5 tahun kemudian.
Hari ini adalah hari membahagiakan bagi Divia dan Davino, hari dimana mereka akan sah menjadi suami istri. Gadis itu tampak terlihat cantik dengan gaun putih yang menjulang indah membalut tubuh mungilnya. Di sebelahnya sudah berdiri Davino dengan tuxedo hitam dan bunga yang terdapat di saku bajunya, kadar ketampanan Davino benar-benar meningkat hari ini, membuat Divia sedikit mencuri pandang ke arah Davino.
Beberapa menit yang lalu Davino sudah selesai mengucapkan ijab kabul dengan lancar tanpa kendala, akhirnya hilang sudah kegugupan yang melanda dua sejoli itu, mereka terlihat sangat bahagia menikmati momen sakral ini.
"Ehmm, ciee Divia udah duluan aja" ucap Clara yang baru datang dan tersenyum jahil ke arah Divia.
"Makanya nyusul aja noh sama si Rian" ucap Divia memutar bola matanya malas.
"Tenang aja, bentar lagi undangannya bakal kesebar kok" ucap Rian tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya menatap Clara.
"Iyain aja biar cepet" ucap Clara yang tak ambil pusing dengan ucapan Rian.
"Dav, Div. Bahagia selalu ya, cepet cepet kasih ponakan buat gue" ucap Clara yang membuat pipi Divia memerah seperti tomat.
"Apaan sih, Ra" ucap Divia dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.
"Makasih, Ra" ucap Davino yang dibalas anggukan kepala dari Clara.
"Selamat ya bro, inget malam pertama jangan kasar kasar" ucap Rian dan seketika mendapat tatapan tajam dari Davino, Rian terkikik geli, lalu menarik lengan Clara dan pergi meninggalkan Divia dan Davino.
"Omaygatt div, selamat ya" ucap Lisa yang baru saja datang bersama Raka suaminya, Lisa dan Raka juga sudah menikah beberapa bulan yang lalu dan sekarang Lisa tengah mengandung anak Raka, kandungannya baru berusia empat minggu.
"Makasih sa, gimana kabarnya ponakan gue?" ucap Divia sambil mengelus perut Lisa yang masih datar.
"Alhamdulillah, dia sehat kok" ucap Lisa tersenyum sambil mengelus perutnya.
"Dav, selamat atas pernikahan lo" ucap Raka pada Davino dan berjabat tangan ala lelaki.
"Oh iya dav, cepet cepet kasih gue ponakan ya" ucap Lisa yang tampak antusias.
"Tinggal tunggu aja" ucap Davino dengan muka datarnya.
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, mau makan soalnya, hehe" ucap Lisa cengengesan.
"Makan aja di pikiran lo" ucap Divia memutar bola matanya malas, saat sedang mengandung anak pertamanya nafsu makan Lisa meningkat mungkin karena hormonnya, ia tidak pernah puas dengan makanan apapun, yang di pikiran Lisa hanya makan, makan dan makan saja. Raka juga tidak keberatan dengan itu, selagi anak yang ada di dalam kandungan Lisa sehat-sehat saja ia tidak masalah.
Setelah mereka pergi Divia dan Davino dilanda keheningan, Divia diam-diam melirik Davino, Davino yang menyadari itu menatap Divia, gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain, Davino terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan istrinya itu.
"Kenapa hm?" Tanya Davino membuat Divia menolehkan kepalanya ke arah cowok itu. Divia menggelengkan kepalanya dengan tatapan polos yang lagi-lagi membuat Davino gemas dibuatnya.
"Ngegemesin banget sih istri aku" ucap Davino mencubit pipi Divia membuat gadis itu sedikit meringis.
"Ihh sakit tau" ucap Divia yang sudah mengerucutkan bibirnya kesal.
"Itu bibirnya kenapa digituin? Minta dicium?" Ucap Davino sedikit menggoda Divia.
Wajah Divia sudah memerah seperti kepiting rebus, bisa-bisanya Davino menggodanya seperti itu. Eh, bisa aja sih kan udah halal. Tetapi tetap saja Divia masih belum terbiasa dengan godaan-godaan yang keluar dari mulut Davino. Divia lebih memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain dari pada meladeni godaan-godaan yang keluar dari mulut Davino.
"Aku disini, kok liatnya ke sana?" Ucap Davino lalu menarik dagu Divia dengan pelan agar bisa menatapnya. Davino tersenyum manis menatap istrinya yang tampak begitu cantik hari ini, tangannya terulur mengelus lembut pipi Divia dan setelah itu mengecup singkat bibir Divia.
Divia membulatkan matanya dengan sempurna, ia terkejut dengan perlakuan Davino yang menurutnya terlalu tiba-tiba.
"Gila woy mata gue udah nggak suci lagi" ucap Rian meledek Divia dan Davino, para tamu yang hadir di acara pernikahan mereka pun terkekeh melihat pasangan suami istri tersebut, wajah Divia sudah sangat memerah sampai ke telinganya, ia benar-benar malu dan merutuki Davino dalam hatinya. Eh nggak jadi takut dosa sama suami.
Divia memukul pelan bahu Davino, untuk menetralkan rasa malu dan gugupnya, berbeda dengan Divia, Davino malah terlihat biasa-biasa saja dengan muka datar dan dinginnya, ekspresi Davino seperti tidak melakukan apa-apa dan itu sungguh membuat Divia sangat kesal dibuatnya.
"Jangan ngambek dong" ucap Davino yang menyadari perubahan sikap Divia.
"Ih sana jauh-jauh, corona tau" ucap Divia dengan ketusnya.
"Jadi kamu kira aku virus?" Tanya Davino yang melongo mendengar perkataan Divia.
"Iya kamu itu virus, sana jauh jauh" ucap Divia menatap sinis ke arah Davino.
"Virus cinta iya kan?" Ucap Davino tersenyum dan menaik turunkan alisnya yang membuat Divia tambah kesal melihatnya.
"Davino ih"
"Apa sayang?" Ucap Davino dengan lembut membuat Divia lagi-lagi merona karena perkataan Davino barusan, padahal ia sudah sering mendengar Davino memanggilnya dengan sebutan sayang tetapi ia belum terbiasa dengan itu.
"Itu pipinya kenapa lagi hm?" Ucap Davino yang sudah menahan tawanya, Davino sungguh gemas melihat tingkah istrinya itu, entah kenapa Davino sangat menyukai wajah Divia yang memerah malu karena perlakuannya ataupun perkataanya, menurutnya itu sangat menggemaskan dan ingin sekali rasanya Davino menggigit pipi Divia yang selalu memerah akibat ulah jahilnya itu.
Davino menggenggam erat tangan Divia dan menatap gadis itu dengan tatapan teduhnya, ia mengelus punggung tangan Divia membuat gadis itu merasa nyaman dengan perlakuan Davino.
"Hari ini aku udah sah jadi suami kamu, sekarang kamu tanggung jawab aku, aku bakal berusaha jadi suami yang baik buat kamu dan anak-anak kita nanti. Maaf, pertemuan pertama kita udah buat kamu tertekan banget, tapi asal kamu tau itu adalah cara aku supaya bisa deket sama kamu div. Makasih, makasih karena udah hadir di dalam kehidupan aku, aku bener-bener beruntung bisa dapetin kamu" ucap Davino membuat mata Divia berkaca-kaca saat mendengar penuturan dari mulut Davino.
"Aku juga bakal berusaha jadi istri yang baik buat kamu dav, dan aku gak nyesel bisa kenal kamu, aku justru bersyukur banget bisa di pertemukan sama cowok yang sebaik dan seperhatian kamu, maaf kalo selama ini sikap aku terlalu kekanakan dan buat kamu gak sanggup ngadepin sikap aku. I love you, I love you so much" ucap Divia dengan setetes air mata yang membasahi pipinya.
"Don't cry and I love you too baby girl" ucap Davino menghapus air mata Divia lalu mengecup singkat kening Divia.
Ini bukan akhir kisah cinta mereka, justru perjalan cinta mereka baru saja di mulai, Divia dan Davino sepasang pengantin baru yang sedang berbahagia.
Tidak ada yang lebih bahagia dari ini menurut mereka, dan semoga saja mereka akan terus awet sampai maut memisahkan salah satu di antara mereka.
********
❣Selesai❣
Makasih banyak ya buat yang udah baca cerita aku dari pertama sampai akhir💜
Maaf kalo masih ada kesalahan penulisan kata, soalnya ini cerita pertama aku, hehe💜
Ohiya, aku mau minta pendapat kalian buat yang udah baca cerita ini. Gimana? Ceritanya seru gak? Yuk spam komen di sini.
Makasih juga buat yang udah follow, vote, dan komen cerita ini😊💜
Salam dari author.
Fira Ziad😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
Teen FictionHigh rank 1 #mostwanted (08 nov 2020) 1 #coldprince (13 nov 2020) 1 #remajabaper (15 nov 2020) 1 #wattpadstory (15 nov 2020) 1 #manis (20 nov 2020) 1 #dashataraan (7 des 2020) 1 #divia (7 des 2020) 1 #davino (7 des 2020) 1 #penyayang (10 des 2020) 1...