Happy Reading
Pembelajaran sedang berlangsung, Divia pun masih tetap stay di UKS dikarenakan sahabatnya yang melarang untuk tidak mengikuti pembelajaran, padahal ia merasa sudah baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia pingsan hanya karena efek lambat makan saja, tapi kedua sahabatnya sungguh berlebihan karena takut Divia kenapa-kenapa nantinya, Divia sangat bosan sekarang, Lisa dan Clara juga sudah pergi ke kelas masing-masing untuk mengikuti pembelajaran.
Saat asik melamun, tiba-tiba pintu UKS terbuka dan menampilkan Davino yang membawa kantongan plastik yang berisi bubur ayam. Divia yang melihat itupun lantas terkejut dan spontan langsung duduk diatas ranjang.
"Ke..kenapa lo disini?" Divia merutuki dirinya yang sudah gugup didepan Davino ia malu sekarang, tanpa ia sadari Davino tersenyum begitu tipis sehingga hanya dia saja yang mengetahuinya.
"Gue udah bilang, gue gak akan biarin lo lolos gitu aja" ucap Davino dengan muka datarnya dan terkesan dingin. Entah apa yang merasuki dirinya sampai ia harus membelikan bubur ayam untuk gadis didepannya ini.
Davino bingung dengan apa yang dirasakan dirinya, yang jelas ia sangat khawatir saat Divia tidak sadarkan diri.
"Lo mau apa?" Tanya Divia to the point sambil menundukkan kepalanya, ya pertanyaan ini yang sedari tadi ia tunggu.
Davino pun menyeringai, dan perkataan selanjutnya membuat Divia kaget setengah mati. Apa-apaan ini?
"Turuti semua perkataan gue mulai dari skarang, gak ada bantahan. Ini hukuman buat lo" ucap Davino sambil menatap tajam Divia yang sedang ketakutan.
"Iya dav" Divia merutuki dirinya setelah sadar apa yang telah ia katakan barusan, kenapa mulutnya ini tidak bisa di rem? Ia tak habis pikir dengannya. Kalau sudah seperti ini Divia harus siap-siap untuk menjadi babu dari seorang Davino Dean Algara.
"Bagus" ucap Davino sambil mengacak rambut Divia gemas, lalu pergi meninggalkan Divia yang sedang mematung dengan wajah merona memikirkan perlakuan Davino pada dirinya barusan.
********
Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi, Divia dan para sahabatnya sedang menunggu jemputan masing-masing. Hari ini Delon tidak bisa mengantar Divia pulang, dikarenakan ada urusan yang jauh lebih penting. Entah lah urusan apa yang lebih penting dari adiknya, memikirkannya saja sudah membuat Divia kesal setengah mati.
Hari ini yang menjemputnya pak maman supir Divia, pak maman belum sampai juga padahal sudah setengah jam ia menunggu, menunggu itu capek. Apalagi menunggu yang tidak pasti.
"Div, gue pulang duluan ya, itu jemputan gue udah dateng, bye" ucap Clara dan berlari ke arah mobil yang terparkir di depan sana.
"Hati hati ya ra" ujar Divia sambil melambaikan tangan pada Clara dan dibalas dengan lambaian tangan Clara pada Divia.
"Div, gue juga pulang duluan ya, papa gue udah jemput, lo gak papa sendirian disini?" Tanya Lisa pada Divia
"Eh gak papa kok, jemputan gue juga bentar lagi dateng" ujar Divia pada Lisa, ia tau pasti sahabatnya itu akan memberikan tebengan untuk dirinya, Divia tidak enak dengan Lisa karena arah rumah mereka yang berlawanan.
Selang beberapa menit pak maman menelpon Divia dan memberitahukan bahwa dia tidak bisa menjemput Divia, dikarenakan ban mobilnya yang bocor.
Tanpa membuang waktu Divia pun berjalan menuju halte, haltenya tidak terlalu jauh dari sekolah sehingga bisa sampai dengan berjalan kaki.
Saat diperjalanan menuju halte, ada mobil yang berhenti dihadapan Divia, ya siapa lagi kalau bukan Davino cowok yang berhati dingin dan digemari banyak kaum hawa.
"Masuk" singkat padat dan jelas, begitu lah yang dikata kan Davino pada Divia
Divia pun hanya menghela nafas, ia tidak bisa menolak apapun yang di perintahkan Davino dan dengan berat hati ia naik ke mobil milik Davino.
"Sabar div, orang sabar pasti cantik" batin Divia
Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka, Divia pun sibuk dengan pemikirannya, begitu juga dengan Davino. Sampai Davino memecahkan keheningan diantara mereka.
"Rumah?" Tanya Davino
"Hah?" Jawab Divia, telmi.
"Dimana?" Tanya Davino yang membuat Divia bingung
"Ma..maksud lo apa? Tanya Divia gagap, mungkin itu akan menjadi kebiasaan Divia jika sudah berhadapan dengan Davino.
Davino yang mendengar pun menghela nafas kasar.
"Rumah lo dimana?" Tanya Davino sekali lagi dengan suara beratnya.
Divia yang mendengar pun mengerti dengan apa yang ditanyakan cowok itu sebelumnya
"Makanya kalo ngomong itu yang jelas dong, kan guenya gak ngerti. Sabar div, sabaarrr. Orang sabar pasti cantik" Namun Divia tidak berani berbicara langsung seperti itu dengan Davino, ia hanya bisa menggerutu dalam hati. Davino mengangkat satu alisnya saat melihat Divia yang hanya diam saja.
"Ehmmm" Davino memecah keheningan di antara mereka, Divia yang sedari tadi melamun pun langsung mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Eh iyaa rumah gue dijalan mawar dav, nanti lurus aja ada pertigaan belok kanan" ucap Divia menjelaskan dimana alamat rumahnya
Selang beberapa menit, mereka pun sampai, Divia pun langsung turun dari mobil Davino dan tak lupa untuk berterima kasih.
"Makasih ya dav" ucap Divia dan langsung masuk kedalam rumahnya. Davino yang melihat pun lantas tersenyum tipis dan meninggalkan pekarangan rumah Divia.
********
"Dek, lo di dalem gak?" Tanya Delon dari luar kamar Divia
"Iya masuk aja kak" Delon pun langsung masuk karena sudah mendapat persetujuan dari sang adik.
"Dek cari makan yuk" ajak Delon yang sudah duduk di ranjang Divia.
"Emang bunda gak masak kak?" Tanya Divia, saat ini dia sedang malas keluar rumah, entah kenapa saat hendak keluar bantalnya seakan memanggil dirinya untuk kembali rebahan.
"Gak, bunda lagi ke butik"
"Yaudah, gue siap siap dulu, tunggu diluar sana" ucap Divia ketus pada kakaknya.
"Iya iyaa galak amat. PMS lo?" Tanya Delon dengan tak kalah ketusnya, ia bingung dengan mood adiknya yang selalu berubah seperti bunglon.
Delon pun turun ke bawah dan menunggu Divia diruang keluarga, sudah setengah jam ia menunggu tetapi adik kesayangannya itu belum turun juga.
"WOY DEK CEPET! LAMA BANGET SIH" Teriak Delon dari bawah
"IYA IYA SABAR DONG!" Teriak Divia dari kamarnya, selang beberapa menit Divia pun turun dengan baju santainya.
"Abis bersemedi lo?" Tanya Delon yang sudah sangat kesal dengan kelakuan sang adik
"Kan gue udah bilang tadi mau siap siap dulu kak" ucap Divia yang sedang memakai sepatunya, dan bergegas ke mobil milik kakaknya.
"Gak ada akhlak lo, masa gue ditinggal" ucap Delon dengan sabar menghadapi adiknya.
Saat diperjalanan tiba-tiba Divia melihat seseorang, orang itu tampak familiar dimatanya, dan benar saja ternyata orang itu adalah Davino yang sedang bersama seorang gadis yang tidak dikenalinya di sebuah cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
Novela JuvenilHigh rank 1 #mostwanted (08 nov 2020) 1 #coldprince (13 nov 2020) 1 #remajabaper (15 nov 2020) 1 #wattpadstory (15 nov 2020) 1 #manis (20 nov 2020) 1 #dashataraan (7 des 2020) 1 #divia (7 des 2020) 1 #davino (7 des 2020) 1 #penyayang (10 des 2020) 1...