Part 19

42.7K 3K 16
                                    

Tok tok tok

Terdengar suara orang mengetuk pintu dan membuat Davino langsung mengalihkan pandangannya pada pintu yang barusan diketuk tadi.

"Masuk" ucap Davino, dan masuk lah Divia dengan nampan yang berisi bubur, air putih dan obat. Gadis itu sudah pulang dari sekolahnya, ia tidak mengizinkan Davino untuk sekolah dulu dan membiarkan cowok itu istirahat di rumah.

"Knapa ngetuk dulu? Ini kan kamar kamu juga" ucap Davino pada Divia.

Hari ini sudah terhitung dua hari ia berada di rumah Divia, padahal cowok itu sudah baik-baik saja tetapi gadis itu tetap kekeh mau merawat Davino hingga sembuh total.

"Kali aja kamu lagi ganti baju atau apa gitu makanya aku ketuk dulu sebelum masuk" ucap Divia tersenyum lalu menyodorkan bubur itu pada Davino yang dibalas hembusan nafas kasar dari cowok itu, ia bosan makan bubur terus menerus selama dua hari ini.

"Buka mulutnya aaa" ucap Divia lalu menyuapi bubur itu pada Davino

"Div, bentar sore aku pulang ya" ucap Davino sambil mengunyah bubur yang masih tersisa di mulutnya.

"Loh knapa?" tanya Divia yang heran pada Davino karena tiba-tiba minta pulang.

"Kasian sean, dia sendirian di rumah ya walaupun ada bi Inem tetep aja dia gak terbiasa kalo gak ada aku" ucap Davino membuat Divia mengernyitkan dahinya

"Sean? Siapa?" tanya Divia lagi

"Sean itu adik aku yang masih SD" ucap Davino yang membuat Divia mengerti

"Yaudah, kalo gitu kamu pulang aja kasian sean dua hari ini pasti dia nungguin kamu terus" ucap Divia tersenyum lalu mengusap kepala Davino lembut membuat cowok itu memejamkan matanya dan menikmati tangan Divia yang mengelus rambutnya.

********

"Kak Vino" ucap Sean sedikit berteriak lalu berlari dan menubruk dada bidang Davino.

"Kakak kemana sih dua hari ini kok gak pulang pulang?" tanya Sean pada Davino yang belum melepaskan pelukannya.

"Kakak lagi ada urusan makanya gak pulang ke rumah" ucap Davino berbohong, mana mungkin ia mengatakan kalau dirinya sakit yang ada nanti Sean malah khawatir.

"Iya deh kak" ucap Sean lalu melepaskan pelukannya, mereka sekarang sedang duduk di sofa sambil menemani Sean menonton kartun kesukaannya.

"Udah ngerjain PR belum?" tanya Davino pada Sean yang tengah asik menonton.

"Belum kak" ucap Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari TV

"Nanti kalo mau ngerjain PR-nya langsung ke kamar kakak aja, entar kakak bantuin ngerjain PR-nya" ucap Davino dan hanya di angguki oleh adiknya.

"Kak?"

"Hmm"

"Ayah sama bunda kapan pulangnya kak? Sean kangen sama ayah dan bunda" ucap Sean membuat Davino terdiam mendengarnya. Cowok itu menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar pertanyaan dari Sean adiknya.

"Ayah sama bunda lagi kerja, entar juga pulang kalo kerjaannya udah selesai" ucap Davino memberi pengertian pada Sean, yang hanya dibalas anggukan kepala dari anak itu.

"Gimana skolah kamu?" tanya Davino lagi.

"Baik aja kak, kemarin waktu ulangan harian aku dapet nilai tertinggi" ucap Sean bersemangat dan terlihat begitu antusias membuat senyum Davino seketika merekah.

Davino dan Sean memang anak yang pintar, namun bedanya Sean selalu memanfaatkan kepintarannya, tidak dengan Davino. Cowok itu memang pintar tetapi ia merasa malas saja dan lebih memilih jalannya sendiri yaitu suka membolos.

"Bagus dong kalo gitu, belajar yang rajin ya biar nilainya tambah memuaskan" ucap Davino sambil mengelus kepala Sean

"Iya kak pasti" ucap Sean mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar.

********

Dilain tempat Divia dan Delon sedang asik menonton TV dengan cemilan mereka, semenjak Delon kerja mereka jarang-jarang punya waktu luang seperti ini dan Divia tidak akan menyianyiakan hal ini, kemarin Delon juga sudah memberitahukan yang sebenarnya pada Divia, dan respon gadis itu biasa saja karena ia sudah tau sejak lama.

"Kak, knapa gue gak bisa kerja sedangkan lo bisa?" tanya Divia tanpa mengalihkan pandangannya dari TV

"Gue bilang gak ya gak div, nanti sekolah lo ke ganggu" ucap Delon pada Divia, ia tidak habis pikir dengan gadis itu yang malah meminta ikut bekerja.

Delon tidak sebodoh itu, lagian ini juga sudah menjadi tugasnya dan sudah cukup ia sendiri yang bekerja ia tidak akan membiarkan gadis itu ikut bekerja karena memang sekarang ia adalah tulang punggung keluarga.

"Emang sekolah lo gak ke ganggu?" tanya Divia yang sudah menatap Delon kakaknya

"Gue sama lo beda, gue bisa ngatur waktu, lagian ini juga udah tugas gue dan biar gue yang ngejalanin ini semua lo fokus sama sekolah aja" ucap Delon yang membuat Divia menghembuskan nafasnya kasar.

"Yaudah deh, tapi jangan sampe sakit ya kak, itu kesehatannya dijaga, biar gini gini gue juga sayang sama lo dan gak mau lo kenapa napa nantinya" ucap Divia tersenyum

"Uwuu cocwitt deh adek guee" ucap Delon lalu memeluk adiknya itu.

"Ihh jijik lo, sana jauh jauh dari gue" ucap Divia melepaskan pelukannya lalu menatap sinis Delon

"Yee adek laknat lo" ucap Delon ngegas.

"Biarin, wleee" ucap Divia menjulurkan lidahnya lalu pergi meninggalkan Delon sendirian diruang TV

"Awas lo yaa"

********

Tok tok tok

"Woy dek bangun, ngebo aja kerjaan lo" teriak Delon dari luar kamar gadis itu.

"Lima menit lagi kak" ucap Divia lalu menarik selimutnya sampai menutup seluruh badannya.

Tok tok tok

Terdengar suara orang mengetuk untuk yang kedua kalinya, membuat Divia seketika kesal sendiri tetapi gadis itu tidak menghiraukannya. Ia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.

"Apaan sih kak, gue udah bilang lima menit lagi, tuli lo?" ketus Divia yang masih menutup wajahnya dengan selimut

"Ini aku" ucap seseorang yang suaranya sangat ia kenali, siapa lagi kalau bukan Davino.

Divia yang mendengar itupun seketika langsung membuka matanya dan terkejut melihat Davino yang tengah duduk di samping ranjang Divia.

"Sejak kapan kamu disini?" tanya Divia yang sudah terduduk di atas ranjangnya.

"Sejak kamu ngomel ngomel gak jelas" ucap Davino seraya tersenyum hangat pada gadis itu.

"Yaudah kamu mandi gih, entar telat lagi" ucap Davino yang dibalas gadis itu dengan anggukan lesu dan berjalan gontai ke arah kamar mandi, Davino yang melihat itu lantas menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan gadisnya itu.

Entah kenapa sifatnya yang dingin itu sedikit demi sedikit mulai mencair dan berubah menjadi hangat karena gadis itu, tetapi hanya berlaku untuk gadisnya saja tidak dengan orang lain.

Davino sungguh mencintai Divia, ia tidak tau bagaimana jadinya dirinya jika tidak ada Divia disisinya, saat kejadian Divia salah paham saja ia sudah sangat uring-uringan dan terlihat sangat frustasi, bagaimana jadinya jika Divia pergi dari kehidupannya? Mungin ia akan menutup diri dari orang lain.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang