucap Bella tertawa sinis lalu pergi meninggalkan Divia sendiri.

Divia sudah tidak bisa berkata-kata lagi, ia terbaring lemah disana, kepalanya terasa begitu pusing, dan belum lagi tamparan keras yang ia terima dari Bella membuat pipinya menjadi merah dan berbekas.

Ia mencoba untuk berdiri tetapi tidak bisa, badannya terasa begitu lemas hingga selang beberapa detik ia pun jatuh tak sadarkan diri.

********

"Ini Divia kemana sih? Udah sejam nunggu tapi gak dateng juga" ucap Clara

"Kita samperin aja yuk" ajak Lisa dan dibalas anggukan oleh Clara.

Mereka pun memutuskan untuk menghampiri Divia tetapi saat diperjalanan mereka malah bertemu Davino dkk.

Lisa berinisiatif bertanya pada Davino mungkin saja cowok itu melihat Divia.

"Dav, gue mau nanya" tanya Lisa yang membuat Davino menaikkan satu alisnya

"Apa?"

"Lo liat Divia gak? Tadi katanya dia mau ke toilet tapi gak balik balik juga" ucap Lisa dengan nada khawatir

"Yaudah kita samperin aja toilet" ucap Raka pada Lisa

Davino yang mendengar itu pun langsung berlari ke arah toilet dan betapa kagetnya ia melihat gadisnya yang sudah tidak sadarkan diri.

Ia pun menghampiri Divia
"Div bangun, kamu knapa?" tanya Davino menepuk pelan pipi Divia, ia terlihat begitu khawatir melihat gadis itu yang sudah tak sadarkan diri dan dengan gerak cepat Davino langsung mengangkat Divia ala bridal style dan membawanya ke UKS.

Sesampai disana Davino langsung menendang pintu UKS dan membuat pintu itu terbuka, orang yang berada didalam sana terlonjak kaget mendengar pintu yang tiba-tiba ditendang, ia tidak memperdulikan itu, yang ia pikirkan sekarang hanya gadisnya.

Davino membaringkan Divia diatas brangkar UKS, ia terus menggenggam erat tangan gadis itu dan tidak melepaskannya barang sedetikpun.

Ia terus memikirkan siapa yang berani beraninya melakukan hal ini pada gadisnya ia bersumpah akan memberikan orang itu pelajaran yang setimpal.

Pergerakan tangan Divia membuat lamunannya buyar, ia melihat ternyata gadis itu sudah sadar.

"Knapa aku disini dav?" tanya Divia

"Kamu tadi pingsan" ucap Davino mengelus lembut kepala gadis itu dan duduk disamping brangkar yang ditempati Divia.

Divia kembali mengingat kejadian yang berakhir dirinya berada di UKS ini, saat ia sudah mengingatnya ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, Bella. Gadis itu selalu saja mencari masalah dengannya, padahal ia tidak salah apa-apa, tetapi gadis itu terus saja mengancamnya, membuat Divia jengah sendiri.

"Jawab jujur, kamu knapa?" tanya Davino dengan suara beratnya dan tak lupa tatapan tajamnya.

"A..akuu tadi" ucap Divia terhenti, ia bingung bagaimana menjelaskan ini pada Davino.

"Kenapa hmm?" tanya Davino mengelus pipi Divia dengan suara yang sedikit dilembutkan

Divia menatap Davino, ia tidak bisa menceritakan masalah ini pada cowok itu.

"Aku tadi jatoh" ucap Divia berbohong dan menundukkan kepalanya

Davino tidak sebodoh itu, ia tau gadis didepannya ini sedang berbohong, ia bisa melihat ada bekas tamparan di pipi Divia.

"Jangan bohong, ini bekas tamparan kan?" tanya Davino memegang pipi Divia yang memerah akibat tamparan yang Bella berikan.

Kalau sudah begini Divia tidak bisa berbohong lagi, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Bella" ucap Divia singkat namun dapat dimengerti Davino

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang