Part 18

42.6K 3K 52
                                    

"Div ada temen lo tuh diluar, kasian ujan ujanan gitu entar sakit lagi" ucap Delon pada Divia yang sedari tadi hanya berdiam diri saja.

"Siapa kak?" tanya Divia sedikit penasaran

"Cowok yang sering sama lo, yang pernah lo kenalin sama gue waktu dikantin" ucap Delon yang membuat Divia seketika lesu.

Delon memang masih belum tau tentang hubungannya dengan Davino, ia mengira bahwa mereka hanya berteman saja dan tidak lebih dari itu.

"Davino? Bilang aja gue gak ada kak" ucap Divia lalu berbaring dan menarik selimutnya hingga menutup seluruh badannya.

Delon yang melihat itu pun mengerti, mungkin Divia sedang ada masalah dengan cowok yang bernama Davino itu, ia tidak akan ikut campur urusan adiknya, lagi pula mereka juga sudah dewasa pasti bisa menyelesaikan masalah dengan baik-baik.

"Gak ada gunanya lo ngehindar, yang ada masalah lo jadi tambah rumit mending samperin dia gih dan selesain baik baik" ucap Delon menasehati adiknya lalu pergi meninggalkan kamar Divia.

Saat Delon sudah pergi Divia pun melangkahkan kakinya ke arah balkon kamarnya dan melihat dari atas ternyata benar cowok itu sedang menunggunya dibawah sana dengan keadaan yang basah kuyup akibat hujan.

Ingin rasanya Divia turun ke bawah dan memeluk cowok itu, memberikan kehangatan untuknya, tetapi niatnya ia urungkan hatinya kembali sakit saat mengingat kejadian disekolah tadi.

Ia pun kembali berbaring di atas ranjangnya dengan pikiran yang benar-benar kacau.

Lain halnya dengan Davino, ia terus menunggu gadis itu diluar, sudah sejam lamanya ia menunggu tetapi gadisnya tak kunjung keluar dari rumahnya, ia terus menatap balkon kamar Divia berharap gadis itu akan menemuinya.

Davino sungguh merasa bersalah dengan gadis itu, ia terlihat begitu frustasi, apalagi saat melihat gadis itu menangis karenanya membuat batinnya seakan tersiksa.

"DIVIA" ucap Davino berteriak lalu menatap balkon kamar Divia

"AKU BAKALAN NUNGGUIN KAMU DISINI"

"AKU MINTA MAAF SAMA KAMU"

"AKU AKAN JELASIN SEMUANYA"

Ucap Davino yang sudah berlutut di tanah dengan derasnya hujan, badannya sudah kedinginan dan terlihat menggigil, wajahnya begitu pucat, tetapi ia tidak memperdulikan itu, ia tidak akan berhenti sebelum gadis itu memaafkannya, ia sungguh merasa takut akan kehilangan gadis itu dan apapun itu akan ia lakukan demi mendapatkan maaf dari kekasihnya.

Sudah tiga jam lamanya Davino berada diluar, membuat Divia gelisah sendiri ditempatnya. Ia takut akan terjadi apa apa pada cowok itu.

Divia pun mengalah dengan egonya dan memutuskan untuk menghampiri Davino, ia melangkahkan kakinya keluar dan melihat Davino yang sudah menggigil dengan wajah yang begitu pucat.

Divia yang melihat itu khawatir setengah mati dan membawa cowok itu masuk ke dalam rumahnya, ia pun meminjamkan baju Delon untuk Davino dan menyuruh cowok itu berganti baju, setelah itu Divia membaringkan cowok itu di atas ranjangnya, tangannya terulur untuk memegang dahi cowok itu dan benar saja Davino terkena demam.

Saat Divia ingin pergi mengambil kompres tiba-tiba tangannya ditahan oleh Davino dan membuat langah gadis itu terhenti, ia kembali menatap cowok itu.

"Jangan pergi" ucap Davino dengan mata tertutup.

"Aku sayang kamu" ucap Davino lagi, lalu menarik Divia kedalam pelukannya dan tanpa disengaja ia meneteskan air matanya dan jatuh tepat di pipi Divia membuat gadis itu terkejut. Apakah cowok itu sedang menangis? Jawabannya ya Davino sedang menangis sekarang.

Ini adalah pertama kalinya bagi seorang Davino Dean Algara menangisi seorang perempuan, ia tidak sanggup lagi menahannya dan berakhir menangis di pelukan kekasihnya.

"Lepasin dav" ucap Divia mencoba melepas pelukan mereka namun tenaganya tidak cukup untuk itu.

"Gak, aku gak bakal lepasin kamu sebelum kamu dengerin penjelasan aku" ucap Davino semakin mengeratkan pelukannya.

Divia yang mendengar itu menghembuskan nafasnya dengan kasar dan membuka suara

"Kalo gitu jelasin skarang" ucap Divia yang pertahanannya akhirnya luluh juga dan mencoba mendengar penjelasan dari cowok itu.

Davino tersenyum mendengar jawaban dari kekasihnya itu dan mulai menceritakan semuanya hingga berakhir Divia yang salah paham terhadapnya.

Divia pun mematung, matanya kembali berkaca-kaca ternyata ia sudah salah paham, ia menyesal tidak mendengar penjelasan dari Davino saat disekolah tadi, jika ia mendengarkannya cowok itu tidak akan menunggu selama tiga jam dibawah derasnya hujan dan tidak akan sakit seperti sekarang. Divia sungguh menyesal.

"Dav maafin aku hikss, aku udah salah paham sama kamu" ucap Divia yang sudah menangis, Davino yang melihat itu pun menarik Divia kedalam pelukannya lagi, dan menenangkan gadis itu.

"Ssstt jangan nangis, kamu kan tau kalo aku gak suka liat kamu nangis kaya gini" ucap Davino melapas pelukannya, ia mengusap pipi Divia yang basah terkena air mata, dan kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Divia lalu mengecup kening dan kedua mata gadis itu.

"Disini aku yang salah, kamu gak perlu minta maaf" ucap Davino kembali menenangkan gadis itu

"Tapi aku udah buat kamu nunggu dan brakhir sakit kaya gini" ucap Divia yang masih menangis.

"Jangan nangis, aku gak papa kok" ucap Davino tersenyum.

"Gak papa gimana? Itu badan kamu demam dav, pokonya gak mau tau kamu harus nginep disini dan biarin aku ngerawat kamu sampai sembuh" ucap Divia panjang lebar.

"Kalo itu sih dengan senang hati" ucap Davino tersenyum lebar, dan membuat Divia yang melihat itu pun ikut tersenyum.

"Yaudah aku kebawah dulu ya mau ngambil kompres buat kamu" ucap Divia pada Davino

"Jangan lama lama" ucap Davino lalu dibalas anggukan kepala oleh Divia.

Gadis itu melangkahkan kakinya turun ke bawah, sebelum mengambil kompres ia sempat keluar untuk membeli bubur ayam dan obat untuk Davino. Dan setelah itu ia naik ke atas dengan nampan yang berisi bubur ayam dan segelas air putih, dan tak lupa obat disampingnya.

"Kok lama?" tanya Davino pada Divia yang baru datang.

"Aku tadi keluar dulu buat beli obat sama bubur ayam buat kamu, ini dimakan dulu ya entar kalo udah dingin gak enak lagi" ucap Divia lalu menyodorkan bubur itu pada Davino

"Kamu keluar sendiri?" tanya Davino dengan suara beratnya dan menatap tajam gadis itu.

"Iya hehe" ucap Divia dan tak lupa dengan cengiran khasnya.

Davino yang mendengar pun lantas menghembuskan nafasnya kasar.

"Lain kali kluarnya jangan sendiri, kamu gak tau bahaya diluar sana itu gimana" ucap Davino pada Divia.

"Iya iya, kamu bawel ya kalo lagi sakit" ucap Divia tersenyum dan mulai menyuapi Davino

"Demi kebaikan kamu" ucap Davino lalu mengunyah bubur yang masih berada di mulutnya.

"Kenyang" ucap Davino pada Divia

"Baru aja lima sendok udah kenyang, yaudah kalo gitu kamu minum obatnya ya biar cepet sembuh" ucap Divia pada Davino, dan dibalas dengan senyuman hangat yang diberikan cowok itu.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang